Ch 2_ Sebuah Nama untuk Pahlawan

"Apa kau ti. . . dak. . . "

Seorang lelaki yang tiba-tiba muncul tak jauh dari gadis itu terlihat sangat tidak baik-baik saja. Lelaki itu bahkan kesulitan menuntaskan kalimatnya. Tak bisa dipungkiri lagi jika orang yang bertanggung jawab atas kematian para anggota organisasi hitam adalah si pria rupawan yang sedang terluka itu.

Hampir tak masuk akal sebenarnya, bagaimana bisa seseorang dengan kondisi terluka parah seperti itu bisa mengambil nyawa beberapa orang sekaligus bahkan tanpa harus menyentuh targetnya satu-satu. Sebelum keheranannya semakin menjadi-jadi, gadis itu bersegera untuk menghampiri si lelaki penolongnya, menurutnya, kini ialah yang harus menolong si pria itu sebab nampak sekali lelaki tersebut kini sedang mengalami luka yang cukup serius. Namun saat hendak memegang pundak sang penolong, gadis itu baru sadar bahwa tangannya masih terikat.

Ia pun berlari kembali menghampiri mayat-mayat yang semasa hidup begitu menyusahkan dirinya, guna mencari sesuatu yang mungkin bisa digunakan untuk memutuskan tali di tangannya.

"Itu dia." ujar sang gadis sambil berusaha mengambil pisau kecil yang terselip di baju salah seorang anggota Fengbao.

"Ayolah. . . !" kata gadis itu lagi sembari mempercepat gerakan tangannya, menggesekkan tali ke pisau kecil. Tentunya sambil melihat sekeliling, berjaga kalau-kalau ada anggota organisasi Fengbao lainnya yang datang menyusul.

"Yup! Akhirnya."

Gadis tersebut tersenyum lebar dan langsung berlari mendekati lelaki yang telah menolongnya.

"Paman. . . ! Paman. . . ! Apa Paman sudah mati?" tanya gadis itu sambil mengguncang-guncangkan tubuh lelaki yang menurutnya memiliki wajah paling tampan dari seluruh lelaki yang pernah ia lihat.

Gadis itu pun memeriksa denyut nadinya. Juga mendekatkan telinganya ke dada lelaki itu.

"Dia masih hidup."

Sang gadis bergegas membantu penolongnya untuk beranjak dari tempat itu dan mencari tempat yang lebih aman.

Tapi, karena ukuran tubuhnya yang jauh lebih kecil daripada lelaki yang ia panggil paman itu, gadis tersebut jelas kesulitan.

Ia mengerahkan seluruh kekuatannya. Dan memapah si lelaki dengan susah payah. Berulangkali ia hampir terjungkal karena beban yang terlalu berat.

Selain itu, sang gadis memang telah sangat letih akibat ulah para anggota Fengbao yang terus memburunya.

Tapi gadis itu tidak menyerah. Ia terus berusaha dengan gigihnya.

Dalam perjalanannya, gadis itu sesekali menoleh untuk bisa melihat wajah lelaki yang kini ia gendong di punggungnya. Dalam batin ia terus bertanya soal siapa lelaki itu. Juga dari mana asalanya.

"Bruuuk. . . !"

Akhirnya mereka jatuh juga di depan mulut goa. Gadis itu sudah tidak kuat lagi menggendong. Persendiannya terasa ngilu karena lelah.

Tapi ia tersenyum karena tempat yang ia tuju sudah di depan mata. Gadis itu pun lekas bangkit.

"Maafkan aku Paman, tubuhku terlalu kecil dan tak berdaya untuk menggendongmu lagi."

Sang gadis memosisikan lelaki itu terduduk. Lantas menariknya mundur perlahan-lahan.Gadis itu tak ubahnya seorang bocah yang berjuang menarik padi dalam karung.

Setelah dirasa cukup aman, sang gadis merebahkan tubuh lelaki penolongnya itu ke tanah, ia pun menyusul untuk merebahkan demi mengumpulkan tenaga. Ia memandang lekat-lekat pria itu.

"Tampan, sangat tampan!" gumam sang gadis dalam batin.

