00:04

Hari senin, sekitar jam 07.30 , Halaman SMA Gemilang Cahaya sudah ramai, seperti biasa mereka akan melaksanakan upacara bendera.

Yang memimpin jalannya upacara adalah kelas dua belas IPS satu, dan sudah tidak diherankan lagi Kelas IPA satu akan ribut ketika Marisa bergerak menjadi pemandu paduan suara, seluruh murid beserta guru dan kepala sekolah menghormat kearah sang bendera merah putih ketika pemimpin upacara berteriak.

Kanya mendelik menatap kearah barisan para laki-laki disebelahnya. "Berisik banget sih lo pada, pak Joko lewat baru tahu lo."

"Kenapa sih Nyak, jangan cemburu gitu kenapa kalau kita lagi pada muji Marisa?" ucap Dadang yang berdiri disebelahnya.

Kanya semakin mempertajam pelototan matanya. "Dih, gue itu cuma gak mau dibilang anggota kelas ribut." Tangannya menyenggol punggung Clarissa yang berdiri didepannya. "Lo juga, ngapain pake berdiri disini, biasanya kan kita selalu baris didepan."

Clarissa tidak bergeming ketika Putra menuntunnya maju sedikit. "Kenapa sih lo? mau berdiri didepan atau dibelakang sama aja kan?"

Mendengar lontaran ucapan Putra dia hanya mendelik tajam, Clarissa sih manut-manut saja ketika seseorang memintanya berdiri bersebalahan saat upacara berlangsung. Apalagi setelah Kanya tahu, bahwa Putra yang meminta sahabatnya itu berdiri bersebelahan.

Saat pembina upacara dipersilahkan untuk memberikan amanat, seorang siswi dari kelas IPA dua mengambrukkan diri ketubuh tegap Putra, membuatnya oleng dan menyenggol tubuh mungil Clarissa untungnya dengan sigap Kanya menahan bahunya agar tidak terjatuh.

Seluruh para siswa dan guru tampak terkejut, dengan cekatan Putra menopang tubuh siswi itu dan membawanya keruang UKS yang telah diarahkan oleh guru BP yang langsung berlari kearah kerumunan.

"Lo gak papa Ca?" tanya Kanya panik, karena bahu Clarissa tersenggol dengan keras tadi.

Clarissa menggeleng, memastikan diri kepada Kanya bahwa dirinya tidak kenapa-kenapa. Kanya berjinjit berusaha mencari siapa siswi yang digendong oleh Putra. "Siapa tuh?"

"Itu Meysa," ucap teman sekelasnya yang berdiri dibelakangnya. "Soalnya gue lihat sepatunya."

"Dadang nih." Kanya memukul bahu Dadang kuat.

"Kok gue."

Kanya berkacak pinggang. "Iyalah Lo, seharusnya lo yang nolongin yang pingsan tadi, bukannya Putra, kalau beneran dia Meysa bisa hidup kegirangan dia setelah tau Putra yang menggendong."

Dadang maju memasuki barisan Putra agar tidak kosong, dan Daze maju mengisi barisan Dadang. "Lo aneh tau Nyak, Putra nempelin Clarissa lo marah-marah, tapi Putra nolongin Meysa lo juga marah-marah, lo suka sama Putra."

"Dih, amit-amit gue suka sama cowok kayak Putra?" ucapnya sembari mengibaskan tangannya dari lengan kearah Daze. "Putra itu gak seberharga itu buat gue sukai."

Daze tersenyum sinis. "Dan lo bukan bagian orang berharga yang bisa suka sama Putra." Mereka sampai melupakan istirahat ditempat karena sibuk berdebat. "Gue yang temenan sama dia dari kecil, bisa ngerasain dia itu berharga kok."

"Ya elo, gue sih engga." Mengibas rambutnya kebelakang. "Denger ya Ze, ada orang yang suka sama dia setengah mati dan dia gak perduli, lo anggep dia berharga gitu?"

"Iya dong, buktinya disukai sampek setengah MATI." Daze menekan kata terakhir. "Justru siapapun orang yang suka sama Putra setengah mati, malah gue anggep dia itu gak berharga."

"Lo....."

