"Dek, lagi ngapain?" Bintang mengetuk pintu berkali-kali, berusaha menerka apa yang terjadi pada adiknya. Kanya yang biasanya pulang sekolah selalu mampir bahkan malas untuk pulang kerumah, untuk kali ini tidak. Perempuan dengan rambut kemerahan itu langsung melesat pergi membawa mobilnya.
Aneh bukan?
Bintang menggaruk tengkuknya. Semoga tidak terjadi sesuatu oleh keduanya. "Kak Bintang buatin susu hangat ya? cuaca mendung gini enak kayaknya minum susu campur teh."
Tidak ada sahutan dari dalam. Membuat gejolak panik dalam diri Bintang hadir. Sewaktu kelas Dua SMP Clarissa dan Kanya pernah bertengkar hingga membuat seluruh orang panik. Bintang takut hal itu terjadi lagi.
"Kak Bintang?" mengernyit heran. "Kakak ngapain didepan kamar Ica?"
"Kamu dari mana Ca?"
Menunjuk gelas berisi susu dan menggelantung cap teh sariwangi. "Buat teh susu."
Bintang mengusap wajahnya kasar, dia terlalu khawatir melihat tingkah Kanya yang tidak seperti biasanya. "Jangan makan, soalnya Mama sama Papa diundang makan malam, terus kita diajak juga."
"Ditempat siapa?" melewati Bintang, membuka pintu kamarnya yang tidak dikunci lalu duduk disisi ranjang.
Bintang masuk dan duduk disebelah Clarissa. "Keluarga Adietama, katanya sih makan malam antara petinggi Rumah Sakit aja."
"Ica gak mau dateng, banyak PR."
"Sok ngerjain kamu?"
"Emang ngerjain." Setelah menaruh teh susu diatas meja kecil, Clarissa meraih ponselnya yang masih terhubung kabel Powerbank. "Udah sana keluar, Ica mau mabar."
"Yee,, kirain mau ngerjain PRnya." Sebentar lagi jam setengah delapan malam, mereka harus bergegas berangkat agar tidak terlambat. "Udah gih siap-siap, tuh Mama udah nyiapin baju kamu buat dipake nanti."
Bintang sudah menutup pintu meninggalkan Clarissa yang bertarung pada pikirannya. Dia tidak ingin mendatangi kediaman Adietama.
Tapi, Clarissa ingin bertemu dengan Putra. Astaga, dia tidak bisa menahan barang sebentar, dia juga kepikiran mengenai kebodohannya yang menepis tangan Putra ketika laki-laki itu berusaha baik menegurnya.
Clarissa meremas rambutnya gelisah, lalu bangkit dari duduknya dan meraih baju yang telah disiapkan oleh Mamanya.
...🌼🌼🌼...
Mobil sedan yang Bintang kendarai bersama Clarissa yang duduk manis disamping kemudi memasuki halaman rumah mewah setelah satpam membukakan gerbang.
Clarissa mendongak menatap heran, Putra memang mengagumkan. Sudah terjejer beberapa mobil mewah terparkir dihalaman Rumah Adietama.
"Icaaaaa........ Kita emang berjodoh tau gak?" Daze sudah berdiri merentangkan tangannya dibelakang tubuh tinggi Putra, laki-laki itu sudah menatapnya lurus sembari memasukkan kedua tangannya kedalam saku Jeans. "Ca, gak mau nanggepin pelukan gue?"
Satu tangan Clarissa yang sudah mencekam tali slimbag nya berjalan melewati Putra dan Daze tanpa ekspresi.
Bintang yang melihat telah disambut baik oleh putra sematawayang Adietama, langsung menyalami ramah. "Aku Bintang, Kakaknya Clarissa."
"Putra."
"Daze Kakk."
Putra bergerak merangkul Bintang yang memiliki tinggi sejajar dengannya. "Ayo Kak Bintang, jangan sungkan, anggep aja rumah sendiri."
"Haha, kamu bisa aja Put, mana boleh aku anggep rumah kamu ini rumah sendiri?" Keduanya melepaskan rangkulan ketika sang pemilik rumah menghampiri dan langsung mengajak menuju ruang makan.
Setelah acara makan siap diselingi dengan canda dan tawa, mereka kembali berkumpul diruang keluarga, melanjutkan obrolan mereka yang Clarissa tidak terlalu perdulikan.
Membahas tentang Rumah Sakit, membahas tentang sekolah anak mereka masing-masing, dari semua yang asik berbincang dan bersenda gurau, hanya Clarissa yang terdiam. Bukan tidak ada yang mengajaknya bicara, dia saja yang tidak tertarik untuk berbicara.