Ia mengira-ngira usia lelaki yang tidak diketahui asal usulnya itu.

"Mungkin Paman berumur 24 tahun. Atau. . . 25 tahun? Kenalkan, namaku Zhillin. Aku belum pernah melihatmu sebelumnya.

Apa kau datang dari langit? Apa kau malaikat yang turun untuk membebaskanku dari semua kesulitan ini?

Aku selalu berharap bisa cepat mati. Menyusul ayah dan ibuku. Aku sangat merindukan mereka. Tapi aku bersyukur mereka sudah tiada.

Seandainya ayah dan ibu masih hidup, tentu mereka akan sangat sedih melihat keadaanku sekarang." kata gadis itu dengan suara yang terdengar semakin serak dan lirih, sambil mengusap air matanya.

Zhillin kemudian duduk. Ia memeluk erat kedua kakinya yang tertekuk di depan. Lantas menenggelamkan kepalanya.

Benar, gadis itu memang tengah menangis lagi. Pundaknya terlihat turun naik. Tapi tidak ada isakan yang terdengar sebab Zhillin menggigit kuat bibirnya sendiri.

Gadis itu selalu menangis jika mengingat kedua orang tuanya. Juga nasibnya yang memilukan.

"Sudah cukup Zhillin! Apa kau akan terus menangis hingga air matamu habis?" kata Zhillin pada diri sendiri sambil menegakkan kembali kepalanya.

Gadis itu kini tersenyum lebar seolah tak pernah terjadi apa-apa. Dan mendekatkan wajahnya ke wajah lelaki asing yang baru ia temui.

"Siapa namamu Paman? Sepertinya kau tidak begitu suka berbicara. Atau mungkin kau memang pemalu. Baiklah, mula-mula, mari kita cari dulu nama yang sesuai untukmu. Apa ya?" gadis itu terus berbicara meski tidak ada balasan atas semua omongannya. Sebab ya, lelaki itu sedang tak sadarkan diri. Sepertinya ia menggunakan sisa-sisa kesadarannya untuk membabat habis musuh yang menyerang si gadis bernama Zhillin itu.

"Baiklah Paman, aku sudah menemukan nama yang tepat untukmu. Karena kau telah menjadi pahlawan untukku, aku akan memanggilmu Li Jie. Kau tahu artinya bukan, Pahlawan. Paman Li Jie. Bagaimana? Apa kau suka? Bagus! Aku juga suka.”

Terlalu terbiasa hidup sendiri dalam kungkungan organisasi hitam, Zhillin memang tak memiliki teman, untuk mengurangi rasa bosannya ia gemar berbicara sendiri, menghibur diri sendiri, dan bercakap-cakap sendirian.

Zhillin kemudian berpamitan setelah sekian lama mengobrol dengan dirinya sendiri. Ia pergi untuk mencari tanaman yang bisa membantu mempercepat proses pemulihan Li Jie.

***

"Dimana aku sekarang?"

Lelaki yang menolong Zhillin telah siuman. Ia berusaha untuk duduk sambil memegangi dadanya.

Lelaki tersebut melihat sekeliling. Ia yakin bahwa itu adalah sebuah goa. Dan sepertinya merupakan goa yang berpenghuni karena walaupun sedikit pengap, keadaannya sangat bersih.

"Sepertinya. . . aku tadi melihat guru Zhillin. Tapi. . ."

"Hei, bagaimana Paman Li Jie tahu namaku?" suara Zhillin yang lantang dan bersemangat menggema di dalam goa. Sudah pasti mengagetkan lelaki itu.

"Paman Li Jie?" ujar lelaki itu keheranan.

"Ya, Paman Li Jie. Itu nama yang aku buat khusus karena paman telah menolongku seperti seorang pahlawan. Li Jie, pahlawan. Bagaimana? Apa Paman suka?"

Zhillin kembali mengagetkan lelaki itu karena tiba-tiba duduk di hadapannya dengan senyum sangat lebar.

Tapi sebenarnya ada banyak hal yang membuat lelaki itu begitu kaget.

"Oh, tidak. Aku lupa. Paman pasti sudah punya nama. Siapa nama Paman?"

