Rekan dari Kim Ju semakin terpojok. Ia tidak bisa mengelak lagi sebab tahu persis jika sop di dalam mangkuk Zhillin telah tercampur dengan racun. Ia tidak mungkin nekat mempertaruhkan nyawanya, hanya demi menunjukkan bahwa dirinya tidak berbohong.
"Ya, Zhillin benar. Ada racun di dalam sop mereka. Akulah yang menaruhnya dengan tanganku sendiri. Sekarang apa yang akan kau lakukan?" ujar lelaki itu tanpa rasa bersalah.
"Kurang aj*r!"
Kim Ju mengumpat dan menghantamkan tangannya yang terkepal ke wajah rekannya.
Buuuugh!
Saking kuatnya pukulan Kim Ju sampai membuat rekannya tersungkur. Tidak dipungkiri, rasa kecewa dan marah telah membuat Kim Ju menjadi lebih kuat dari biasanya. Ia juga sangat ingin membunuh rekannya saat itu juga. Tapi Kim Ju masih sanggup menahan diri.
"Ju'er, mengapa kau membela mereka? Mereka pantas mati atas semua kesusahan yang kita alami. Gara-gara mereka, proyek kita akan gagal. Proyek yang sudah sangat lama kita laksanakan dan dengan sabar kita tunggu hasilnya."
Rekan Kim Ju meluapkan amarahnya. Ia jelas tidak rela proyek Zhillin berakhir begitu saja tanpa mendatangkan keuntungan apapun untuknya. Padahal lelaki itu merasa telah mengorbankan banyak hal untuk proyek tersebut.
Rekan Kim Ju menjadi begitu sakit hati sebab ia sudah membayangkan sejumlah hadiah yang akan ia dapatkan jika proyek Zhillin berhasil.
Patriark Bao Li menjanjikan harta yang sangat besar jumlahnya dari hasil keuntungan penjualan pil istimewa yang bahan utamanya adalah ekstrak dari tubuh Zhillin.
Selain itu, ia juga dijanjikan akan mendapatkan penghargaan bergengsi yang diberikan walikota, jabatan yang tinggi di Jin Quo, dan yang paling utama juga sangat ia idamkan adalah dirinya akan dinobatkan sebagai seorang profesor.
Tapi semua hal yang sudah sangat ia idam-idamkan itu terancam akan hilang begitu saja, bersamaan dengan perginya sang ketua proyek, Kim Ju. Juga sang objek utama penelitian, Zhillin. Hal tersebut membuatnya berpikir untuk melenyapkan Zhillin dan Zhang Xiuhan saja.
Bagi lelaki itu, jika memang dirinya tidak akan mendapatkan apa yang Patriark Bao Li iming-imingkan, maka tidak ada alasan lagi bagi Zhillin untuk hidup. Dan akan semakin bagus jika Zhang Xiuhan juga mati.
Sesudahnya ia akan mengarang cerita yang intinya akan menjatuhkan reputasi Kim Ju. Bahkan hingga membuat Kim Ju dihukum dan dipenjara. Sebagai gantinya, ia akan menjadi anak emas Patriark Bao Li yang sangat menghargai loyalitas dan kesetiaan.
"Kawan, cobalah kau renungkan kembali, kesusahan yang kita hadapi akhir-akhir ini sama sekali tidak sebanding dengan kesusahan yang menimpa Zhillin. Di luar sana kita bisa membangun laboratorium sendiri, dan hidup tenang tanpa dihantui rasa was-was atau bersalah. Kita bisa menebus semua kesalahan kita selama ini dengan memberikan pengobatan gratis untuk warga," kata Kim Ju yang merasa menyesal telah memukul rekan seperjuangannya. Mestinya ia mengerti mengapa temannya melakukan hal keji semacam itu.
Sementara itu, Zhang Xiuhan dan Zhillin hanya diam dan membiarkan Kim Ju untuk menyelesaikan urusannya dengan sahabatnya. Belum ingin ikut campur.
"Cih! Setelah itu apa yang kita dapatkan? Menjadi miskin dan tidak diakui keberadaannya? Untuk apa semua pendidikan yang aku jalani dengan susah payah jika pada akhirnya tidak membuatku menjadi orang yang terpandang dan dihormati. Semuanya gara-gara pria kepar*t ini!"
Emosi rekan Kim Ju semakin menjadi-jadi. Ia berbicara dengan lubang hidung yang lebih besar dari biasanya.
Namun Kim Ju tidak sempat menanggapi perkataan temannya. Demikian pula dengan Zhang Xiuhan yang menjadi begitu terkejut. Bukan karena ucapan rekan Kim Ju, melainkan dengan reaksi yang ditunjukkan Zhillin.
Benar, Zhillin memang kini seperti orang kesetanan. Ia membuat rekan Kim Ju terangkat hingga setengah meter di atas tanah setelah lelaki itu menghina sang paman, Zhang Xiuhan.
