00:06

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

"Waduuhh, Clarissa sepertinya sangat mengantuk ya? dia cepat sekali terlelapnya." Ucap Anita ketika melihat Clarissa sudah nyenyak dalam bahu Doni.

Dinda menatap Clarissa, memang putrinya ini mudah sekali tertidur dan tidak pernah melihat tempat, "maaf semuanya, sepertinya kami harus pulang lebih dulu."

Bintang langsung berdiri dan bersiap untuk mengangkat adiknya, dia menatap heran ketika tangannya dicengkam oleh Putra. "Biar tidur disini saja Kak."

"Hah?" Doni dan Dinda saling pandang, lalu mereka menatap kearah Gio yang mengangguk sepertinya sangat menyetujui ucapan Putra. "Tapi..."

"Benar kata Putra, obrolan kitakan belum selesai, ada yang perlu dibahas lagi, jadi biarkan Clarissa tidur disini saja." Anita bangkit dari duduknya. "Ayo Putra, gendong Clarissa dan taruh dikamar tamu."

Bintang dan kedua orang tuanya terdiam, membiarkan Putra dan Anita membawa Clarissa yang sudah dalam gendongan Putra.

Anita menuntun Putra untuk naik kelantai atas membawa Clarissa menuju kamar tamu. "Ma," Anita menghentikan langkahnya. "Biar dikamar Putra aja, Putra sama Daze nanti dikamar tamu."

"Itu lebih bagus." Lalu berputar menuju kamar Putra. "Ngomong-ngomong dimana Daze, setelah makan tadi kok Mama gak lihat dia."

"Biasa, palingan main PS dikamar, dia mana tertarik ikut ngobrol gitu." Anita mengangguk, Daze memang anak yang bandel tidak mau menurut, sudah mengatakan dengan lantang tidak mau menuruni bakat orang tuanya pada bidang kedokteran namun tetap saja dia anak yang baik dari sahabat dekatnya dan menjadi sahabat yang baik pula untuk anaknya.

Benar, saat Anita membuka pintu terlihat Daze tengah bermain Playstation bersama Dika, anak dari kepala pelayan dirumah ini. "Kalian berhenti dulu mainnya ya, pindah kekamar tamu saja, takut ganggu Clarissa." Daze dan Dika mengangguk lalu bergerak keluar menuju kamar tamu, Nyonya Adietama itu berbicara sangat pelan, takut sekali kalau ucapannya bisa membangunkan tuan putri.

...🌼🌼🌼...

"Mau kemana Ca?" Kanya menatap Clarissa yang sedang menata laptop dan handset. Jarang sekali dia membereskan itu. "Udah mau kekantin?"

"Gue mau ketoilet, lo mau ikut?"

"Engga ah." Lalu kembali melanjutkan obrolan bersama teman-teman satu pikirannya, Clarissa tidak bisa diajak bercerita, dia hanya mampu menjadi pendengar. "Jangan lama-lama, kita mau keruang labor."

"Iya."

Clarissa berjalan sendirian menuju toilet khusus perempuan, melewati beberapa kerumunan satu letingannya. Dia benci ini, benci ditatap dengan penuh ejekan. Ya apalagi? kalau bukan membicarakan soal paginya yang keluar dari dalam mobil mewah Putra Rizqi Adietama.

Ah soal itu, Clarissa jadi mengingat ucapan Kanya yang mengatakan bahwa Putra perduli padanya. Auhhh, dia menggeleng pelan, yang benar saja, Putra memang perduli kepada semua teman SMPnya.

Setelah selesai dengan urusannya pada perut yang terus melilit, Clarissa keluar membersihkan tangannya, dia menoleh kebelakang ketika toilet ini benar-benar sepi.

Saat akan keluar tubuhnya terdorong hingga terperosok jatuh mengenai dinding, pening menguasai kepalanya, mendesis pelan ketika merasakan darah mengalir dari dahinya menetes hingga kepelipis, Clarissa sempat menyeka ketika cengkaman pada kerahnya mengencang.

Pandangannya masih buram, tidak dapat melihat siapa yang tengah melakukan ini padanya, hingga suara yang begitu familiar memperjelas. "Gue udah muak sama lo ya cebol."