"Namaku. . ."

Lelaki yang nama aslinya Zhang Xiuhan itu, entah bagaimana merasa sangat sulit untuk menyebutkan nama aslinya.

Ia seperti mengalami hal yang sudah pernah dialami sebelumnya. Zhang Xiuhan masih sangat ingat saat dahulu dirinya terluka parah dan ditolong oleh seorang laki-laki yang kemudian menjadi ayah angkatnya.

Ketika itu situasi yang ada tidak memungkinkan dirinya untuk menyebutkan nama aslinya saat ditanya perihal nama. Ia kemudian mengenalkan dirinya sebagai Li Jie.

Zhang Xiuhan tidak tahu mengapa nama itu yang ia pilih untuk menyamarkan identitas aslinya. Sebuah nama yang terlintas begitu saja dalam pikirannya.

Dan kini di tempat yang tidak ia kenal, seorang gadis yang wajahnya begitu mengejutkannya karena sangat mirip dengan wajah sang guru sekaligus kekasihnya, memberikan nama yang sama untuknya, Li Jie.

"Apa Paman tidak suka dengan nama yang aku berikan?" tanya Zhillin membuat Zhang Xiuhan atau Li Jie spontan menggeleng.

"Bagus!"

Setelahnya Zhillin kembali berceloteh tentang banyak hal, juga menanyakan macam-macam soal. Akan tetapi Zhang Xiuhan hanya diam dengan wajah kebingungan.

Lelaki itu memang tengah berpikir keras. Ada banyak tanda tanya di kepalanya. Terakhir kali ia ingat sedang terlibat dalam peperangan yang sangat sengit melawan para penjajah demi kebebasan negerinya.

Dan ia terluka parah terkena serangan lawan. Tapi kemudian ia menjadi tidak sadarkan diri. Lantas saat membuka mata, ia telah berada di tempat itu.

"Aku harus segera kembali." kata Zhang Xiuhan kemudian mengingat perang yang belum selesai, mengingat kekuatan lawan, mengingat banyaknya pasukan negerinya yang gugur.

"Pergi? Kemana Paman mau pergi?" sergap Zhillin cepat. Ada rasa ngilu di hati gadis itu saat mendengar lelaki yang baru tiba dan menjadi pahlawan untuknya itu akan pergi lagi.

"Aku harus kembali ke negeriku. Sedang terjadi perang di sana. Aku harus menyingkirkan semua penjajah itu. Tapi aku tidak tahu mengapa aku bisa sampai di sini." jawab lelaki itu tergesa-gesa sambil bangkit dan berdiri.

Tapi Zhang Xiuhan yang masih terluka kemudian merasakan sensasi sakit yang luar biasa di tubuhnya, sebelum akhirnya ia memegangi dinding goa untuk menjaga tubuhnya tak terjatuh.

"Paman, aku tidak tahu siapa dirimu. Tapi aku mohon bawalah aku juga untuk pergi dari sini. Aku tidak ingin terus hidup seperti ini, Paman." ujar Zhillin memohon dengan mata berkaca-kaca.

Gadis itu sungguh berharap bahwa Zhang Xiuhan akan membuat semua penderitaannya berakhir.

"Tsuuut. . . Diamlah." kata Zhang Xiuhan tiba-tiba dengan suara berbisik, juga membungkam mulut Zhillin dengan tangan kanannya.

Lelaki itu mendengar suara langkah puluhan orang yang semakin dekat dan berhenti di depan goa.

"Kalian, masuk dan periksa goa ini! Tangkap gadis itu jika kalian menemukannya di dalam." sebuah teriakan sayup-sayup terdengar. Membuat Zhillin menelan ludahnya dan langsung mengeluarkan banyak keringat dingin karena takut.

\=\=\=\=\=\=

Halo, mulai hari ini lanjutan dari sekuel PPN tayangnya di lapak novel yg ini ya. Harap segera tekan tombol Favorit agar mendapatkan notifikasi jika novel ini update. makasih...

Terpopuler

Comments

⚔️Perusuh⚔️

⚔️Perusuh⚔️

Di cerita sebelumnya di akhir2nya cerita ini sudah di tulis sampe beberapa Chapter, terus kenapa di ulang2 lagi di sini??