Daze memotong. "Kenapa gue bilang gitu? karena kalau suka sama seseorang tapi dia cuma bisa diem aja, gak gerak sama sekali itu tandanya dia gak berharga. Karena dia udah menyerah sebelum berjuang. Dia ngerasa insecure duluan."

"Gini ya...."

Daze memotong lagi. "Apa? yang pernah nyatain cinta atau suka sama Putra, dia gak pernah ngejatuhin atau apapun. Dia tahu caranya menghargai, karena itu Putra berharga menurut gue."

"DAZEEEEEE...." Kanya merasa kesal karena tidak diberi waktu untuk biacara.

"APAAA...."

"HEI,,, kalian berdua.." Daze dan Kanya terdiam. "Anak IPA satu, barisan ketiga dari belakang, perempuan dan laki-laki, saya perhatikan malah mengobrol sampai berteriak lagi."

Tentu saja seluruh siswa dan guru menoleh kearah kelas IPA satu, yang merasa ribut sedari jalannya upacara langsung saling pandang. "Majuuu... Sini sebelah saya."

Kanya memukul bahu Daze dan berjalan lebih dulu melewati teman-temannya, menembus lapangan yang kosong dengan tatapan seluruh penghuni sekolah, diikuti Daze dibelakangnya. Biasanya lapangan ini terasa biasa saja, kali ini terasa berbeda oleh Kanya.

Clarissa menoleh kebelakang sekilas, ketika mendengar suara Putra telah berbaris dibarisan paling belakang. "Kenapa tuh Daze sama Kanya kedepan?"

"Biasa, kalau mereka deketan pasti ribut." Edo yang berada didekatnya langsung menjawab.

Upacara berakhir pada jam 08.15 , mereka berhamburan dan duduk berlesehan dilantai lapangan. Berusaha berteduh, karena cuaca sangat terik hari ini, Clarissa mendongak ketika dia merasa pada bagiannya terasa lebih teduh.

Putra sedang berjongkok menghalangi dirinya dari sinar matahari, astaga, Clarissa harus senang atau malah ingin mehilang saja karena para siswi melirik kearahnya. Tentu saja ada yang melirik iri dan ada yang melirik kesal karena mereka berteman dengan Meysa, yang mereka anggap sebagai perempuan yang cocok disandingkan pada Putra Rizqi Adietama.

"Lo gak papa Ca?" Clarissa memajukan diri sedikit agar tidak terlalu bersentuhan pada dada Putra. "Tadi gue nyenggol bahu lo keceng banget, hampir jatoh kan ya?"

Clarissa menggeleng. "Tadi Kanya nampung gue." Dia semakin maju lagi, meraih lengan Delisa yang langsung menoleh kearahnya. "Put, lo, jauhan gih, gue diliatin sama anak-anak, gak enak."

Putra terdiam, menghembuskan nafas kesal sendiri karena lagi-lagi Clarissa menjauh darinya karena merasa tidak nyaman.

...🌼🌼🌼...

"Ya lo juga, kan gara-gara lo gue harus bersihin toilet sekolah, mana bau banget lagi." Ucapnya kesal setengah mati pada Daze yang berjalan disebelahnya.

"Ya lo juga Nyak, kan lo yang mancing keributan tadi." Langkah kakinya berhenti ketika menatap Marisa didepannya. "Sa, aku bisa jelasin."

Kanya mengrenyit heran. Ketika Daze bergaya sok lembut. Marisa maju dan mengusap keringat Daze yang sudah bercucuran karena kelelahan membersihkan toilet, itu semakin membuat Kanya heran. "Kan aku udah bilang sama kamu, jangan suka kompor." Tersenyum kearah Kanya. "Maaf ya Kanya, Daze memang mulutnya gak bisa dijaga."

"Ehh iya..." Dia malah jadi merasa canggung sendiri karena Marisa berbicara terlalu lembut. "Gue udah biasa ngadepin dia."

"Nanti biar aku yang kasih pelajaran sama dia." Memberikan tissue kepadnya dan kembali membersihkan keringat diwajah Daze. "Sana masuk kelas, jangan bolos, kayak Putra kenapa sih? nakal tapi pinter."

