Kamar Clarissa tidak biasanya berantakan. Blouse, kaos, jaket, cardigan berserakan dimana-mana, membuat Dinda menggeleng kecil keheranan, dia sedang mengintip kamar putrinya lewat celah pintu dengan penglihatan minim.
Clarissa terlihat sangat pasrah didandani oleh anak dari sahabatnya itu, memang untuk urusan fashion, Clarissa sangat modis namun untuk berdandan dia anak yang tidak perduli akan hal itu, untuk sekedar memakai day and night cream atau perawatan wajah saja harus dirinya yang memaksa.
"Sumpah deh Ca, lo cangtip parah."
"Hmm."
Kanya berdecih. Dipuji cantik saja sudah tidak mempan. "Tapi, sayang, pewaris tunggal Adietama gak peka-peka."
Tiba-tiba Kanya mendesis, karena jari lihai Clarissa sudah memutar bagian perutnya. "Sakit Ca."
"Kalau ngomong dijaga."
"Udah." Kanya meraih catokan rambut Clarissa yang tergeletak diatas meja, dirasanya sudah memanas, dia mulai menatar rambut Clarissa. "Move on kenapa? cari cowok lain, lo kan cantik nih, cantik parah malahan, coba icip-icip Ca. Kali aja ada yang buat lo nyaman gitu."
Clarissa berdecak sebal. "Lo kira perasaan orang itu bisa lo mainin sesuka lo?"
"Lah, lo gak sadar? lo sendiri kan lagi mainin perasaan lo sama si Putra itu." Ucapnya setengah berteriak sambil melotot kearah Clarissa di pantulan cermin
"Udah sih Nyak, gue males tahu kalau lo itu bahas-bahas dia mulu." Meraih ponselnya mencari aplikasi game yang biasa dia mainkan, dia memang sangat menyukai Putra, tapi dia tidak suka jika hal itu dibahas secara langsung. Clarissa hanya ingin membasah soal itu dengan dirinya sendiri.
Sembari mengikat pelan, Kanya menggeleng. "Lo sendiri kok yang kayak gitu, emang lo gak bosen setiap malem selesai belajar, lo ngendep diruang musik mandangi foto Putra yang tergeletak dibawah DVD player?"
Clarissa melirik Kanya lewat pantulan cermin, dia tampak terkejut walaupun tidak dengan jelas dia perlihatkan. "Lo tau dari mana ada foto dia disitu."
"Ketahuan kan lo?" meringis penuh pengejekan. "Pas gue kehausan tengah malem. Entah kenapa gue iseng masuk keruangan lo itu, itung-itung pengen ngerasain kehidupan lo yang berisik." Mengambil karet kecil dimeja. "Eh, gue nemu tuh."
"Nyak, jangan kasih tahu siapa-siapa ya? sumpah, si Putra bakal illfiel sama gue kalau tahu itu." Meraih lengan Kanya dengan penuh permohonan.
"Aman, gue gak bakal bilang sama siapa-siapa, lo kan sahabat gue, sahabat itu nutupin semua rahasia yang sahabatnya punya."
Clarissa tersenyum manis. "Thanks."
"Kalau gue jahat, udah dari dulu gue bocorin itu semua, bocorin kalau dibawah bantal lo juga ada foto Putra, dikamar mandi deket sabun itu juga ada foto Putra. Bingung gue, lo gak jadiin foto Putra sebagai bahan c*li lo kan?" Kanya menggeleng, kelakuan Clarissa memang aneh.
Clarissa memukul lengan Kanya kuat-kuat, melototi sahabatnya itu. "Apaan sih, lo jorok banget?"
Kanya mencibir. "Salah lo juga, ngapain nyimpen disitu."
"Ya, gue buat jadi inspirasi aja."
"Hah?" Kanya menghentikan aktifitasnya. "Lo bukan penulis Ca, Bina aja yang kerjaannya penulis online sewaktu gue tanya dapet ide dari mana. Dia bilang setiap sehabis hangout sama gengnya!! Dan lo, cuma pemain drum amatiran, bisa bilang mencari inspirasi. Cih,"
"Inspirasikan bukan untuk tulisan juga Nyak."
"Halah. Gue tau akal busuk lo." Menyenggol bahu Clarissa, hingga membuatnya oleng. "Lo ngehaluin dia kan?"
"Berisik, lo kan tau Nyak, gue paling gak suka bahas soal dia secara langsung. Bisa diem gak sih?" ucapnya sinis, sayangnya Kanya tidak merasa Clarissa sedang kesal padanya.
