Ting...
Suara lonceng pintu terdengar memukau saat sedang ada orang yang masuk ataupun keluar dari kafe milik keluarga Martin ini. Ira menyukai suaranya, ia merasa bahwa ada seekor peri kecik yang masuk ke dalam kafe itu.
Disinilah Ira dan Martin terdampar, di salah satu sudut kade, di tempat kesukaan Martin saat menunggu Ira. Mungkin tak ada pengunjung lain yang memakai kursi ini, karena hampir tiap hari Martin duduk di sana menunggu Ira.
"Ar," ucap Ira.
Martin yang bary saha menyesap cappuccino miliknya pun meletakkan gelasnya, lalu menatap Ira.
"What's wrong?"
Ira menggeleng. "Terimakasih."
"Untuk apa?" jawab Martin sambil sedikit tertawa.
"Kamu temanku di sini, dan kerenamu aku dapat mengenal lebih banyak tentang Jerman, dan pastinya aku dapat belajar untuk bekerja sendiri. Kamu memang teman terbaikku."
Martin sedikit tertawa. "Iyalah, aku adalah teman terbaikmu, memangnya siapa lagi temanmu di sini? Hanya aku saja," jawab Martin.
Percakapan mereka harus terhenti saat ponsel milik Ira berbunyi. Sebuah panggilan masuk dari Sena. Setelah meminta ijin kepada Marin, Ira mengangkat telpon itu.
"Kenapa, bun?"
"Nggak kenapa-napa. Cuman kangen aja sama anak bunda yang udah bisa kerja sendiri sama yang lagi pacaran."
Rona merah mulai keluar dari pipinya. Tangan Ira mulai mengeluarkan keringat dingin. "Ap ... Apa sih bun!" sanggah Ira.
"Iya deh maaf bunda ganggu kamu pacaran. Nanti kalau udah selesai pacaran, kamu dateng gih ke meja nomor 8. Bunda sama ayah udah dari tadi sini."
Sontak Ira langsung berbalik badan, mencari ke sekeliling meja nomor 8 di kafe ini. ternyata benar, Sena dan Albert sedang menatapnya sambil tertawa cekikikan. Mereka hanya berdua, tanpa Regha. Ira langsung menutup panggilannya, meminta ijin ke Martin terlebih dahulu dan langsung berlari ke arah mereka berdua.
"Bunda, Ira kangen."
Ira memeluk tubuh Sena erat, membuat keduanya menjadi pusat perhatian sesaat. Namun, setelah itu rang-orang sudah tidak peduli lagi.
"Bunda juga kangen sama Ira."
Sena melepaskan pelukannya pada Ira, ia mengelus rambut Ira. "Oh jadi bunda aja yang di kangenin?" sindir Albert.
Hal itu membuat Ira dan Sena sama-sama tertawa. Albert cemburu karena Ira merindukan Sena, sedangkan dirinya tidak dirindukan.
"Kalau ayah mah udah biasa, ayah kan sering pergi ninggalin aku. Orang ayah lebih sayang sama pesawatnya, daripada anaknya."
Sena tertawa mendengar jawaban Ira, tak hayal pula Alber yang merasa tersindir. "Ayah mana sih yang tidak menyayangi putri kecilnya sendiri?" tanya Albert.
"Oh jadi ayah hanya sayang sama putri kecilnya doang? Yang cowok enggak di sayang gitu?" ucap Regha dari arah belakang Ira sebelum Ira sempat mengatakan kata sedikitpun.
"Bang Regha ke sini juga? Shit kenapa nggak ada yang kabarin Ira sih."
Ira langsung berlari menuju Regha dan memelukknya. Ia teringat kejadian 6 bulan yang lalu saat sebuah pesawat dikabarkan hilang dan ditemukan di Samudra India. Saat itu pikiran Ira hanya melayang pada Regha dan juga Aldan.
Saat ia menerima kabar bahwa Regha yang selamat, sebagian kecil hatinya merasa senang, namun sebagian lainnya kosong. Mengingat Aldan ternyata yang menjadi korban kecelakaan pesawat itu.
"Lo kok lo malah nangis sih ketemu gue?" tanya Regha saat merasa bahwa Ira menangis.
Regha dapat mengetahuinya karena bahu Ira bergetar, dan juga bahu miliknya basah karena air mata Ira.
"Kangen, kak Aldan."
"Dia udah nggak ada, dek," balas Regha.
Regha melepaskan pelukan Ira, memgang kedua bahunya kuat lalu menggoyangkan badan Ira pelan.