"Iya... Maaf."

Kanya menelan salivanya dan melirik kearah Daze geli, astaga, Daze kelihatan tidak keren saat berhadapan dengan Marisa. Sifat tengilnya menghilang begitu saja.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas, Kanya langsung duduk dan mengomel tidak jelas kepada dua teman dekatnya Delisa dan Vina, meluapkan seluruh emosinya sehabis membersihkan tolilet umum khusus kelas dua belas. "Sumpah rasanya gue pengen jadi wonder woman tau gak sih? capek banget gila."

Kanya tersentak lalu menoleh kebelakang, Clarissa menempelkan minuman dingin dikepalanya. "Biar otak lo ademan dikit."

"Makasih sayang."

"Hmm."

"Kali aja ini terakhir lo denger gue manggil sayang, bentar lagi kan Kak Rehan yang bakal manggil sayang." Teriaknya kepada Clarissa yang sudah duduk siap membuka laptop.

"Kak Rehan udah nembak lo, Clarissa?" Vina tersenyum kecut ketika handset sudah menempel pada telinga Clarissa. Vina beralih pada Kamya yanh mulai menegak minuman dingin pemberian Clarissa. "Kak Rehan udah nembak Clarissa, Nyak?"

"Belum sih, tapi lihat Ica pas malem minggu mau diajak nonton sama Kak Rehan, sudah dipastikan mereka bakal jadian."

Delisa menggeleng pelan. "Lo seyakin itu?"

"Iya lah, Ica jarang-jarang mau gue suruh nonton sama cowok." Ucapnya sembari menggebrak meja, entah apa motifnya. "Sudah dipastikan Kak Rehan itu berbeda."

"Lo gak tau aja sih?"

Kanya melirik Daze yang sudah duduk diatas meja didekatnya. "Gak tau apaan?"

"Clarissa nonton sendirian, dia ditinggal."

"Tau dari mana lo?"

"Lah gue sama Putra nonton juga kemaren, eh gak taunya satu studio sama Clarisaa, Putra yang cerita kalau lihat Ica sendirian, terus dia samperin deh." Kalimat panjang kali lebar milik Daze berhasil membuat ketiganya melotot kaget dan saling pandang.

Kanya berdiri menghampiri Clarissa dan menarik kabel handset hingga terlepas membuat Clarissa mendongak terkejut.

"Apaan sih?" Kanya menjauhkan tangannya ketika Clarissa hendak meraih kabel handset ditangannya. "Sini ah, ganggu aja sih lo."

"Jelasin sama gue, beneran Kak Rehan gak nonton sama lo?"

Clarissa menatap kesal, tolong untuk Kanya, tidak bisakah sahabatnya itu melihat dirinya sedang bermain game? Clarissa berdiri. "Nonton kok, The Invisible Man,"

"Bohong. Daze bilang lo sendirian nonton sampek akhirnya Putra yang nemenin lo?" Menyilangkan kedua tangannya didada, menatap tajam Clarissa.

"Dia pergi ke toilet dari pertengahan sampek film selesai Anya, itu namanya nonton bareng juga kan?"

Kanya menatap sinis. "Seharusnya lo gak usah mau duduk sampingan sama Putra?"

"Ya masa ada temen sekelas mau gabung gue tolak, udah deh capek gue jawabnya intinya sama aja kan? gue juga akhirnya makan bareng sama dia kok."

Clarissa mengurunkan niatnya untuk duduk ketika mendengar Kanya mengatakan. "Besok gue atur lagi jadwal nonton lo sama Kak Rehan, mau ada siapapun temen dikelas kita termasuk PUTRA. Lo harus tolak."

"Jadi, , , , lo yang ngatur semuanya, buat gue nonton sama Kak Rehan?"

"Um."

"Kenapa? gue udah bilang Nyak, gue gak mau dideketin sama siapapun."

Kanya maju, membuat Clarissa sedikit mendongak. "Kak Rehan orang baik, dan gue mau lo pacaran sama dia."

"Lo gak berhak atur perasaan gue."