"Kita itu udah dari kecil sama-sama, gue cuma pengen tau aja kenapa lo sesuka itu sama dia." Clarissa memilih untuk tidak menjawab ucapan itu. "Gue tau semua tentang lo. Lo aja yang gak tahu tentang gue."
"Tahu kok."
"Apa coba?" menatap Clarissa dengan wajah penasaran, karena tidak mungkin Clarissa tahu tentang dirinya, sahabatnya ini kan tidak pernah perduli kepada sekitarnya. "Kayak lo tahu aja soal gue?"
"Tahu lah."
"Apa?" Kanya mencibir.
Clarissa terdiam sebentar. "Lo suka sama temen sekelas kita."
"What..." Kanya menjatuhkan catokan kelantai, untuk tidak rusak atau semacamnya. "Please, jangan bilang lo tahu siapa orangnya?"
Ketika Clarissa mengangguk, dengan sigap Kanya membekap mulut Clarissa kencang, bahkan sahabatnya itu sempat menepuk keras karena kekurangan oksigen. "Astaga Icaaa, kan gue bilang gak usah bilang begoo."
"Emhh.. Emhh..." Clarissa memgambil oksigen banyak-banyak, mengelus dadanya setelah Kanya melepaskan bekapan. "Gue cuma ngangguk nyet, bukan bilang."
"Semua yang lo lakuin itu sama aja." Menatap sinis tanpa rasa bersalah, "kalau lo tau siapa orangnya, please jangan bilang sama siapa-siapa?"
"Iya." Clarissa tertawa lepas ketika melihat ekspresi wajah ketakutan Kanya. Memang sahabatnya itu terkenal galak dan judes yang membuat Clarissa heran adalah saat sahabatnya itu berubah lembut ketika berbicara dengan anggota kelas yang terkenal paling pendiam dan tidak ingin terlihat.
"Ca, gue belum pernah cerita sama siapa-siapa loh? kok lo tahu sih." Dia penasaran bagaimana Clarissa tahu soal laki-laki yang dia sukai.
Clarissa menggerakkan tubuhnya menghadap Kanya, menggenggam kedua tangan sahabatnya itu. "Lo tahu semua tentang gue, ya kenapa gue enggak? gue emang gak perduli sama sekitar gue, but gue tahu tingkah sahabat gue yang selalu berubah manis kalau lagi di deket dia."
"Janji loh Ca, jangan bocorin rahasia." Kanya mengacungkan jari kelingkingnya sebagai tanda perjanjian. Clarissa buru-buru menautkan jari kelingkinya dan mereka tersenyum bersama.
Karena merasa tidak tahan, Dinda keluar dari balik persembunyiannya. "Sayangnya, Dokter cantik ini tahu rahasia kalian berdua..." Dinda masuk, membuat Clarissa dan Kanya tersentak kaget.
"Mama...."
"Tante...."
"Kenapa?" memicingkan pandangan. "Paham kok, sudah sana berangkat, katanya mau nonton. Malah ngobrol, Delisa sama Vina sudah nunggu dibawah."
"Oh, mereka udah dateng Tante?" Dinda mengangguk, mereka bertiga berjalan menuruni tangga bersamaan.
Dan Kanya berjalan mendekati Dinda, merangkul lengan sahabat karib Mamanya itu dengan sangat manja. "Janji ya Tante, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita bertiga. Dengan balasan, Anya bakal jaga Ica dengan baik."
"Aman." Mengusap punggung tangan Kanya. Setelah sampai dilantai bawah, semuanya berpamitan kepada Dinda.
...🌼🌼🌼...
"Waahhh kayaknya kita jodoh deh Ca, bisa ketemu disini selain disekolah." Clarissa menatap Daze datar, lalu dia melirik ke arah Putra yang tengah asik bermain game dengan terselip tiket bioskop disela jarinya. Ini adalah kesialannya, kenapa harus bertemu dengan si pemacu jantungnya-disini. "Lo sendirian Ca?"
"Berempat."
"Siapa aja?"
"Kepo."
Daze menatap sinis, bisa-bisanya dia diketusin. "Tahulah, palingan juga sama Kanya, Delisa sama Vina, kan?"
"Lo... Gak lagi ngikutin gue kan?"
"Enggalah, woo kepedean lo."
Clarissa berdiri setelah nomor antriannya memesan cemilan sudah terpanggil, setelah mengambil pesanan, dia berjalan melewati Putra dan Daze. "Duluan."
Daze menepuk lengan Putra. "Ayo Put, itu Clarissa udah cabut."
"Iya, tau." Mereka berdiri mengikuti Clarissa yang sudah menenteng sekotak cemilan dan minuman, perempuan dengan rambut pendek terjalin indah itu duduk disebuah sofa kecil, menunggu pintu bioskop terbuka.