2023-11-23

0

Muhammad kenzo al fatih

Muhammad kenzo al fatih

mantul

2023-08-11

0

Banna

Banna

yupp

2022-03-10

1

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1_ Gadis Kelinci Percobaan
2 Ch 2_ Sebuah Nama untuk Pahlawan
3 Ch 3_ Maksud dari Sun Jihai
4 Ch 4_ Rencana Patriark Bao Li
5 Ch 5_ Markas Penelitian Organisasi Fengbao
6 Ch 6_ Kakek Huang
7 Ch 7_ Perjalanan Menuju Jin Quo
8 Ch 8_ Kemarahan Zhang Xiuhan
9 Sekilas Info
10 Ch 9_ Kekagetan Zhillin
11 Ch 10_ Seorang Monster yang Menjadi Pahlawan
12 Ch 11_ Penyamaran
13 Ch 12_ Membuat Tabung Hangat
14 Ch 13_ Target Pembunuhan
15 Ch 14_ Kunjungan Patriark Bao Li
16 Ch 15_ Kunjungan Patriark Bao Li II
17 Ch 16_ Tahanan Jin Quo
18 Ch 17_ Keganasan Zhillin
19 Ch 18_ Menyelamatkan Para Tahanan
20 Ch 19_ Menyelamatkan Para Tahanan II
21 Ch 20_ Hadiah untuk Patriark Bao Li
22 Ch 21_ Duka Abadi
23 Ch 22_ Sebuah Jamuan
24 Ch 23_ Jamuan Darah
25 Ch 24_ Kunjungan Zhang Xiuhan
26 Ch 25_ Pertemuan Pertama
27 Ch 26_ Sandiwara Zhang Xiuhan
28 Ch 27_ Serangan Fengbao
29 Ch 28_ Sebuah Kecemasan
30 Ch 29_ Menjadi Tabib
31 Ch 30_ Luka yang Menyembuhkan
32 Ch 31_ Ketakutan di Markas Fengbao
33 Ch 32_ Kemerdekaan Haidong
34 Ch 33_ Sesuatu yang Tiba-Tiba Muncul
35 Ch 34_ Meninggalkan Haidong
36 Ch 35_ Percakapan di Kedai
37 Ch 36_ Latihan Mental
38 Ch 37_ Sebuah Nama yang Mengejutkan
39 Ch - 38 Bibi Wu'an
40 Ch 39_ Bertemu Ketua Dong
41 Ch 40_ Lukisan Tuan Zhang Xiuhan
42 Ch 41_ Pedang yang Hilang
43 Ch 42_ Bertaruh dengan Nyonya Ying
44 Ch 43_ Bertemu Tuan Zhang Xiuhan
45 Ch 44_ Perpisahan
46 Ch 45_ Sebuah Titik Terang
47 Ch 46_ Sebuah Rahasia
48 Ch 47_ Sesuatu yang Sulit Diutarakan
49 Ch 48_ Pesona Masaki Mamoru
50 Ch 49_ Bertemu Sun Jihai Muda
51 Ch 50_ Tantangan dari Sun Jihai
52 Ch 51_ Dua Api yang Beradu
53 Ch 52_
54 Ch 53_ Harapan Zhillin
55 Ch 54_ Lukisan Batu
56 Ch 55_ Kebohongan Masaki Mamoru
57 Ch 56_ Secarik Kertas
58 Ch 57_ Kamar Putih
59 Ch 58_ Memadamkan Api
60 Ch 59_ Pendekar Penangkap Nyamuk
61 Ch 60_ Keluarga Kecil Sun Jihai
62 Ch 61_ Keluarga Kecil Sun Jihai II
63 Ch 62_ Permintaan Ayah
64 Ch 63_ Peluru Es
65 Ch 64_ Terpaksa Percaya
66 Ch 65_ Maaf untuk Masaki Mamoru
67 Ch 66_ Permintaan Seorang Gadis
68 Ch 67_ Mencari Jalan Pulang
69 Ch 68_ Tamu Pagi Hari
70 Ch 69_ Sandiwara yang Menjijikan