"Kim. . Ju. . to.. long, a. . ku," kata rekan Kim Ju tersendat-sendat dengan napas sesak karena di lehernya tengah ada tangan Zhillin yang mencengkeram dengan begitu kuat.
Tidak hanya itu, kini di ruang tahanan itu mulai terasa dingin, hingga muncul beberapa es di beberapa titik.
Zhang Xiuhan menjadi khawatir, bukan karena Zhillin akan membahayakan rekan Kim Ju, melainkan karena gadis itu sepertinya tidak bisa mengendalikan dirinya.
"Hei, gadis kecil. Kendalikan dirimu. Kau bisa membuat ruangan ini penuh es," ujar Zhang Xiuhan sambil memegang pundak Zhillin lantaran semakin lama, semakin banyak es yang muncul di ruang tersebut. Dan hal itu membuat Zhang Xiuhan semakin khawatir, sebab tubuh Zhillin kembali menjadi sangat dingin sebagaimana ketika gadis itu sekarat sebelumnya.
"Tidak. Dia harus tahu bahwa ia akan mencelakai dirinya sendiri jika tidak bisa menjaga ucapannya."
Zhillin benar-benar membuat rekan Kim Ju merasa seolah hendak menemui ajalnya. Lelaki itu menggerak-gerakkan kedua kakinya karena merasa semakin sulit untuk bernapas. Ia juga mengerahkan seluruh tenaganya untuk melepaskan cengkeraman Zhillin, tapi tak bisa. Wajahnya pun mulai tampak pucat.
"Ju'er..."
Kim Ju tak menyahut walau suara dari temannya terdengar sangat lirih, pertanda sudah mulai kehabisan tenaga.
"Apa yang harus aku lakukan pada temanmu ini?"
Zhillin menoleh ke arah Kim Ju. Ia berjanji akan melakukan apa yang diputuskan Kim Ju, mengingat lelaki itu telah begitu baik kepadanya. Zhillin tidak langsung mengambil keputusan sebab tidak mau membalas kebaikan Kim Ju dengan rasa sakit kehilangan seorang sahabat.
Kim Ju memejamkan mata sejenak. Dadanya terangkat akibat banyaknya udara yang masuk. Membuat rekannya berusaha menguatkan diri untuk tetap hidup karena sangat yakin jika Kim Ju akan menjadi penolong baginya.
"Biarkan dia mati," jawab Kim Ju lirih.
Zhillin tersenyum. Ia menguatkan cengkeramannya dan membuat tangan lelaki yang ia cekik, yang berusaha melepaskan cengkeraman di lehernya, menjadi melemah. Hingga akhirnya tangan itu turun dengan lemas.
Zhillin baru melepaskan cengkeramannya ketika sudah tidak merasakan ada denyut di leher rekan Kim Ju.
Kim Ju memejamkan mata, mendapati rekannya mati dengan cara yang mengenaskan dan dalam keadaan dikuasai amarah. Tapi ada rasa syukur di dasar hatinya.
Bagi Kim Ju seorang seperti rekannya itu memang pantas mati. Ia sangat yakin jika saat itu rekannya mendapat ampunan, pasti hal buruk lainnya akan kembali dilakukan.
"Gadis kecil, hei! Ayo bangun! Buka matamu!" Zhang Xiuhan mengguncang-guncangkan tubuh Zhillin yang jatuh lemas tidak sadarkan diri ketika rekan Kim Ju telah mati.
Zhang Xiuhan berusaha untuk terus membangunkan Zhillin karena gadis itu menunjukkan beberapa gejala yang sama dengan saat sekarat usai meminum ramuan setan.
"Sepertinya keadaan Zhillin masih belum stabil, Tuan. Sebaiknya kita harus segera keluar dari sini."
Zhang Xiuhan sepakat dengan ucapan Kim Ju. Ia meminta nama desa dimana temannya tinggal. Lalu bersiap untuk melakukan jurus Pintasan Dewa.
Zhang Xiuhan menatap Zhillin lekat-lekat. Ia tidak akan pernah lupa jika jurus yang bisa membuatnya berpindah ke tempat lain dalam waktu sekejap saja itu, ia dapatkan dari sang guru Zhillin.
"Baiklah. Siapkan dirimu Kim Ju. Sesaat lagi kita akan bertemu dengan temanmu di desa Nanjing."
Zhang Xiuhan melakukan gerakan tertentu setelah meminta Kim Ju memegang pundaknya dan juga memejamkan mata.
***
Nanjing adalah sebuah desa yang berada tidak jauh dari desa Haidong. Lebih tepatnya letak kedua desa itu berbatasan langsung, berdampingan.
Meskipun demikian, suasana dan keadaan Nanjing sangat jauh berbeda dengan Haidong. Di Nanjing, tidak terasa mencekam sebagaimana di Haidong. Bahkan bisa dikatakan, malam di Nanjing seperti siang di Haidong.