"Sendirian Ca?"
Clarissa mendongak. "Lo berdua beneran ngikutin gue ya?"
"Dih," Daze merampas tiket pada genggaman Putra dan menunjukkan kedepan wajah Clarissa. "Nih, gue sama Putra udah beli tiket sebelum lo malahan."
"Oh."
"Mana temen-temen lo. Please jawaban panjang dikit." Pinta Daze sembari dia duduk disamping Clarissa, membiarkan Putra berdiri dibawah poster promosi film.
Clarissa meneguk minuman. "Mereka gak suka film ini makanya gue pisah sama mereka."
"Wih, mereka gak setia kawan."
"Clarissa, ruang bioskop sudah dibuka." Clarissa mengangguk dan dia berdiri tanpa berpamitan kepada Daze.
Daze mendongak, ternyata Putra juga tengah menatapnya dengan sebuah pertanyaan yang sama. "Siapa Put?"
"Mana gue tahu, lo cari tahu lah." Mengangkat bahunya acuh, tapi kemudian matanya menatap bahu Clarissa yang di rangkul oleh seorang-Laki-laki?
Daze menggeleng kecil, Putra bergaya seakan tidak perduli tapi tetap memintanya untuk cari tahu juga. "Yuk, masuk."
Putra tidak menjawab, dia mendorong punggung Daze untuk cepat bergerak.
Langkah kaki mereka berdua dicegah oleh pegawai pintu masuk Bioskop. Menatapnya tajam karena mereka berdua sempat membuatnya keheranan. "Jadi, kalian ini kenapa mau masuk kesini? kalau sudah membeli tiket ya masuk sesuai tempat dan jadwalnya dong."
"Tapi mba, temen saya pengennya masuk keruang bioskop yang ini." Daze menekan kata terakhir dengan menunjuk pintu masuk studio 5.
Wanita dengan senyuman manis itu menggeleng kecil. "Duh, kalau pengen masuk ke studio 5, kenapa pesannya studio 2."
"Ya namanya juga manusia mba, sudah sifat dasar mereka suka berubah-ubah kan? mba pasti pernah ngerasain jadi temen saya." Kalimat todongan Daze membuat pekerja wanita itu kaget.
Wanita itu tersenyum tipis, tetap mencoba profesional. "Kok jadi bawa-bawa saya, sudah sana beli tiketnya saja dulu."
"Apa bedanya coba sama yang saya bawa."
"Tentu berbeda dong Dek, kan sudah tertulis dengan jelas sangat berbeda."
"Mba, gak tahu ya? gedung ini punya Omnya temen saya ini loh." Menepuk bahu Putra bangga. "Dia ini Putra Rizqi Adietama, masa gak kenal."
"Engga." Menggeleng kecil. "Kalaupun benar, memang kenapa? saya kan hanya bekerja ditempat ini."
Seorang pria dengan berperawakan tinggi muncul dari lorong ujung menemui mereka bertiga yang masih berdebat, Ah tidak, maksudnya berdua, antara Daze dan wanita penjaga pintu.
"Ada apa ini?"
"Adek ini loh..."
"Nih," wanita itu menghentikan kalimatnya dan menatap telapak tangannya, dengan uang seratus ribuan lima lembar tergeletak ditangannya. "Mba pesenin aja tiket yang perlu masuk keruangan ini, jam ini, terus sobek sendiri, sisanya buang."
"Loh..."
Putra kembali mencela wanita itu. "Masalah duduk terserah mbanya mau pilih dimana, tapi untuk didalam, saya mau pilih sendiri."
Pekerja wanita itu terdiam, menatap satpam lalu menatap kedua laki-laki remaja yang sudah berjalan masuk kedalam, memilih tempat yang mereka inginkan.
Putra dan Daze sudah duduk dimana yang mereka sukai, keduanya tidak mengobrol atau apapun sampai penayangan iklan dan promosi film terbaru berakhir. Lampu mulai dimatikan, Ac semakin terasa dingin, layar sudah berubah membesar ketika siap untuk menayangkan film.
Daze mendekat kearah Putra. "Lo gak bilang kalau Clarissa nonton horror."
"Emangnya gue tau?"
"Put, gue takut hantu."
"Berisik." Menendang kaki Daze agar berhenti merengek, padahal kalau diluar dia sudah sok jagoan dan bermulut besar. Sekedar menonton film horror saja dia ketakutan.
Ditengah jalan cerita, Daze menoleh menatap pria yang berjalan menuju pintu bertuliskan EXIT diatasnya.
"Put,"
"Em."
"Gue kebelet pipis,"
Putra yang fokus menonton, berdecak sebal. "Ya tinggal ketoilet, lo minta temenin?"