71 Ch 70_ Awan Hitam di Atas Markas Naga Emas
72 Ch 71_ Keputusan yang Tertolak
73 Ch 72_ Suara yang Menakutkan
74 Ch 73_ Pelukan Hangat
75 Ch 74_ Hadiah Berharga
76 Ch 75_ Menohok
77 Ch 76_ Kecantikan yang Berkurang
78 Ch 77_ Tekad
79 Ch 78_ Sup Lezat untuk Zhillin
80 Ch 79_ Pembalasan yang Salah
81 Ch 80_ Delapan Jam Berharga
82 Ch 81_ Obat Beracun
83 Ch 82_ Sumpah
84 Ch 83_ Uluran Tangan
85 Ch 84_ Perahu yang Terangkat
86 Ch 85_ Pengujung Maut
87 Ch 86_ Roh yang Tercabut
88 Ch 87_ Roh dalam Pedang
89 Ch 88_ Hutan Sanmenxia
90 Ch 89_ Jawaban yang Tepat
91 Ch 90_ Perjanjian dengan Iblis
92 Ch 91_ Gundukan Batu
93 Ch 92_ Melewati Lorong Waktu
94 Ch 93_ Sambutan Istimewa
95 Ch 94_ Ahli dalam Membungkam
96 Ch 95_ Pemanggil Iblis
97 Ch 96_ Senyum Ketua Besar Kin
98 Ch 97_ Pemimpin yang Cemerlang
99 Ch 98_ Lolongan Pemanggil Iblis
100 Ch 99_ Murid Keras Kepala
101 Ch 100_ Guru Keras Kepala
102 Ch 101_ Kematian yang Tidak Diinginkan Lagi
103 Ch 102_ Perasaan yang Tidak Terdefinisikan
104 Ch 103_ Pengakuan Zhang Xiuhan
105 Ch 104_ Obat Paling Mujarab
106 Ch 105_ Kebahagiaan Hakiki
107 Ch 106_ EPISODE TERAKHIR!!!
108 TERBIT NOVEL BARU "Pendekar Benua Timur"
109 TERBIT NOVEL SERU
110 Info Super Penting
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Ch. 1_ Gadis Kelinci Percobaan
2
Ch 2_ Sebuah Nama untuk Pahlawan
3
Ch 3_ Maksud dari Sun Jihai
4
Ch 4_ Rencana Patriark Bao Li
5
Ch 5_ Markas Penelitian Organisasi Fengbao
6
Ch 6_ Kakek Huang
7
Ch 7_ Perjalanan Menuju Jin Quo
8
Ch 8_ Kemarahan Zhang Xiuhan
9
Sekilas Info
10
Ch 9_ Kekagetan Zhillin
11
Ch 10_ Seorang Monster yang Menjadi Pahlawan
12
Ch 11_ Penyamaran
13
Ch 12_ Membuat Tabung Hangat
14
Ch 13_ Target Pembunuhan
15
Ch 14_ Kunjungan Patriark Bao Li
16
Ch 15_ Kunjungan Patriark Bao Li II
17
Ch 16_ Tahanan Jin Quo
18
Ch 17_ Keganasan Zhillin
19
Ch 18_ Menyelamatkan Para Tahanan
20
Ch 19_ Menyelamatkan Para Tahanan II
21
Ch 20_ Hadiah untuk Patriark Bao Li
22
Ch 21_ Duka Abadi
23
Ch 22_ Sebuah Jamuan
24
Ch 23_ Jamuan Darah
25
Ch 24_ Kunjungan Zhang Xiuhan
26
Ch 25_ Pertemuan Pertama
27
Ch 26_ Sandiwara Zhang Xiuhan
28
Ch 27_ Serangan Fengbao
29
Ch 28_ Sebuah Kecemasan
30
Ch 29_ Menjadi Tabib
31
Ch 30_ Luka yang Menyembuhkan
32
Ch 31_ Ketakutan di Markas Fengbao
33
Ch 32_ Kemerdekaan Haidong
34
Ch 33_ Sesuatu yang Tiba-Tiba Muncul
35
Ch 34_ Meninggalkan Haidong