Clarissa tahu, hanya satu orang yang memanggilnya cebol. "Lo tau gak sih? gue bener-bener jijik sama lo, karena lo itu penghalang buat hubungan gue sama Putra."

"Gue gak ada....."

"Apaaa...." Nafas Clarissa tersenggal ketika Meysa mengencangkan cengkraman pada lehernya, jangan sampai asmanya kambuh. "Lo itu cuma cewek penyakitan yang sok lugu biar diperhatiin kan sama Putra?"

"Gue gak pernah sedikitpun cari perhatian Putra."

PLAK!!!????

"Gak usah cari membelaan diri, gue peringatin sama lo, gak usah deket-deket sama Putra lagi, dia itu punya guee,, milik gueeee....." tangan Clarissa mengepal, dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Jangan nangis Clarissa, jangaannn..

"Ini, yang buat kakak gue gak pernah suka sama lo, cewek barbar yang gunain cara apapun buat dapetin yang dia mau...."

PLAKKK!!!????

Satu kali lagi tamparan mengenai pipi Clarissa, kali ini lebih kuat, hingga mendapatkan luka pada bibirnya, Clarissa dapat mengecap darah yang keluar dari dalam rongga mulutnya.

"Jangan bahas soal Kakak lo lagi, dia cuma cowok yang gak tahu rasa syukur karena gue udah ngejer-ngejer dia."

Heh..

Clarissa menyeringai. "Mungkin Putra bakal ngelakuin hal yang sama yang kayak Kakak gue lakuin ke elo."

Mendengar kalimat menyebalkan Clarissa, Meysa kembali mencekam lehernya sangat kuat, hingga teman-temannya yang bertugas menjaga pintuk berlari masuk. "Sya udahh, Pak Joko lagi keliling."

Meysa melepaskan cengkamannya. "Gue peringatin sekali lagi sama lo, gak usah deketin Putra lagi atau lo bakal dapetin yang lebih parah dari ini."

Setelah mendengar Meysa dan teman-temannya meninggalkan toilet, Clarissa meraba lantai mencari Inhaler, alathirup yang digunakan untuk membantu pernapasan bagi penderita asma, tergelatak dibawah pintu, cepat-cepat Clarissa meraihnya dan menghirup dalam-dalam.

...🌼🌼🌼...

Kelas semakin riuh ketika guru biologi mereka memberitahukan bahwa beliau tidak bisa masuk karena ada kendala, membuat mereka membatalkan untuk belajar diruang labor.

"Iya Nyak, gue pernah lihat kok kalau Putra ikut balapan juga." Ucap Delisa, mereka tengah membicarakan balapan mobil yang sering diikuti Putra serta teman-temannya. "Gila tau gak, dia itu cakep banget."

"Lo tau dari mana Sa? pernah lihat?" tanya Vina yang duduk didekatnya. "Oh iya, lupa gue..." menepuk dahinya.

"Lupa apa?"

"Kan Delisa pacaran sama Noel yang hobi balapan mobil juga Nyak, pasti dia sering diajaklah." Delisa tertawa malu-malu mendengar kalimat Vina, memang suatu keberuntungan bagi Delisa telah memiliki hubungan dengan anak konglomerat sekaligus aparat negara itu. "Gila, lo beruntung banget Sa."

"Biasa aja." Mengepakkan rambutnya, berucap biasa saja namun tingkahnya menyombong, Kanya hanya menatap datar, apalah daya dia yang malah menyukai anak laki-laki dikelasnya yang tidak menonjol. "Lebih beruntung lagi Clarissa."

Kanya menyadarkan diri dari lamunan cintanya yang tidak berlabuh. "Beruntung kenapa?"

"Ya gak pernah loh Putra bawa mobilnya kesekolah, dan cuma gara-gara bawa Clarissa dia bawa mobilnya. Special gak tuh."

Kanya dan Vina mengangguk. "Gue juga udah ngomong gitu sama Ica, tapi tuh anak gak percaya dan malah bilang kalau bawa mobil karena motor Putra belum dicuci."

"Huh, Clarissa emang polos." Ejek Vina.

"Eh itu Clarissa."