"Aldan udah tenang di sana. Udah sama penciptanya. Kita harusnya berdua untuk dia, bukan malah menangisi kepergiannya."
Ira mengangguk. "Aku cuman, ngerasa menyesal aja. Karena aku, udah terlalu sayang sama Kak Aldan."
...🔥🔥🔥...
"Bunda, kenalin ini Martin."
Di sinilah mereka semua berada, di sebuah taman di salah satu sudut negara Jerman. Menikmati pemandangan danau. Martin ikut bersama mereka semua, itu karena paksaan Ira tentu saja.
"Cakep, Ra. Boleh lah jadi menantu."
"Me ... Menantu?" ucap Martin terbata-bata dengan suara khas Jermannya.
"Apa itu menantu?" tanya Martin lagi.
"Udahlah Martin, ucapan bunda emang suka bercanda. Jangan dianggap serius."
Ira memberikan kodean kepada Sena agar tidak menyingung tentang perjodohan. Untuk memikirkan pernikahan sana, Ira tidak memikirkannya hingga saat ini, apalagi berpacaran. Untuknya, Aldan masihs setia menempati posisi utama di hatinya. Karena Ira yakin, bahwa Aldan masih hidup.
"Lo masih mikirin Aldan?" ucap Regha yang berada di samping Ira.
Ira hanya menjawabnya dengan anggukan. Bagaimana bisa dirinya melupakan Aldan begitu saja. Bahkan waktu enam bulan lebihpun tidak dapat menghapus sedikitpun kenangan tentang Aldan dihatinya.
"Mau sampai kapan lo mau stuck di satu titik? Sedangkan ada banyak orang yang mau deketin lo?" tanya Regha.
Sena meraih tangan Albert kemudian berdiri. Martin yang tadinya bingung dengan percakapan kakak-beradik ini pun ikut berdiri bersama Sena dan Albet. Martin paham, ia harus memberikan ruang untuk Ira berbicara bersama Regha.
"Gue bukan stuck di satu titik bang. Gue cuman belum bisa gantiin posisi Kak Aldan di hati gue," ucap Ira saat Sena, Albert, dan juga Martin meninggalkan mereka berdua.
"Gue tahu. Melupakan kenangan itu susah, semakin kita lupain kenangan itu, smakin erat pula kenangan itu menmpel pada hati kita. Dari situ, gue nggak mau yang namanya pacaran."
"Kenangan gue sama Kak Aldan belum bisa dibilang lama, Bang. Nggak bisa disebut sebentar juga. Hampir satu tahun gue jalan bareng Kak Aldan. Hampir satu tahun itu, kita beberapa kali juga hampir putus. Gue kasih kesempatan kedua saat Kak Aldan jalan sama mantannya. Gue masih diem saat Kak Aldan ternyata cuma jadiin gue sebagai bahan taruhan. Gue sakit, tapi gue sayang sama dia. Kenangan gue sama dia, itu yang susah buat bikin gue move on secepat ini dari dia, Bang."
Regha paham, sebenarnya bukanlah saatnya ia mengatakan demikian. Namun, sampai kapan ia harus melihat binar mata yang berbeda dari iris mata adiknya. Hanya Ira yang ia miliki, Ira adalah adik satu-satunya. Hanya Ira yang bisa ia andalkan besok.
Regha mendekati Ira, merangkul bahu Ira.
"Nangis, kalau lo pengen nangis. Nggak ada yang bakal ngelarang lo. Move on itu ibarat lari. Semakin lo berusaha untuk lari dengan cepat, semakin cepat pula lo lelah, dan akhirnya nyerah sebelum lo sampai di tujuan lo. Ikhlaskan kepergian Aldan, perlahan lo harus bisa lupain kenangan yang membekas di hati lo. Gue yakin lockscreen hape lo pasti masih foto lo sama Aldan."
Ira mengangguk. Lockscreen hapenya dari dulu tidak pernah ia ganti. Sebuah foto yang diambil secara cadid oleh Monic saat tak sengaja mereka berempat bermain bersama. Karena lockscreen itu pula, ia setiap hari masih mengingat Aldan. Mengingat semua kenangannya.
"Mau sampai kapan lo nyakitin diri lo sendiri?"
Ira menggelengkan kepalanya.
"Dengan lo masih nyimpen apapun tentang dia, lo nyakitin diri lo sendiri! Lo cuma mempercepat kematian lo sendiri! Hidup lo jadi nggak berguna dengan lo seperti itu. Gue nggak mau adek gue jadi budak cinta karena dia gagal move on."
