Nyonya Sea langsung memeluk tubuh Ailin dengan hangat, dia
sekarang seakan sedang mendapatkan putrinya kembali setelah mendekap tubuh Ailin seperti ini membuatnya merasa lebih tenang, bahkan kerinduannya dengan almarhum putrinya sedikit terobati. Tuan Sean tersenyum melihat akan hal ini sebab semenjak putrinya meninggal istrinya itu kelihatan bersedih bahkan mulai melupakan makan dan juga sebagainya.
Kedatangan Ailin ke dalam rumah ini seakan memberikan secercah cahaya di kehidupan mereka yang gelap sebelumnya, tawa yang sempat menghilang di bibir wanita paruh baya itu kini dengan perlahan mulai kembali lagi.
“Anggap kami sebagai pengganti kedua orangtuamu, kau adalah
putriku dan mulai sekarang panggil kami dengan sebutan Mama dan juga Papa,”
pinta nyonya Sea. Ailin membalas pelukan itu dengan lembut dia setuju dengan
penggilan baru itu.
Adam dan Tuan Sea masuk ke dalam rumah sedangkan Nyonya Sea masuk ke dalam rumah sembari mengandeng
Ailin. Setelah masuk ke dalam rumah. Ailin dan juga Adam di suruh istirahat di
dalam kamar yang sama namun Ailin dan juga Adam menolak akan hal itu mereka
meminta tidur terpisah sebab di Negara A tidur dalam satu ranjang yang sama
sangat di larang, melihat akan jawaban Ailin dan juga Adam sang pemilik rumah
hanya bisa tersenyum sebab di Negara mereka hubungan intim sebelum menikah
adalah hal yang wajar.
Bahkan sebagian besar penduduk di kota itu melakukannya, bahkan para remaja juga melakukan hal itu sebelum menikah bukan menjadi rahasia publik lagi.
Ailin di suruh beristirahat di kamar yang dulu sempat menjadi kamar almarhum putrinya, Ailin menuju kamar itu dengan di antar Nyonya Sea sendiri sedangkan Tuan Sea dan juga Adam masih berbincang-bincang di lantai bawah.
Nyonya Sea segera membuka pintu kamar itu dan ikut masuk ke dalamnya, mata Ailin langsung berdecak
kagum melihat kamar yang penuh dengan banyak boneka desain yang sangat simpel namun begitu indah di lihat dengan nuansa berwarna putih di banyak bagian dalam kamar ini. Dan juga banyak bingkai
foto yang berjejer dengan sangat rapi di dinding kamar itu ada juga foto Adam
dengan istri pertamanya mereka berdua kelihatan bahagian di dalam foto itu.
“Cantik, dia sangat cantik sekali,” ucap Ailin ketika melihat kearah foto almarhum istri pertama Adam yang sedang mengunakan gaun berwarna merah dengan duduk di sofa.
Wanita itu duduk dengan sangat anggun bahkan di dalam foto itu dia memang kelihatan cantik pantas saja banyak berita yang tersebar jika anak tunggal dari keluarga besar Sea begitu cantik bahkan kulitnya yang putih itu memancarkan cahaya seputih susu bahkan matanya berwarna kebiruan seperti air di lautan dan ketika wanita itu tersenyum kelihatan lesung di kedua pipinya.
“Dia memang sangat cantik dan juga masih muda tapi tuhan lebih menyayanginya sehingga dia di ambil dari kami secepat ini,” sahut Nyonya Sea dengan wajah tertunduk sedih jika dia mengingat akan hal ini.
“Dia pasti sudah bahagia di sana, dan aku juga sangat yakin jika dia akan bersedih melihat Mama menangis seperti ini,” ucap Ailin sembari mengusap air mata yang jatuh di kedua pipi wanita paruh baya itu.
“Kau benar Nak, tidak seharusnya aku membebani putriku dengan air mata ini di sana,” jawab Nyonya Sea dengan tersenyum lembut.
Ailin berbincang banyak hal di dalam ruangan ini bersama Ailin dia juga menceritakan tetang kehidupan Adam dan juga putrinya bahkan Nyonya Sea juga menceritakan tentang masa kecil putrinya. Ailin terus menjadi pendengar setia dengan sesekali terdengar gelak tawa dari bibir
keduanya dan tanpa mereka sadari jika Adam dan juga Tuan Sea sedang berdiri di
depan pintu itu.m melihat mereka berdua dengan seulas senyuman.
“Lihatlah, dia sudah lama tidak tertawa seperti ini semenjak istrimu meninggal, kehadiran wanita itu seakan memberikan kebahagian tersendiri pada Mamamu itu,” ucap Tuan Sea sembari menatap kearah istrinya yang sekarang kembali ceria seperti dulu saat putrinya masih ada.