"Ca, lama amat lo ke toilet? guru biologinya gak masuk. Kantin yuk." Kanya menatap heran, Clarissa hanya menunduk tidak menjawab pertanyaannya, membuatnya bangkit dan menghampiri Clarissa karena mendapat gelagat aneh dari sahabatnya. "Ca.."

"Aw.." Clarissa menatap kaget. "Ah sorry Nyak, gue gak denger."

"Lo kenapa?"

"Ah, gak papa kok, gue sakit perut kayaknya."

Kanya menyentuh dagu Clarissa agar sahabatnya itu mendongak menatapnya, mata Kanya melebar ketika menatap memar pada kedua pipinya dan terdapat luka diujung bibir Clarissa dan darah merah yang masih membekas pada pelipis Clarissa. "Lo kenapa Ca?"

"Tadi, tadi gue jatuh Nyak."

"Siapa yang ngelakuin ini sama lo?"

Clarissa menggeleng. "Gue jatuh, sumpah."

"Siapa Icaaa....." Kanya mengguncangkan tubuh kuat, "gue tanya SIAPAAAA?!!?"

"Kanya..." Delisa meraih bahu Kanya agar tidak terus membentak Clarissa yang terus menunduk sembari mengusap air matanya. "Tenang, Ca kita ke UKS yuk?"

"Gue gak papa kok, beneran."

Kanya melepaskan kedua tangan Delisa yang menahannya. "Ini udah main fisik Ca, dan lo masih gak mau ngakuin ini."

Clarissa menyeka air matanya. "Gak papa Nyak, sumpah ini gak papa."

"Terserah...."

Clarissa meminta Delisa dan Vina untuk mengejar Kanya, menenangkan sahabatnya itu agar tidak marah karena tindakannya yang menyembunyikan masalah yang dia hadapi.

Masalahnya adalah, Clarissa tidak ingin ada yang terlibat oleh masalahnya yang menyukai Putra. Dia hanya ingin perasaannya yang bermasalah ini dia sendiri yang menanggung.

Dia telah belajar dari masa lalu, ketika semua orang menghujatnya karena dengan berani dia menempeli Putra, Kanya terkena imbasnya.

Clarissa takut hal itu terulang kembali.

Dia benar-benar...

Ingin Kanya tidak lagi masuk kedalam masalahanya, masalah perasaannya yang salah pada Putra.

Clarissa merebahkan kepala pada mejanya dengan alas tas, matanya mulai tertutup secara perlahan. Sebuah geseran bangku membuatnya membuka mata.

Putra menaruh beberapa obat merah dan plester diatas meja. "Lo ngapain?"

"Luka lo harus dibersihin."

"Gak usah," kakinya bergerak menggeser bangku agar semakin dalam menempel pada dinding. "Ehh," Clarissa cepat mengenyahkan tangannya pada bahu Putra, dia sangat terkejut ketika Putra menarik kursinya hingga membuat mereka berdempetan. "Maaf."

"Bisa diem gak?" mulai mengobati dahi Clarissa, membersihkan seluruh darahnya yang masih membekas, menempelkan perban dengan pelan disana. "Kanya bukannya bersihin luka lo malah main pergi aja."

"Ini gak papa kok."

"Kenapa sih? majuan sini, bibir lo perlu diobatin Ca, biar buat makan gak perih." Karena Clarissa tidak mau mendekat akhirnya dia yang berinisiatif untuk maju. Mulai mengoles salep pada ujung bibir Clarissa yang robek.

Oh astaga....

Jantung Clarissa...

Serasa akan berhenti berdetak.....

Putra meniup salep yang sudah dia olesi di ujung bibir Clarissa, membuatnya memejamkan mata, ya anggap saja dia sedang menahan rasa perih dari pengaruh obat, tapi jauh dari itu, dia sedang menahan gejolak senangnya karena hal itu. Tanpa dia sadari sudah meremas ujung dasi Putra yang menjuntai mengenai telapak tangannya.

Clarissa membuka matanya ketika terasa dasi yang dia remas telah menjauh, Putra menatapnya. "Gue beliin makanan bentar."

"Gak usah Put."

"Gakpapa, lo istirahat aja, gue kekantin bentar." Clarissa mengangguk, kembali dia merebahkan kepalanya pada meja.