36
Ch 35_ Percakapan di Kedai
37
Ch 36_ Latihan Mental
38
Ch 37_ Sebuah Nama yang Mengejutkan
39
Ch - 38 Bibi Wu'an
40
Ch 39_ Bertemu Ketua Dong
41
Ch 40_ Lukisan Tuan Zhang Xiuhan
42
Ch 41_ Pedang yang Hilang
43
Ch 42_ Bertaruh dengan Nyonya Ying
44
Ch 43_ Bertemu Tuan Zhang Xiuhan
45
Ch 44_ Perpisahan
46
Ch 45_ Sebuah Titik Terang
47
Ch 46_ Sebuah Rahasia
48
Ch 47_ Sesuatu yang Sulit Diutarakan
49
Ch 48_ Pesona Masaki Mamoru
50
Ch 49_ Bertemu Sun Jihai Muda
51
Ch 50_ Tantangan dari Sun Jihai
52
Ch 51_ Dua Api yang Beradu
53
Ch 52_
54
Ch 53_ Harapan Zhillin
55
Ch 54_ Lukisan Batu
56
Ch 55_ Kebohongan Masaki Mamoru
57
Ch 56_ Secarik Kertas
58
Ch 57_ Kamar Putih
59
Ch 58_ Memadamkan Api
60
Ch 59_ Pendekar Penangkap Nyamuk
61
Ch 60_ Keluarga Kecil Sun Jihai
62
Ch 61_ Keluarga Kecil Sun Jihai II
63
Ch 62_ Permintaan Ayah
64
Ch 63_ Peluru Es
65
Ch 64_ Terpaksa Percaya
66
Ch 65_ Maaf untuk Masaki Mamoru
67
Ch 66_ Permintaan Seorang Gadis
68
Ch 67_ Mencari Jalan Pulang
69
Ch 68_ Tamu Pagi Hari
70
Ch 69_ Sandiwara yang Menjijikan
71
Ch 70_ Awan Hitam di Atas Markas Naga Emas
72
Ch 71_ Keputusan yang Tertolak
73
Ch 72_ Suara yang Menakutkan
74
Ch 73_ Pelukan Hangat
75
Ch 74_ Hadiah Berharga
76
Ch 75_ Menohok
77
Ch 76_ Kecantikan yang Berkurang
78
Ch 77_ Tekad
79
Ch 78_ Sup Lezat untuk Zhillin
80
Ch 79_ Pembalasan yang Salah
81
Ch 80_ Delapan Jam Berharga
82
Ch 81_ Obat Beracun
83
Ch 82_ Sumpah
84
Ch 83_ Uluran Tangan
85
Ch 84_ Perahu yang Terangkat
86
Ch 85_ Pengujung Maut
87
Ch 86_ Roh yang Tercabut
88
Ch 87_ Roh dalam Pedang
89
Ch 88_ Hutan Sanmenxia
90
Ch 89_ Jawaban yang Tepat
91
Ch 90_ Perjanjian dengan Iblis
92
Ch 91_ Gundukan Batu
93
Ch 92_ Melewati Lorong Waktu
94
Ch 93_ Sambutan Istimewa
95
Ch 94_ Ahli dalam Membungkam
96
Ch 95_ Pemanggil Iblis
97
Ch 96_ Senyum Ketua Besar Kin
98
Ch 97_ Pemimpin yang Cemerlang
99
Ch 98_ Lolongan Pemanggil Iblis
100
Ch 99_ Murid Keras Kepala
101
Ch 100_ Guru Keras Kepala
102
Ch 101_ Kematian yang Tidak Diinginkan Lagi
103
Ch 102_ Perasaan yang Tidak Terdefinisikan
104
Ch 103_ Pengakuan Zhang Xiuhan
105
Ch 104_ Obat Paling Mujarab
106
Ch 105_ Kebahagiaan Hakiki
107
Ch 106_ EPISODE TERAKHIR!!!
108
TERBIT NOVEL BARU "Pendekar Benua Timur"
109
TERBIT NOVEL SERU
110
Info Super Penting

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!