Seusai dari pantai, aku mengantar Miya pulang. Miya meminta untuk diantar ke restoran karena di jam-jam seperti sekarang pasti Ibu dan teman-temannya sedang repot menutup restoran. Namun saat kami tiba, ternyata restoran milik sang ibu masih ramai didatangi oleh pengunjung.
"Sepertinya aku masih akan di sini untuk membantu Ibu dan yang lain."
"Butuh pelayan tambahan?" balasku pada Miya.
Miya tertawa. "Tidak. Pulang dan beristirahatlah. Aku akan menghubungimu nanti."
Aku mengangguk dengan berat. Aku tahu Miya tidak menolak jika aku membantunya di restoran, tapi ia menolak karena tidak ingin Ibunya sampai bertemu lagi denganku agar kejadian seperti saat makan malam waktu itu tidak terulang. Terlihat Miya masuk ke dalam restoran dan langsung membantu Ramsey serta seorang pelayan laki-laki yang kuyakin adalah kekasih dari pemilik butik itu, Sam.
"Hei, kau dari mana saja? Demi Tuhan, tangan dan kakiku mati rasa karena sepanjang hari tidak berhenti bergerak," ujar Ramsey
Miya tertawa. "Maafkan aku. Sebagai gantinya akan kubuatkan takoyaki besok, bagaimana?"
"Maaf diterima. Kalau begitu antarkan ini ke meja nomor sebelas."
"Baik, pesanan siap diantar," jawab Miya bersemangat pada Ramsey.
Malam ini adalah kali pertama restoran milik Ibu Miya, Feriha, buka hingga larut malam. Terlihat Miya memandangi Feriha yang masih sibuk merapikan piring-piring di rak. Lalu tiba-tiba saja Miya teringat apa yang dikatakan Kingston di pantai sore tadi. Dengan langkah ragu, Miya pun menghampiri Feriha dan membantunya.
"Ah, Miya. Sudah biar Ibu saja."
"Seharusnya aku yang mengatakan itu," sahut Miya pada Feriha.
Feriha tersenyum. "Apa hari ini pemotretanmu berjalan lancar?"
Miya mengangguk. "Rahangku sampai pegal karena terus dipaksa tersenyum oleh Kak Reiko."
Terdengar Feriha tertawa geli, membuat Miya tanpa sadar pun ikut tertawa. Mereka terus mengobrol sembari bekerja sama merapikan peralatan makan. Tampak Miya seperti ingin mengatakan sesuatu pada Feriha, namun ia sangat ragu-ragu.
"Mmm Bu, kurasa aku akan tetap tinggal bersama Ibu. Sampai kelak aku menikah pun aku ingin terus bersama Ibu. Lalu, aku akan mencari uang di restoran ini saja. Jadi tolong berikan aku upah."
Feriha kembali tertawa, namun perlahan kemudian menangis pilu. Miya meletakkan piring yang sedang dipegangnya, lalu dengan lembut memeluk sang ibu yang kini sedang mematung sambil menangis itu. Miya ikut menangis, dan sembari memeluk erat Ibunya, ia mencurahkan segala isi hatinya.
"Maafkan aku, Bu. Padahal aku berjanji akan lebih patuh. Tapi entah kenapa jika sudah menyangkut Kingston, aku jadi tidak bisa mengendalikan diri."
"Tidak. Ibu yang seharusnya meminta maaf. Ibu menghancurkan semuanya. Waktu itu tiba-tiba saja Ibu teringat dengan sikap buruk Ayahnya padamu. Ibu masih tidak bisa menerimanya, Miya."
Miya mengusap lembut punggung Feriha. "Aku mengerti. Karena itu semua sudah berlalu, ayo kita lupakan saja dan fokus dengan masa depan."
"Ya, baiklah. Ayo kita lakukan yang terbaik untuk masa depan."
...***...
Terlihat Miya sedang mengerjakan tugas kuliahnya di sebuah kafe. Sudah tiga jam Miya berada di kafe itu dan menghabiskan tiga gelas besar strawberry milkshake. Miya sangat fokus dengan tugasnya hingga tak sadar seorang pria sudah mengawasinya sejak ia masuk ke dalam kafe beberapa jam lalu.
"Permisi Nona, ini pesanan anda," ujar seorang pelayan sembari meletakkan segelas minuman di meja Miya.
"Hm? Aku tidak memesan ini."
"Seorang pria di sanalah yang memesan dan membayar minuman ini untuk anda."
Dengan spontan Miya menoleh ke arah tangan pelayan perempuan itu menunjuk. Namun Miya hanya mendapati sekumpulan anak-anak perempuan berseragam SMA yang sedang asyik bercanda dan berfoto.
"Maksudmu anak-anak SMA itu?"
"Ah bukan, Nona. Sepertinya pria yang memberikan minuman ini sudah pergi."
"Seperti apa orangnya?"
"Seorang pria tinggi dan berbadan besar dengan setelan jas dan kacamata hitam. Orang itu tadi duduk di balkon dan terus melihat ke arah anda," terang si pelayan pada Miya.
Miya bergumam dalam hati. "Dasar Kingston. Dia bilang hari ini sibuk tapi ternyata masih sempat menguntitku."
Akhirnya Miya menerima segelas besar strawberry milkshake yang sudah ada di depannya, dan tanpa ragu menyedot minuman itu sambil menyapukan pandangannya ke seluruh balkon kafe. Dengan ciri yang disebutkan oleh pelayan tadi, Miya pun menemukan siapa si pemberi minuman.