"Om dengar, Ica dan Putra satu kelas lagi ya?" tanya Gio Adietama, sembari menyesap anggur dalam gelas bening ditangannya.
Clarissa mendongak. "Iya Om."
"Kalian menjadi saingan lagi dong? saya sempat heran, kenapa kalian harus dipertemukan lagi."
Doni tertawa keras, mengusap punggung Clarissa lembut. "Yah mau bagaimana lagi Dokter Gio, kita juga gak bisa melakukan sesuatu sesuai kehendak kita kan?"
"Tapi Putra bisa lakukan sesuai yang Putra inginkan Om." Ucapan Putra membuat Gio melebarkan matanya, kenapa juga Putranya ini mengucapkan hal semacam itu.
"Ya tentu saja bisa untukmu Putra." Sambung seorang pria dengan kemeja berwarna merah maroon. "Mungkin pihak sekolah menyayangkan kalau memisahkan anak yang cerdas-cerdas, Dokter Gio."
"Aihh, justru anak yang cerdas-cerdas harus dipisah dong." Gio masih tegas membantah.
"Sudahlah Dokter Gio, Dokter Hendra, mau mereka disatukan lagi atau tidak, yang terpentingkan mereka tetap melanjutkan pendidikan dengan baik, begitukan Mba Anita?"
Anita, selaku menjadi peran Mama Putra mengangguk setuju. "Saya tidak mempermasalahkan apapun, toh saya tidak memaksa Putra untuk menjadi juara terus menerus."
"Sama dong, kami juga mendidik seperti itu kepada anak-anak kami." Ucap Dinda sembari menepuk bahu Bintang. "Disaat semua orang menginginkan anak kami mengikuti jejak kami sebagai Dokter, saya malah membebaskan mereka ingin menjadi apa?"
Gio mengangguk menanggapi pembelaan kedua wanita itu. "Saya setuju, karena semua akan berakhir buruk kalau kita tetap bersikap Egois kepada anak. Bintang kuliah jurusan apa?"
"International relations om."
Seluruh orang menggeleng takjub. "Hubungan internasional?"
"Iya."
"Menjelang akhir semester ya?"
Bintang menggeleng. "Masih pertengahan om, lagi ambil Cuti."
"Cuti kendala apa?"
"Um, lagi mau buka usaha kecil-kecilan bareng temen tante." Meraih gelas kecil dan menegaknya.
Anita menatap kagum. "Didikan orang tua yang bagus ya? tapi saran tante sih jangan ditinggalin kuliahnya."
"Itu pasti tante, Bintang juga anak Mapala, rencana mau naik gunung, jadi sekalian izin deh." Sembari tertawa kecil.
Gio mencondongkan badannya. "Kamu, Mahasiswa pecinta alam? Putra juga hobi naik gunung, tuh sudah sibuk bikin surat izin sama sekolah karena mau naik gunung."
"Oh ya? rencana mau naik gunung apa?" tanya Bintang pada Putra yang duduk disebelah Gio.
"Gunung Ijen Kak, mau berangkat bareng anak-anak mahasiswa juga."
Bintang tertawa. "Jangan bilang minggu depan, soalnya kami juga mau mendaki disana?"
"Iya."
"Waahh kebetulan sekali. Kalau begitu, tante titip Putra ya, Bintang." Bintang mengangguk, rasanya menggembirakan menemukan teman satu server ditempat membosankan ini. Menurut Bintang.
Disaat yang lain sudah terbawa oleh suasana menceritakan pengalaman kuliah mereka, Clarissa sudah ingin menutup matanya, dia bersandar pada Doni dan matanya sudah sangat berat untuk dipaksakan membuka.
"Kalau Clarissa, mau lanjut kemana?"
"Hah?" Clarissa mendongak, lancang sekali dia mau main tidur saja. "Um, masih belum kepikiran."
"Clarissa anaknya bener-bener masih manja, susah bergaul, jadi kami belum memberikan pencerahan untuk kesana." Sembari mengelus bahu Clarissa yang sudah berulang kali menguap, apa semua orang tidak melihat Clarissa yang sudah mengantuk?
Gio tertawa, dia harus memberikan solusi kepada dua orang yang sangat berpengaruh kepada Rumah Sakitnya untuk anak mereka. "Tapi kita sebagai orang tua juga harus bisa meyakinkan anak sendiri untuk menjadi mandiri, membimbing anak untuk melanjutkan pendidikan itu sangat penting loh Dokter Dinda, atau Clarissa ke Harvard saja? biar Putra ada temannya?"