Putra menutup pintu, pada ujung lorong seseorang menghentikan langkahnya dengan menyodorkan plastik klip berisi memori. Putra menatap perempuan itu.

"Bukti.."

"Bukti??!!" Putra menatap heran kearah Kanya.

"Meysa."

Hanya itu yang Kanya ucapkan, lalu berlalu pergi menuju kelasnya. Putra hanya menatap datar pada memori ditelapak tangannya.

Dia berjalan cepat kekantin dan merampas ponsel Daze yang sedang dimainkan. "Woy, kaget gue. Apaan sih lo Put."

"Minjem..." Sudah membongkar ponsel Daze seenaknya, baru dia mengucapkan pinjam, seenak itu anak sultan.

Mata Putra menatap serius kelayar ponsel, ketika menampilkan sebuah adegan dimana dari rekaman CCTV terlihat Meysa tengah mencekam leher Clarissa dengan teman-temannya yang menjaga pintu masuk.

Bahkan terekam jelas bagaimana Clarissa terbanting yang menyebabkan dahi perempuan itu terluka, Putra mengepalkan tangannya ketika melihat Meysa tengah menampar Clarissa.

"Put, ponsel..." Putra meremas ponsel Daze kuat lalu membantingnya. "Gue....."

Seluruh murid yang sedang mengisi perut dikanting menatap kaget ketika Putra begitu menakutkan saat membanting ponsel Daze dengan seenaknya, lalu menginjak hingga remuk.

Daze yang menyaksikan itu hanya diam tidak berkutik. Dia santai, karena tinggal melaporkan pada Anita Tiara Adietama, langsung diganti dengan apa saja yang Daze inginkan.

"Ehh,, lo mau kemana." Menahan Putra agar tidak bertindak seenaknya. "Ini masih jam pelajaran, gak usah macem-macem lo."

"Lepas..."

"Put..."

"LEPASSSS?!!!!!!!!????" Daze melepaskan tangan Putra perlahan ketika Noel mencegahnya untuk menghentikan sesuatu yang akan diperbuat oleh Putra.

...🌼🌼🌼...

Putra mengepalkan tangannya pada pintu kelas Dua belas IPA tiga, lalu dengan perlahan dia mengetuk hingga seorang guru yang dikenal membukanya.

"Putra? ada apa?"

Mengatur nafasnya terlebih dahulu agar tidak terlihat dia sedang menahan amarah. "Saya ada urusan sebentar sama Meysa, boleh ganggu sebentar gak bu?"

"Oh, boleh, Meysa juga udah nyelesain tugasnya kok." Guru perempuan dengan panggilan Bu Melly itu memanggil Meysa. "Meysaa, Putra cari kamu ini."

Tentu saja, seluruh teman satu kelasnya bersorak, karena jarang sekali Putra menghampiri Meysa yang mereka ketahui telah mengejar Putra dari kelas satu.

Meysa menahan malu, apalagi saat dengan romantisnya Putra mengulurkan tangannya kepadanya.

"Putraaa...." Dia mengulurkan tangan dengan gaya malu-malunya kepada Putra.

Menjijikkan.

Langkah yang semula lambat semakin mengencang, hingga membuat tubuh Meysa kewalahan mengiringi langkah laki-laki pujaannya itu. "Duh Putra, pelan-pelan dong,"

Kakinya sudah beberapa kali keseleo karena Putra terlalu cepat berjalan. Hingga akhirnya laki-laki itu berhenti disebuah rooftop gedung labor yang sepi. "Uh, kamu segitunya pengen ketemu aku ya?"

Meysa tersentak ketika Putra mendorongnya kedinding dengan kasar. "Aw sakit." Dan sedetik kemudian dia tersenyum malu. "Astaga Putra, gak disekolah juga kalau kamu mau sesuatu." Merangkul leher Putra, ketika tubuh tegapnya mengurung tubuh Meysa.

"Berhenti!!!!!!"

Meysa menghentikan aktifitas jarinya menggerayangi lekuk wajah tegas Putra. "Kenapa sih?"

"Berhenti gangguin siapapun yang deket sama gue."

"Oh, jadi si cebol itu ngadu sama kamu?"