Miya kembali bergumam dalam hati. "Ah, ternyata bukan Kingston."
Melihat Miya memergokinya, dengan segera pria pemberi minuman itu menyembunyikan dirinya ke balik tembok. Miya lalu melompat dari kursi yang sedari tadi mengayun-ayunkan kakinya dan berjalan menghampiri si pria pemberi minuman sembari terus menyedot minuman gratisnya.
"Maaf, apa anda anda mengenal saya?" tanya Miya pada pria pemberi minuman.
"Selamat siang, Nona Miya. Perkenalkan saya Hideyoshi, saya adalah orang yang dikirim oleh tuan Lexander Kingston untuk mengawasi anda."
Miya memiringkan kepalanya. "Hm? Kenapa aku harus diawasi? Aku merasa tidak nyaman jadi tolong pergi saja."
"Maaf, saya hanya mematuhi perintah tuan saya. Jadi silakan melanjutkan aktivitas anda senyaman mungkin," balas Hideyoshi yang kemudian membungkuk dan berlalu.
Miya tak kuasa berkata-kata, ia hanya memandangi punggung Hideyoshi yang terlihat semakin mengecil itu. Saat ini tidak ada hal lain yang ingin dilakukan Miya selain menelepon Kingston dan memakinya. Namun belum selesai Miya mengetikkan password di ponselnya, Kingston sudah terlebih dulu menelepon.
"Aku baru saja mau meneleponmu. Sedang dimana? Ayo bertemu. Aku sangat merindukanmu."
Aku terbahak. "Wah, kau membuatku merinding."
"Aku yang seharusnya merinding. Apa maksudmu tiba-tiba mengirimkan orang untuk menguntit dan membuatku terkena diabetes?"
Aku kembali terbahak. "Aku hanya merasa jika kau tidak cukup hanya dengan tiga gelas besar strawberry milkshake."
"Tetap di tempatmu. Kau akan berakhir hari ini, lihat saja."
Aku masih terbahak setelah Miya mengakhiri panggilan kami, dan semakin terbahak ketika menonton kegemasan Miya lewat layar laptop. Terlihat Miya mengejar Hideyoshi, dan meminta Hideyoshi untuk mengantarkannya bertemu denganku. Aku pun langsung meninggalkan markas rahasiaku dan menunggu Miya di dorm.
...***...
Saat aku tiba, mobil Hideyoshi sudah terparkir di depan dorm. Hideyoshi langsung berlari membukakan pintu mobilku dan mengatakan jika Miya sudah berada di dorm selama hampir satu jam. Hideyoshi juga sudah mengatakan apa alasan dirinya mengawasi Miya karena Miya terus saja mendesak.
"Saya hanya mengatakan jika seseorang yang tidak baik sedang mengawasinya, maka dari itu anda menugaskan saya untuk menjaga keselamatannya," terang Hideyoshi padaku.
"Baguslah jika ia belum tahu bahwa orang yang mengawasinya adalah gadis licik itu." Aku menepuk pundak Hideyoshi. "Kerja bagus. Cukup untuk hari ini. Kembali ke markas."
KLEK!
Aku masuk ke dorm dan langsung mendapati Miya yang sedang tertidur pulas di sofa. Terlihat wajah Miya sangat lelah karena sudah dua minggu ini restoran Ibunya semakin ramai. Dengan hati-hati aku melepaskan sepatu Miya. Tampak Miha terganggu sesaat, namun kembali menikmati tidur siangnya.
Aku berbisik pada Miya. "Hei, kau belum mengucapkan selamat ulang tahun padaku."
Aku mengangkat tubuh Miya dengan hati-hati. Namun baru saja akan kubaringkan Miya di ranjang, ia sudah terbangun. Kupikir Miya akan meronta-ronta seperti biasanya, tak disangka ia malah bersikap sangat tenang dan tiba-tiba melakukan sesuatu yang membuatku seketika tak berkutik.
CUP!
Miya mengecup sebelah pipiku. "Selamat ulang tahun."
DEG! DEG! DEG!
"Hei, kenapa kau diam saja? Ah, aku tahu. Baiklah akan kuulangi." Miha berdeham, "selamat ulang tahun, Lexander Kingston."
CUP!
Miya kembali mengecup sebelah pipiku yang lain dengan lembut. Aku masih tak berkutik, bahkan tak kuasa berkata-kata. Jantungku berdetak terlewat bersemangat hingga membuatku khawatir jika sampai terdengar oleh Miya. Aku beranjak, namun dengan segera Miya menarik tanganku dan membuatku terduduk. Perlahan Miya mendekat padaku sambil berbisik.
"Aku mencintaimu."
DEG! DEG! DEG! DEG!
"Aku sangat mencintaimu, Lexander Kingston."
DEG! DEG! DEG! DEG! DEG!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Rizky Anindiya
ikutan deh deg deg.kayak sedang jatuh cinta aja .🤭
2022-03-19
0
💞istrinya jungkook💕
setiap baca DEG DEG DEG...
hati aku deg2n bneran abiz tulisannya gde gt jd berasa pas bacanya 🤭🤭
semangat y thor 💪
2021-06-17
1
Ika Sartika
sweet ❣️
2021-04-02
0