Clarissa menggeleng pelan, berusaha mengumpulkan nyawanya lagi dan juga melirik Putra sekejap. "Udah ada planning mau ke Bandung sih om, masuk ke university yang membuka jurusan teknologi game gitu." Dinda dengan cepat menutup mulut Clarissa yang menguap lebar.
"Sepertinya disini kita semua satu pemikiran ya, betulkan Pak Gio, kita sama sekali tidak memaksakan anak kita untuk mengambil jurusan kedokteran bukan?" seorang pria dengan kemeja cokelat muda menimbrung, Clarissa ingat, pria itu adalah Dokter yang pernah menangani asmanya yang kambuh sewaktu kecil. "Sayapun begitu, memiliki empat anak dan hanya satu anak saya yang mengikuti jejak saya sebagai Dokter."
"Memang Dokter Jeno, kita tidak boleh egois kepada anak-anak kita." Gio berujar menegaskan, karena tidak semua anak memiliki pandangan yang sama seperti para orang tua. Oleh karena itu, dia selaku orang tua juga tidak memaksakan putra sematawayangnya untuk menjadi Dokter.
Kesadaran Clarissa sudah menurun, dia benar-benar terlelap pada bahu Doni.
...🌼🌼🌼...
"Hoaamm....." Clarissa menggeliat, tidurnya sangat nyenyak, dia sampai lupa mencuci wajah dan memakai rangkaian skincare malamnya, pasti mamanya akan mengomel panjang karena melupakan hal penting itu.
"Udah bangun Ca? mandi gih, kita berangkat pagi biar gak kena macet."
Clarissa membuka matanya, ketika suara yang membuat dadanya berdetak lebih cepat terdengar diiringi suara gesekan gorden. "Put, lo ngapain dikamar gue?" Ucap Clarissa hampir berteriak, Papanya melarang keras siapapun laki-laki yang sebayanya masuk kedalam kamarnya.
"Hah?" Putra merespon keheranan.
Wait..
Clarissa terdiam.
Ini bukan kamarnya, Clarissa bangkit dari kasur dan melihat sekelilingnya keheranan. "Gue dimana? ini bukan kamar gue?"
"Ini kamar gue?"
Clarissa menoleh, memastikan kalimat yang didengarnya barusan benar adanya.
"Clarissa sudah bangun? mandi ya sayang kita sarapan bareng?" Anita muncul dari balik pintu setelah mendengar keributan dari dalam kamar Putra. "Kenapa?"
"Kok Ica disini tante?"
"Semalem kamu tidur nyenyak banget, tante gak tega, makanya minta Kakak kamu buat mindahin kamu kekamar Putra. Sudah sana mandi, tadi mama kamu sudah bawakan perlengkapan sekolah kamu diatas meja." Ucapnya langsung menutup pintu.
Clarissa lebih dulu memutuskan pandangan dari Putra, ketika laki-laki itu tersenyum manis padanya. Masalahnya adalah, ini masih pagi dan Clarissa bisa mati kegirangan karena melihat senyuman itu. "Lo, bisa keluar? gue mau mandi."
"Oke, kayaknya Nyokap lo lupa bawa sikat gigi, pake punya gue aja gak papa." Clarissa mengangguk sembari membawa handuk bersih yang diberikan oleh Putra, dia berjalan masuk kedalam kamar mandi tidak memperdulikan soal sikat gigi yang seharusnya keluarga ini punya banyak.
...🌼🌼🌼...
Latar SMA Gemilang Cahaya tidak berisik seperti biasanya, setelah memarkirkan kendaraan masing-masing mereka akan langsung berjalan menuju kelas atau kantin. Tapi tidak untuk kali ini.
Bisikan kecil mereka menimbulkan besarnya kegaduhan latar sekolah, sebuah mobil sport mewah berwarna merah memasuki halaman luas SMA Gemilang Cahaya menjadi topik panas pagi ini.
"Itu mobil siapa?"
"Belom kelihatan yang punya."
"Ya lo tau sendiri, kalau gak Daze, Erlangga, Rinda, atau Putra, deretan anak kelas atas yang bakal bawa mobil begitu."
Tidak ada yang bergerak dari tempatnya masing-masing, masih menerka siapa pengendara mobil mewah itu. Rasanya akan melegakan setelah melihat pemiliknya.
Sedangkan sang pusat perhatian masih belum keluar dari dalam mobil.
"Kan udah gue bilang Put, kita bakal jadi pusat perhatian satu sekolah." Clarissa mendesah kesal, ketika Putra ngotot untuk tetap bersama sampai disekolah, menolak keras menurunkan Clarissa dihalte dekat sekolah.