Kim Ju diam cukup lama setelah matanya terbuka. Ia tidak bisa percaya dengan apa yang ia lihat, sebuah rumah sederhana yang di sekelilingnya ditumbuhi aneka tanaman dan pohon-pohon yang sangat subur. Walaupun malam sudah begitu larut dan rumah itu hanya diterangi oleh sebuah pelita saja, Kim Ju tahu pasti siapa pemilik rumah tersebut.
"Ini. . . " Kim Ju menoleh ke arah Zhang Xiuhan.
"Rumah temanmu, Kang Jian!"
Zhang Xiuhan tersenyum. Reaksi yang ditunjukkan Kim Ju mengingatkan ia pada dirinya sendiri yang ketika itu sangat terkejut karena dalam waktu yang sangat singkat telah berpindah dari negeri lain ke negeri kelahirannya. Berkat guru Zhillin.
Kim Ju yang semula terpaku, langsung tersenyum dan berlari menghampiri pintu rumah Kang Jian.
Kim Ju mengetuk pintu berkali-kali sambil terus menyebut nama temannya. Ia seolah lupa bahwa hari sudah terlalu gelap untuk bertamu.
"Kang Jian!"
Akhirnya Kim Ju memeluk seorang lelaki yang keluar dari dalam rumah masih dengan mata yang belum terbuka sempurna. Sontak membuat Kang Jian terkejut dan memandangi punggung Kim Ju untuk melihat siapa orang yang datang malam-malam dan menggedor pintu rumahnya dengan sangat keras, ditambah lagi langsung memeluknya begitu erat.
"Kim Ju?" ujar Kang Jian setelah Kim Ju melepaskan pelukannya.
Kini ganti Kang Jian yang memeluk erat Kim Ju. Wajarlah, kedua sahabat itu memang sudah sangat lama tidak bertemu, bertahun-tahun.
"Tenangkan dirimu. Sekarang aku memiliki seorang pasien yang harus segera ditangani."
Zhang Xiuhan membawa masuk Zhillin dan merebahkannya di atas sebuah tempat tidur. Kim Ju meminta berbagai tanaman obat yang pernah dibuat rekannya yang baru saja tewas, untuk Zhillin. Sedangkan Zhang Xiuhan, ia kembali mengalirkan energi panas ke tubuh Zhillin.
Zhang Xiuhan menduga, energi es di tubuh Zhillin mulai aktif. Tapi tubuh perempuan itu tampaknya masih belum terbiasa dengan besarnya energi yang ada.
"Sepertinya tubuh Zhillin masih kaget dengan energi baru yang mulai menyatu," ungkap Kim Ju sama seperti yang dipikirkan Zhang Xiuhan.
"Tapi tenanglah Tuan. Kondisi Zhillin tidak seperti saat masih di Jin Quo. Mungkin besok dini hari, ia sudah siuman," lanjut Kim Ju setelah memeriksa denyut nadi Zhillin.
"Tapi, besok aku harus pergi ke Jin Quo lagi untuk membebaskan para tahanan."
"Jadi Tuan masih akan pergi?" tanya Kim Ju yang mengira bahwa Zhang Xiuhan tidak akan kembali lagi ke Jin Quo.
Sementara itu Kang Jian hanya diam, walaupun tidak asing dengan laboratorium milik organisasi hitam Fengbao. Ia tidak berkomentar ataupun mengajukan pertanyaan, meski sangat ingin.
"Ya. Aku harus pergi. Kekacauan yang terjadi di ruang tahanan itu pasti akan segera diketahui. Aku harus bertindak cepat sebelum hal itu terjadi."
"Tuan... akan sendiri saja?"
"Benar," jawab Zhang Xiuhan mantap tanpa keraguan.
Lelaki itu bahkan berencana akan mengacak-acak laboratorium Jin Quo supaya para peneliti tidak bisa melakukan praktik penyiksaan lagi setidaknya dalam beberapa waktu ke depan.
\=\=\=\=
Dukung karya ini dengan Like, komen, dan favorit, vote seikhlasnya saja 😅
Kalau misal ada kejanggalan atau dirasa kurang pas, author dengan gembira menerima kritik dan saran ya. Ingat, yang saya terima adalah kritik dan saran, bukan umpatan.
Contoh kritik: Thor, alurnya kecepeten, rasanya kurang smooth antara satu chapter
ke chapter lain. Mohon diperhatikan lagi ya...
Contoh umpatan: Novel S A M P A H !
Yang saya harapkan adalah kritik dan saran, dan sesekali pujian 🙄
Yang tidak pernah saya harapkan adalah, umpatan dan hujatan. Tapi semua terserah kalian, saya hanya Hamba Tuhan yang tidak berdaya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Oby Ardana
klo ngomong mc bodoh umpatan apa bukan yah
2023-08-17
0
Bunk. Franz Tototrihartoko
harus di buburkan dan dihancurkan kalau memang ada. karena membahayakan nyawa manusia
2022-07-27
0
Kancellotti Unholy Mbachoter
umpatan hujatan cacian MakiAn Saya buatkan koloM sdri di Komen Saya saJa ya kaKakz :)...LaNjoooytt
2022-01-29
0