“Ya, aku juga sangat bahagia melihatnya, Ailin wanita yang sangat baik, mungkin karena kebaikannya di masa lalu yang membuat wanita itu sekarang bertemu dengan kedua orangtua seperti kalian,” jawab Adam dengan menatap kearah Tuan Sea.
“Terimakasih Nak, kau telah membawanya datang ke rumah ini.
Jika kau tidak membawanya datang entah sampai kapan istriku itu akan meratapi
kepergian putrinya,” sambung Tuan Sea sembari tersenyum sekilas.
Tuan Sea membuka pintu kamar itu, “Ma, ayo kita pergi nak Ailin pasti sangat lelah kan setelah perjalanan kemari.” Pria itu bicara dengan menghentikan langkah kakinya di hadapan istrinya.
Nyonya Sea melihat kearah jam dinding tanpa dia dan juga Ailin sadari jika mereka sudah berbicara hampir tiga jam lamanya, “Nak istirahatlah besok kita akan bicara lagi, maafkan Mama yang tidak menyadari waktu jika sedang berbicara denganmu,” jelas Nyonya Sea sembari menarik tubuhnya dari tempat tidur.
Melihat Nyonya Sea berdiri, Ailin ikut menarik badannya dari tempat tidur.
“Ma, aku adalah putrimu jadi tidak perlu sungkan seperti ini, bukankah hal seperti ini sudah biasa di lakukan oleh seorang putri dan juga ibunya,” jelas Ailin sembari memeluk tubuh wanita paruh baya itu dengan sayang.
“Kalian istirahatlah,” ucap Tuan Sea sembari berlalu pergi meninggalkan kamar itu.
Sekarang di dalam kamar itu hanya ada Adam dan juga Ailin. Adam duduk di sofa dan Ailin juga ikut mendudukkan tubuhnya di sofa yang sama.
"Kau bahagia di sini?" tanya Adam mencoba memastikan apa yang sedang di rasakan oleh calon istrinya itu.
"Ya, aku di terima dengan baik di sini." Wanita itu menjawab singkat.
"Istirahatlah besok kita akan pergi ke pemakaman," jelas Adam mengingatkan Ailin.
"Ya aku tau, selamat tidur," sambung Ailin.
Adam beranjak berdiri dari sofa begitu juga dengan Ailin, Adam mengecup kening Ailin sebelum pergi. Ya mereka berdua memang sudah dewasa dan juga pernah menikah namun selain kecupan di kening ada tidak pernah melakukan hal lain pada Ailin.
Sebagai pria normal Adam sangat ingin berhubungan intim dengan wanita yang dia cintai ini tapi dia tidak mungkin melakukannya karena baginya cintanya pada Ailin bukan karena nafsu melainkan cinta yang tulus dari dalam hatinya. Ailin sangat beruntung menemukan Adam dan Radja sudah menghilang dari hatinya sejak kedua orang itu memutuskan untuk menikah.
Pagi hari Ailin langsung bangun dari tidurnya lebih pagi dari jam biasanya, dia sengaja bangun lebih awal karena ingin membuatkan sarapan pagi untuk penghuni rumah ini, sebagai tanda terimakasih sebab Tuan Sea dan juga Nyomya Sea telah menerimanya dengan sangat baik di sini. Ailin mulai masuk ke dalam dapur rumah itu di sana banyak sekali pelayan yang sedang
meracik bumbu untuk membuat sarapan pagi sebab Nyonya Sea sangat jarang sekali
masuk ke dapur atau paling tepatnya dia tidak pernah memasak sama sekali.
“Pagi Nona Ailin, ada yang perlu saya bantu?” tanya seorang wanita yang usianya jauh lebih tua dari pada yang lain.
“Saya mau memasak di dapur ini,” jawab Ailin dengan seulas senyuman.
“Maaf Nona Ailin saya tidak bisa mengijinkannya atau Tuan besar dan juga Nyonya besar akan marah pada kami semua,” jelas pelayan itu dengan menunjukkan wajah ketakutan.
“Percayalah hal itu tidak akan pernah terjadi, saya hanya ingin memberikan kejutan pada mereka,” jelas Ailin dengan air muka kelihatan sedang memohon.
BUDAYAKAN LIKE, VOTE DAN JUGA KOMENTAR JIKA KALIAN MENYUKAI NOVEL INI.
BACA KELANJUTANNYA BESOK YA. . APAKAH PELAYAN ITU MENGIJINKAN AILIN DAN MEMPERHATIKAN PERKERJAAN YA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
baik hati sekali keluarga sea
2021-05-11
0
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ
Bagus Adam... tunggu sampe sah dulu ya
👍👍👍👍👍
2021-01-26
3
Bundanya Aqila
oh ailin.. 😍😍
2021-01-01
0