"Oh, jadi bener, lo yang udah nyakitin dia." Mata Meysa melebar ketika dia malah mengucapkan kalimat itu sendiri, padahal belum tentu Putra menanyakan hal itu kan? "Nama dia Clarissa,"

"Iya, aku yang udah ngelukai dia, kenapa?" Kalimat santai Meysa membuat Putra naik pitam.

"Gue peringatin sama lo, jangan sentuh dia."

"Apa untungnya buat aku ngelakuin itu."

"Kalau lo masih mau hidup aman."

Hah.

Meysa tersenyum sinis. "Kamu pikir siapa dia."

"Jangan sentuh milik gue. Secuil aja lo pegang dia, gue gak bakal jamin keselamatan Bokap lo." Meysa mematung, kenapa Putra menggunakan Ayahnya.

"Put...."

Putra menepis tangan Meysa ketika hendak meraihnya. "Kamu gak beneran kan? kenapa kamu bawa-bawa papa aku? dia gak tahu apa-apa masalah kita."

"Kita?" Putra tersenyum meremehkan. "Memang awalnya lo gak pernah jadi masalah gue, tapi semenjak lo mengatakan kesemua orang bahwa gue adalah milik lo, itu jadi masalah gue."

"Ke, kenapa? kamu gak pernah permasalahin itu."

Putra menepis tangan Meysa sekali lagi, hingga membuat perempuan itu terjatuh kelantai. "Karena sikap menjijikkan lo itu buat Clarissa gak nyaman setiap gue deketin dia."

"Kenapa, kenapa Clarissa?"

Putra berbicara tanpa menatap Meysa yang tengah kesakitan, lututnya sudah berdarah karena terjatuh. "Karena dia berharga buat gue."

Pintu rooftop tertutup dengan keras ketika laki-laki tinggi itu telah menghilang dari balik pintu. Meysa berdiri lalu menghentakkan kakinya. "Sialan."

Apa maksudnya Putra mengatakan bahwa Clarissa berharga untuknya, Meysa mengeram kesal dan kembali dia menghentakkan kaki. "Awas lo Clarissa, gue bakal lebih parah hancurin lo."

...🌼🌼🌼...

"Ca bangun...." Clarissa mengerjapkan matanya, astaga, dia tertidur?

Buru-buru dia menegakkan tubuhnya, menatap Kanya datar. "Gue tidur?"

"Iyalah, masa pingsan." Kanya bergerak menyentuh dahi Clarissa, mengecek suhu tubuh sahabatnya. "Gak panas kok, ada yang dirasa sakit gak?"

Kanya tertawa ketika respon Clarissa malah menyentuh dadanya. "Sakit hati? kenapa? bukannya seneng abis diobatin sama Putra?"

"Apaansih."

"Dih, respon macam apa itu? gak usah sok nutupin rasa bahagia lo deh ke gue." Menarik tangan Clarissa, memeriksa tubuh sahabatnya itu baik-baik saja atau ada yang terluka.

"Biasa aja." Obrolan mereka berhenti ketika Putra dan Daze berdiri didekat mereka.

"Pulang bareng gue."

"Engga usah, gue sama Kanya mau ke Rumah Sakit." Putra menatap datar, lagi-lagi Clarissa menolak untuk bersamanya.

"Ngapain kita ke Rumah Sakit?" tanya Kanya. "Bukannya mau....."

Tanpa aba-aba, Clarissa sudah menarik Kanya lupa berpamitan dengan dua laki-laki yang menunggunya untuk berjalan beriringan.

"Lagi,, " satu kalimat yang dilontarkan Daze membuat Putra menatapnya tajam. "Kenapa? emang dari dulu gitu kan? dia gak pernah nyaman deket sama lo, padahal beberapa orang bilang kalau dia ada rasa suka sama lo." Daze menggeleng pelan. "Suka apaan, kalau dideketin malah ngejauh."

"Ze, mulut lo mau gue robek."

"Engga Put, canda doang." Menyengir ampun.

💜💜💜💜💜 BERSAMBUNG 💜💜💜💜💜

Terpopuler

Comments

Rancito

Rancito

Smp sini koq gw kezel ya sm Clarissa.