"Gue nggak bisa, bang!" bentak Ira sambil menangis.
Beberapa orang di sekitar mereka berdua menatapnya bingung. Ira menangis, ia menangis sejadi-jadinya. Pikirannya sudah kosong. Ia tahu, sekeras apapun dia mencoba untuk ngelepasin bayangan Aldan, hanya nihil yang dia dapat.
Sedangkan Regha, dia masih bersikeras membuat Ira melepaskan seluruh bebannya. Ia ingin melihat Ira yang dulu, sebelum ia mengenal Aldan. Ia ingin Ira menjadi Ira yang dulu.
"Lo bisa. Gue yakin."
"Gimana gue bisa ngelupain dia, Bang. Gue udah berusaha agar ingatan gue bisa lupa sama dia. Tapi apa yang Tuhan kasih ke gue? Bayangan Kak Aldan hadir lagi kak! Gue bisa lihat dia di Jerman. Gue harus gimana? Beberapa kali gue lihat Kak Aldan, di sini."
Ira masih menangis, pikirannya menerawang jauh saat kejadian ia bertemu dengan Aldan pertama kali. Selanjutnya pertemuan kedua mereka. Dua kali mereka berdua bertemu. Ira hanya dapat melihat Aldan, bahkan mendekatinya saja ia tak sanggup.
"Sadar! Aldan udah mati! Lo itu cuman halusinasi, nggak ada yang nemuin jasad Aldan. Dia udah mati tenggelam di samudra, Ra. Dia udah nggak ada! Lo itu cuman halusinasi!"
"Kalau gue cuman halusinasi, gue harap gue nggak bakal ketemu dia lagi!"
Ira bangkit dari duduknya di rumput. Ia menyeka pipinya yang dibanjiri air mata. Ia berbalik badan dan langsung berlari.
Brugh...
Ira tidak melihat ke arah depan, matanya masih menatap rumput hijau. Ia tertabrak sorang laki-laki di depannya.
"Entshuldigung, ich hatte nicht vorgehabt." (maaf, saya tidak sengaja)
Deghh...
Suara itu lagi, bener kata Bang Regha, gue beneran halusinasi sekarang!
Sebuah tangan terulur di depan wajah Ira. Ia menatap tangan itu sebentar. Matanya kembali berair, seketika air itu menetes, bersamaan dengan gerimis yang datang.
Ira memberanikan diri menatap seseorang di depannya. Dugaannya benar, gelang itu pertanda bagi dirinya.
...🔥🔥🔥...
"Kak," ucap Ira.
"Kenapa?" balas Aldan.
"Kakak kalau pergi besok, janji sama Ira. Jangan pernah lupain Ira."
Aldan mengangguk emndengar jawaban Ira. Kemudian, Ira mengeluarkan sepasang gelang berwarna hitam dan putih. Bertulisan kata 'Promise me' dan 'I Promise You'. Aldan menatap kedua mata Ira.
"Untuk apa?" tanya Aldan.
"Janji, nggak bakal lupain aku."
Ira memakaikan gelang hitam bertulisan 'I Promise You' ke tangan Aldan. Ia menatap sebentar gelang itu lalu memeluk Aldan erat.
"I'll Promise you, Baby."
...🔥🔥🔥...
Air mata Ira terus merembes turun. Pertahanannya runtuh seketika. Regha yang melihatnya hanya dapat terdiam kaku melihat apa yang terjadi. Pikirannya susah mencerna dengan apa yang ia lihat saat ini.
Ira menatap kembali tangan yang terulur di depannya. Memastikan gelang yang dipakai orang itu adalah gelang yang sama dengan gelang miliknya dulu.
'I Promise You.'
Ira mendongak, menatap ke orang itu. "Kak Aldan?"
Tangis Ira pecah seketika saat ia berdiri dan langsung memeluk tubuh orang di depannya itu.
...🔥🔥🔥...
Hayo! Aldan bukan? Hahahahah, jangan lupa vote dan juga komentarnya ya guys! Awas aja sampai nggak ada komentar! Gue santet onlen kalian!
Ini tuh udah 1500++ words, dan ini part terpanjang yang pernah gue tulis. Jadi hargain ya hehe.
Follow instagram @aldanstory untuk updatean aldan yey!
See you guys!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
elviana
pinisirin
2021-03-13
0
Dedeh Rohaeni
22 like Thor mungkin aldan amnesia ya ?????
2020-12-10
0
Gemblonk (ayu f&f)
aldannya lupa ingatan.
2020-12-08
0