Kanya tidak kalah melotot menyaingi Clarissa. "Dan gue perduli. Otak lo ini," sembari menunjuk kepala Clarissa kuat. "Perlu dicariin orang baru, lo gak capek cuma mikirin dia-dia-dia terus, lo pikir ini lagu?"

"Gue, GAK MAU."

"Lo gak capek?" Clarissa menghentikan niatnya untuk memasang handset, "nangis tiap malem cuma mikirin dia?"

"Nyak, stop. Gue gak suka ini dibahas." Karena seluruh anggota kelasnya sudah menatap kearah mereka berdua. "Gue anggep kita gak ada bahas soal ini."

"Gue tetep atur pertemuan kalian."

"ANYAAAAAAAAA......." teriakan Clarissa membuat Kanya membatalkan niat untuk kembali mengobrol kepada kedua temannya.

Semua tampak menatap terkejut, aura kelas berubah menjadi menyeramkan ketika dua sejoli yang biasa selalu tampak akrab kini menjadi dingin satu sama lain. "Gue udah bilang gak usah capek-capek deketin gue sama cowok manapun, gue gak suka."

"Kali ini lo harus suka." Clarissa menahan matanya yang sudah memanas.

Daze maju. "Guys please, kalian bisa berhenti kan? kenapa malah jadi berantem gini."

"Lo bisa diem gak?" Daze langsung menutup mulutnya rapat-rapat, ketika ratu sangar mulai memperingatinya dengan tajam. "Lo gak perlu ikut campur."

Kanya maju mendekati Clarissa. "Gue harap lo ngerti perasaan sayang gue sama lo Ca, lo yang terbaik buat gue, dan gue gak suka kalau pikiran sama perasaan lo itu digunain buat hal yang gak berguna.." Lalu dia berjalan menuju bangkunya, tidak memperdulikan lagi Clarissa yang hampir membantah ucapannya.

"Ini kenapa sih?" Clarissa menepis tangan itu, ketika menyentuh bahunya, berusaha mencairkan suasana, namun dia salah waktu. Botol yang ia genggam tumpah berserakan dilantai.

"Bisa lo gak usah ngomong sama gue?" ucap Clarissa, ketika mendengar suara Putra yang menghampirinya

Putra maju menatap Clarissa. "Kok lo jadi marah sama gue?"

Clarissa menutup laptopnya dengan keras, bahkan Kanya sempat terkejut. "Minggir." Tubuh Putra bergeser ketika Clarissa dengan kasar mendorongnya.

Dia berlari begitu jauh, tidak memperdulikan bel masuk sudah berbunyi. Dia tidak akan fokus belajar ketika pikirannya bercampur aduk. Kanya terlalu mengiris hatinya.

...🌼🌼🌼...

Bell pulang sudah berbunyi, Kanya berdiri membereskan semua peralatan belajar dan laptop serta handset milik Clarissa yang berserakan dimeja.

Tangannya berhenti ketika Putra duduk diatas meja milik Clarissa. "Lo gak seharusnya campuri urusan Ica, Nyak."

"Dan gak seharusnya lo ikut campur sama urusan gue." Kelas sudah sepi, menyisakan beberapa siswa yang bertugas membersihkan kelas seusai pelajaran berakhir. Kanya menghentikan langkanya lalu melirik kearah Putra. "Gue udah pernah ngomong sama lo Put, gak usah deketin Ica kalau lo cuma pengen lari dari cewek yang ngejer-ngejer lo."

"Kenapa sih? lo setakut itu kalau gue nyakitin Ica?"

"Ya iyalah." Menyeringai sinis. "Sebulan penuh Ica gak masuk sekolah, lo tau kan alasannya kenapa?"

Putra terdiam menatap Kanya, tidak mungkin dia melupakan kejadian yang membuat Clarissa menjadi sedikit menjaga jarak dengannya. "Dan Ica udah ngerasain sakit itu, gue pernah denger lo ngomong sama Daze, kalau lo pengen cari cewek yang bisa buat lo sembunyi dari cewek-cewek fanatik lo itu. Makanya gue jaga jarakin lo sama Ica, tapi sialnya, Ica terlalu bego saat deket sama lo."

"Gue gak akan nyakitin Ica."