2022-12-09

0

Dian Anggraeni

Dian Anggraeni

Makin seru nih lanjuuut 👏👏👏👏👍👍👍👍

2020-11-09

2

Rena Karisma

Rena Karisma

semangat 💕💕

2020-11-08

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 00:01
3 00:02
4 00:03
5 00:04
6 00:05
7 00:06
8 00:07
9 00:08
10 00:09
11 00:10
12 00:11
13 00:12
14 00:13
15 00:14
16 00:15
17 00:16
18 00:17
19 00:18
20 00:19
21 00:20
22 00:21
23 00:22
24 00:23
25 00:24
26 00:25
27 00:26
28 00:27
29 00:28
30 00:29
31 00:30
32 00:31
33 00:32
34 00:33
35 00:34
36 00:35
37 00:36
38 00:37
39 00:38
40 00:39
41 00:40
42 00:41
43 00:42
44 00:43
45 00:44
46 00:45
47 00:46
48 00:47
49 00:48
50 00:49
51 00:50
52 00:51
53 00:52
54 00:53
55 00:54
56 00:55
57 00:56
58 00:57
59 00:58
60 00:59
61 00:60
62 00:61
63 00:62
64 00:63
65 00:64
66 00:65
67 00:66
68 00:67
69 00:68
70 00:69
71 00:70
72 00:71
73 00:72
74 00:73
75 00:74
76 00:75
77 00:76
78 00:77
79 00:78
80 00:79
81 00:80
82 00:81
83 00:82
84 00:83
85 00:84
86 00:85
87 00:86
88 00:87
89 00:88
90 00:89
91 00:90
92 00:91
93 00:92
94 00:93
95 00:94
96 00:95
97 00:96
98 00:97
99 00:98
100 00:99
101 01:00
102 01:01
103 01:02
104 01:03
105 01:04
106 01:05
107 01:06
108 01:07
109 01:08
110 01:09
111 01:10
112 01:11
113 01:12
114 01:13
115 01:14
116 01:15
117 01:16
118 01:17
119 01:18
120 01:19
121 01:20
122 01:21
123 01:22
124 01:23
125 01:24
126 01:25
127 01:26
128 01:27
129 01:28
130 01:29
131 01:30
132 01:31
133 01:32
134 Pengumuman
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Perkenalan
2
00:01
3
00:02
4
00:03
5
00:04
6
00:05
7
00:06
8
00:07
9
00:08
10
00:09
11
00:10
12
00:11
13
00:12
14
00:13
15
00:14
16
00:15
17
00:16
18
00:17
19
00:18
20
00:19
21
00:20
22
00:21
23
00:22
24
00:23
25
00:24
26
00:25
27
00:26
28
00:27
29
00:28
30
00:29
31
00:30
32
00:31
33
00:32
34
00:33
35
00:34
36
00:35
37
00:36
38
00:37
39
00:38
40
00:39
41
00:40
42
00:41
43
00:42
44
00:43
45
00:44
46
00:45
47
00:46
48
00:47
49
00:48
50
00:49
51
00:50
52
00:51
53
00:52
54
00:53
55
00:54
56
00:55
57
00:56
58
00:57
59
00:58
60
00:59
61
00:60
62
00:61
63
00:62
64
00:63
65
00:64
66
00:65
67
00:66
68
00:67
69
00:68
70
00:69
71
00:70
72
00:71
73
00:72
74
00:73
75
00:74
76
00:75
77
00:76
78
00:77
79
00:78
80
00:79
81
00:80
82
00:81
83
00:82
84
00:83
85
00:84
86
00:85
87
00:86
88
00:87
89
00:88
90
00:89
91
00:90
92
00:91
93
00:92
94
00:93
95
00:94
96
00:95
97
00:96
98
00:97
99
00:98
100
00:99
101
01:00
102
01:01
103
01:02
104
01:03
105
01:04
106
01:05
107
01:06
108
01:07
109
01:08
110
01:09
111
01:10
112
01:11
113
01:12
114
01:13
115
01:14
116
01:15
117
01:16
118
01:17
119
01:18
120
01:19
121
01:20
122
01:21
123
01:22
124
01:23
125
01:24
126
01:25
127
01:26
128
01:27
129
01:28
130
01:29
131
01:30
132
01:31
133
01:32
134
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!