Daze menggeleng. "Temenin Clarissa aja, gue ketoilet sebentar."
Ucapan Daze membuat Putra menoleh, matanya memicing berusaha memperjelas pandangan dengan penerangan minim. Dalam satu baris bangku yang Clarissa duduki tidak ada orang, mungkin karena film ini menyeramkan membuat bangku lebih banyak kosong dibandingkan yang menonton. Jadi, Clarissa sendirian? dimana laki-laki yang bersamanya?
Karena terlalu fokus menonton sepertinya Clarissa tidak menyadari kalau Putra tengah duduk didekatnya.
Saat film beradegan mengejutkan, memberikan efek suara keras hampir memecahkan gendang telinga, Clarissa menyentuhnya secara refleks. "Gak berani, tapi soksokan mau nonton horror."
Clarissa menoleh. "Putra," perlahan dia melepaskan cengkaman tangannya. "Lo, kok disini?"
"Tiket yang gue beli nonton ini Ca."
"Daze mana?"
Putra mengangkat bahu. "Katanya ketoilet, kebelet pipis." Menoleh kearah Clarissa lagi. "Gue boleh duduk sini kan?"
...🌼🌼🌼...
"Duh gila, serem banget njir.."
"Iya, gue berasa pengen lempar bangku kelayar."
"Gue malah pengen peluk cowok disebelah gue, gak tahunya sebelahnya bininya lagi hamil cok."
sekilas ocehan para penonton saat bergiliran keluar ruang bioskop.
"Cari siapa Ca?" tanya Putra ketika Clarissa sibuk memutari pandangannya.
Clarissa sedikit bergeser ketika Putra mengajaknya bicara terlalu dekat. "Kak Rehan, katanya ketoilet. Tapi, film selesai gak balik-balik."
Jari telunjuk Putra terulur menuntun Clarissa menurunkan ponsel yang disematkan ditelinga, berusaha menelpon laki-laki yang bersamanya. "Mungkin toilet dirumah kali, makan yuk Ca, laper gue."
"Entar ah, gue mau nunggu dia, tadi udah janji mau makan bareng." Ucapnya, kembali membuka ponsel untuk menelpon setelah menepis tangan Putra dari ponselnya.
Putra memandang lurus kepada Clarissa, teman sekelasnya ini tidak menganggapnya ada sepertinya. "Lo kan bisa bilang nyusul sama dia."
"Lo duluan aja, gue gak enak kalo harus ninggalin dia." Ucapnya sembari menatap kearah dalam, masih mencari sosok Rehan.
"Kayak dia berharga aja buat lo." Clarissa dan Putra saling menatap sinis, "gue cabut." Setelah memutuskan pandangan.
"Putraaaa...." teriakan dari dalam membuatnya menghentikan langkah, terlihat Daze keluar dengan berlari kecil, "sorry lama, cari makan yuk."
"Ini mau cabut,"
Daze menoleh menatap Clarissa yang berdiri tidak jauh dari Putra. "Ca, mau ikut makan bareng?"
"Gak usah ajak dia, lagi nungguin pacarnya."
"Lo punya pacar Ca?"
Belum sempat Clarissa menjawab, kerah kemeja Daze sudah ditarik oleh Putra membuatnya berjalan mundur kebelakang, Daze melambaikan tangan kecil kearahnya lalu berbalik mengiringi langkah Putra.
"Put, rayu gue kek, pengen makan bareng sama lo." Ucapnya lirih menatap Putra dan Daze yang sudah menuruni escalator. Wanita memang seperti itu.
"Clarissaa." Rehan berlari menghampirinya. "Maaf, Kakak cari kamu kestudio malah udah ganti film, maaf ya?"
"Kakak gak ketoilet rumah kan?" tanyanya, mengingat ucapan Putra tadi.
Rehan menggeleng. "Enggak dong, tadi ada yang iseng, ngunci pintu kamar mandi, makanya gak keluar-luar?"
"Hah? kok bisa? siapa yang ngunci?"
Pria itu tersenyum kecil. "Kalau tau, dia gak mungkin berani ngunciin. Untungnya ada mas mas OB, jadi dibukain." Menarik tangan Clarissa. "Cari makan yuk."
💜💜💜💜💜 BERSAMBUNG 💜💜💜💜💜
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
dasar Clarissa
2020-11-10
1
꧁❦︎girl®°༄꧂
hallo kakak semangat berkarya ya kak🤭 aku datang dengan jejak, nanti aku datang lagi kalo udah up🤭 oiya kalo ada waktu mampir kenovelku yuk🤭
2020-11-05
1
pratiwi retno
like kak
2020-11-05
1