"Terserah lo." Kanya kembali berbalik menatap Putra. "Yang jelas gue gak bakal tinggal diam." Kanya berjalan melewati dua teman sekelasnya yang sedang memungut sampah. "Guys, kalau lihat Ica, bilang ya gue udah tunggu dimobil."

"Oke Nyak."

...🌼🌼🌼...

Kanya sudah menelpon Dinda dan Doni menanyakan keberadaan Clarissa, biasanya kalau mereka sedang tidak baik atau memiliki perselisihan pendapat, sahabatnya itu akan pergi kerumah sakit menemui kedua orang tuanya.

Tapi, mereka mengatakan Clarisaa tidak ada datang. Kanya meraih ponselnya berusaha menelpon Clarissa, karena sekolah mulai sepi, menyisakan siswa yang piket dan memiliki pelajaran tambahan.

Kanya menoleh, menatap tas Clarissa bergetar. "Sial, pasti dia gak bawa Hp." Saat membuka tas milik Clarissa, memang benar ponsel dengan case berwarna hitam bermotif tengkorak itu tergelak dibawah tumpukan buku. "Pantes gak dibawa, low bat." Meraih powerbank dan mulai mengisi daya ponsel Clarissa.

Saat ia mendongak, matanya menangkap Clarissa tengah berjalan gontai, Kanya mendesah kesal ketika melihat Putra tengah berjalan dibelakang sahabatnya, dia buru-buru keluar dan menghampiri Clarissa.

"Icaa....."

Clarissa menghentikan langkahnya.

"Ngapain lo sama dia? kan udah gue bilang, dia itu cuma manfaatin lo aja." Clarissa menatap heran, dia menoleh kebelakang mendapati Putra tengah berdiri dibelakangnya.

Clarissa menggeleng cepat. "Gue gak tahu kalau dia dibelakang gue Nyak."

"Sini." Kanya menarik tangan Clarissa, tapi tertahan karena Putra juga menarik tangannya. "Gak usah pegang-pegang Ica."

"Ica balik sama gue."

"Punya hak apa lo mau ngajak balik Clarissa." Melepaskan genggamannya, lalu bersidekap. "Oh gue tahu, lo mau buat Ica jadi bahan bullyan lagi? biar besok jadi bahan gosip karena banyak yang lihat kalian pulang bareng, lo kan hobi buat Ica setres, terus Ica selama satu bulan..."

Clarissa meraih tangan Kanya. "Nyak, udah."

"Gue takut aja kalau nanti Ica lo apa-apain dimobil?"

Ciri khas Kanya, tersenyum menyeringai. "Terus, lo gak bisa gitu apa-apain Ica dimotor?"

"Nyak.."

Kanya memotong kalimat Putra yang belum dimulai. "Ica, lo pulang bareng gue."

"Enggak. Ca, lo pulang bareng gue ya?" Putra mengeratkan pegangan tangannya. "Gini aja, biar gak ada unsur paksaan, biar Ica yang milih mau pulang bareng siapa?"

"Oke, siapa takut."

Clarisaa terdiam, menatap sahabatnya dalam. Dengan perlahan dia melepaskan genggaman Putra. "Sorry Put, gue gak boleh naik motor sama bokap gue, asma gue suka kambuh kalau kena polusi udara." Ucapnya langsung melewati Kanya dan masuk kedalam mobil, membuat Putra mematung, menatap Kanya yang semakin mengembangkan senyum kemenangannya.

💜💜💜💜💜 BERSAMBUNG 💜💜💜💜💜

Terpopuler

Comments

❤⃟ˢ ͪ◦•●◉✿ REMBULAN ✿◉●•◦

❤⃟ˢ ͪ◦•●◉✿ REMBULAN ✿◉●•◦

semangat kk

2021-11-04

1

brshaaffn_18★HFN★

brshaaffn_18★HFN★

nyicil sampai sini dulu Thor 😁

semangat terus dan selalu jaga kesehatan ya 😄💪

salam hangat dari MACAC dan RTBAC ✌️😆

2020-11-20

2

꧁❦︎girl®°༄꧂

꧁❦︎girl®°༄꧂

hallo kakak semangat berkarya ya kak🤭 aku datang dengan jejak, nanti aku datang lagi kalo udah up🤭 oiya kalo ada waktu mampir kenovelku yuk