"Kita?" Putra tidak mendengarkan kalimat terpenting Clarissa.
"Put."
"Hem?" Putra menoleh, satu tangan menggengggam kemudi dan tangan lainnya menggenggam pedal.
Astaga, hari ini Clarissa ingin kejang-kejang saja sampai meninggal.
"Puter balik, gue gak mau masuk sekolah."
Putra menggeleng keras. "Kemarin lo udah bolos Ica, masak hari ini mau bolos lagi sih?"
Ah benar.
"Gue keluar duluan." Putra mengangguk, mengizinkan Clarissa melakukan apapun.
Mata semua penduduk sekolah melebar ketika melihat seorang Clarissa keluar dari mobil mewah itu, ya mereka sedikit merasa tidak menyangka bahwa Clarissa mau juga bergaya mewah walau pada kenyataannya perempuan mungil itu memang hidup mewah.
"Loh?"
"Itu Kak Clarissa kan? loh, Kak Putra?" Semakin membuat sesak nafas mereka kambuh bersamaan ketika Putra keluar selang beberapa menit Clarissa keluar.
Bukan itu yang Clarissa maksudkan.
Putra tidak peka.
"Pagi Kak...." Clarissa mengangguk dengan kepala menunduk dalam, seluruh murid di SMA Gemilang Cahaya memang dididik untuk hormat kepada yang lebih tua. Namun Clarissa merasakan sapaan mereka penuh ancaman.
Clarissa menaruh tasnya diatas meja dengan kasar, tidak perduli laptop dengan sejuta game didalamnya akan hancur, karena pikirannya sudah lebih hancur.
"Ini kenapa lagi Icaa?" Kanya sudah menatap tajam. "Kemarin kita berantem karena gara-gara Putra menghalangi lo sama Kak Rehan nonton. Sekarang apa? lo tidur dirumah Putra?"
Oh, tentu saja semua kuping anggota kelas secara cepat langsung melebar. Berusaha memperjelas pendengaran mereka.
Ya harus. Karena itu adalah informasi penting.
Kalian harus tahu, SMA Gemilang Cahaya memiliki forum khusus yang memberikan berita kepada luar sekolah tentang isi dari kegiatan dalam sekolah. Dan berita tentang anak-anak kalangan atas adalah berita penting tentunya.
Dan foto Clarissa dan Putra keluar bersamaan dalam satu mobil sudah tersebar luas.
"Gue males jelasinnya."
"Iya gue paham. Ikut gue." Kanya menarik tangan Clarissa kuat dan membawa, Clarissa tidak sempat meminta maaf kepada laki-laki yang tidak sengaja dia tabrak karena Kanya terlalu kencang menariknya.
Kanya membawanya keatas rooftop sekolah, dan ditempat itu adalah tempat dimana mereka selalu menghabiskan waktu bersama jika mereka berdua sedang bolos bersama.
"So, lo udah sejauh apa sama dia?" menatap dengan tatapan bahagia setelah Clarissa menceritakan semuanya, tidak seperti Kanya yang biasanya. Ya, walaupun Kanya selalu menampilkan wajah ramah kalau bersamanya saja. "Keluarga kalian beneran gak ada niat buat ngejodohin kalian berdua?"
Clarissa menggeleng.
"Heran gue, suatu keajaiban buat lo Ca!!!"
"Apa?"
"Seumur hidup gue satu sekolah sama Putra, gak pernah gue lihat Putra bawa mobilnya kesekolah. Daannnn, dia bawa waktu bareng sama lo."
"Ya karena tadi pagi motornya belom dicuci." Ucap Clarissa polos.
Kanya menggeleng keheranan saat sahabatnya ini begitu lugu. "Dia inget ucapan lo kemarin, lo dilarang keras naik motor karena takut asma lo kumat Ca." Mengguncangkan tubuh Clarissa geram. "Dia perduli sama lo."
Clarisaa terdiam. Jangan pernah berpikir macam-macam Clarissa, Putra selalu mengatakan dia sangat perduli kepadanya karena dia adalah teman satu SMPnya.
💜💜💜💜💜 BERSAMBUNG 💜💜💜💜💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Miss GH
Gunung ijen itu dari mana ya, aku sampe searching karna aku suka
2022-02-12
1
IG: Saya_Muchu
Udah aku fav thor,.semangat ya, saling support
2021-11-11
1
ARSY ALFAZZA
fav, boomlike 5 episode+ rate bintang ⭐⭐⭐⭐⭐ saling mendukung ya Thor
2020-11-10
1