2020-11-05

2

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 00:01
3 00:02
4 00:03
5 00:04
6 00:05
7 00:06
8 00:07
9 00:08
10 00:09
11 00:10
12 00:11
13 00:12
14 00:13
15 00:14
16 00:15
17 00:16
18 00:17
19 00:18
20 00:19
21 00:20
22 00:21
23 00:22
24 00:23
25 00:24
26 00:25
27 00:26
28 00:27
29 00:28
30 00:29
31 00:30
32 00:31
33 00:32
34 00:33
35 00:34
36 00:35
37 00:36
38 00:37
39 00:38
40 00:39
41 00:40
42 00:41
43 00:42
44 00:43
45 00:44
46 00:45
47 00:46
48 00:47
49 00:48
50 00:49
51 00:50
52 00:51
53 00:52
54 00:53
55 00:54
56 00:55
57 00:56
58 00:57
59 00:58
60 00:59
61 00:60
62 00:61
63 00:62
64 00:63
65 00:64
66 00:65
67 00:66
68 00:67
69 00:68
70 00:69
71 00:70
72 00:71
73 00:72
74 00:73
75 00:74
76 00:75
77 00:76
78 00:77
79 00:78
80 00:79
81 00:80
82 00:81
83 00:82
84 00:83
85 00:84
86 00:85
87 00:86
88 00:87
89 00:88
90 00:89
91 00:90
92 00:91
93 00:92
94 00:93
95 00:94
96 00:95
97 00:96
98 00:97
99 00:98
100 00:99
101 01:00
102 01:01
103 01:02
104 01:03
105 01:04
106 01:05
107 01:06
108 01:07
109 01:08
110 01:09
111 01:10
112 01:11
113 01:12
114 01:13
115 01:14
116 01:15
117 01:16
118 01:17
119 01:18
120 01:19
121 01:20
122 01:21
123 01:22
124 01:23
125 01:24
126 01:25
127 01:26
128 01:27
129 01:28
130 01:29
131 01:30
132 01:31
133 01:32
134 Pengumuman
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Perkenalan
2
00:01
3
00:02
4
00:03
5
00:04
6
00:05
7
00:06
8
00:07
9
00:08
10
00:09
11
00:10
12
00:11
13
00:12
14
00:13
15
00:14
16
00:15
17
00:16
18
00:17
19
00:18
20
00:19
21
00:20
22
00:21
23
00:22
24
00:23
25
00:24
26
00:25
27
00:26
28
00:27
29
00:28
30
00:29
31
00:30
32
00:31
33
00:32
34
00:33
35
00:34
36
00:35
37
00:36
38
00:37
39
00:38
40
00:39
41
00:40
42
00:41
43
00:42
44
00:43
45
00:44
46
00:45
47
00:46
48
00:47
49
00:48
50
00:49
51
00:50
52
00:51
53
00:52
54
00:53
55
00:54
56
00:55
57
00:56
58
00:57
59
00:58
60
00:59
61
00:60
62
00:61
63
00:62
64
00:63
65
00:64
66
00:65
67
00:66
68
00:67
69
00:68
70
00:69
71
00:70
72
00:71
73
00:72
74
00:73
75
00:74
76
00:75
77
00:76
78
00:77
79
00:78
80
00:79
81
00:80
82
00:81
83
00:82
84
00:83
85
00:84
86
00:85
87
00:86
88
00:87
89
00:88
90
00:89
91
00:90
92
00:91
93
00:92
94
00:93
95
00:94
96
00:95
97
00:96
98
00:97
99
00:98
100
00:99
101
01:00
102
01:01
103
01:02
104
01:03
105
01:04
106
01:05
107
01:06
108
01:07
109
01:08
110
01:09
111
01:10
112
01:11
113
01:12
114
01:13
115
01:14
116
01:15
117
01:16
118
01:17
119
01:18
120
01:19
121
01:20
122
01:21
123
01:22
124
01:23
125
01:24
126
01:25
127
01:26
128
01:27
129
01:28
130
01:29
131
01:30
132
01:31
133
01:32
134
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!