"Stop!" Jasmine kali ini berteriak sangat kencang.
"Kalau Mas masih mau menghina saya, lebih baik saya keluar dari rumah ini sekarang juga! Percuma saja ku putus jari manis dengan kesakitan yang luar biasa, tetap saja kau umbar aib ku kemana-mana dan berteriak sana-sini, sampai Ibu mu juga tahu!" Pekik Jasmine, wajahnya kali ini menengadah, padahal biasanya ia hanya terisak dan menunduk pasrah pada keadaan.
"Oh begitu! Jadi Kau mau lari dari tanggung jawab, dengan pergi dari sini begitu? " bentak Riko.
"Pintar sekali Kau Nona yang sok suci! "
Plak!
Jasmine melayangkan satu tamparan pada Riko. Walaupun tangannya bergetar dan tubuhnya hampir kehilangan keseimbangan.
Jasmine kali ini benar-benar emosi karena terus dihina dan dikatakan sok suci oleh suaminya.
"Kau tidak pantas mengatakan aku seperti itu bila kau tak tahu apa yang sebenarnya terjadi! "
Jasmine berlalu dari hadapan Riko dan membawa serta koper yang berisi pakaian yang ia bawa sewaktu menikah dengan Riko.
Belum genap satu minggu mereka menikah, pernikahan sudah diwarnai pertengkaran, hinaan, cacian dan makian. Hingga Ibunya Riko masuk rumah sakit dan Jasmine selalu disalahkan.
Sebagai orang yang tahu diri, bila menjadi orang yang tak diinginkan dalam rumah itu, maka diapun pergi dari rumah suaminya.
"Heh, wanita ******, berhenti kau! Jangan pergi seenaknya saja!" Riko terus mengejar Jasmine.
"Apa-apaan ini, Mas!
" teriak Jasmine yang tangannya dipegang kasar dan dipaksa dibawa ke gudang oleh Riko. Jasmine dikunci di gudang.
Sekuat tenaga Jasmine menggedor pintu gudang yang sumpek, bau dan banyak sarang laba-labanya, berteriak minta tolong, tetapi tak digubris oleh Riko.
"Mbok Ijah! Perintahkan pada semua pembantu disini, jangan sampai ada yang membuka pintu gudang, kecuali mereka ingin saya pecat, mengerti!" ancam Riko.
"Tapi, Den! Kasian Non Jasmine!" ujar Mbok. Ijah.
"Oh, jadi Bibi mau dipecat? Biar semua keluarga Bibi di kampung kelaparan? Mau?" pekik Riko.
"I-Iya, Den! Maaf, jangan pecat Si Mbok, Den!" Mbok Ijah menuruti perintah majikannya.
***
"Bagaimana keadaan Ibu saya, dok!" tanya Riko, ketika dokter memeriksa keadaan Ibunya.
"Ibu anda sepertinya mempunyai riwayat penyakit jantung lemah, jangan terlalu lelah dan stres ya!" dokter menasihati.
"Baik Dokter!" Rendy mengangguk, tanda menuruti perintah dokter.
Riko segera keluar ruangan ketika gawai nya bergetar, rupanya ayahnya menelepon.
"Riko, kenapa ibumu bisa dibawa ke rumah sakit?" tanya Ayahnya.
"Panjang ceritanya Ayah, sekarang Ayah dimana? Sebaiknya segera Ayah ke rumah sakit!" pinta Riko, segera menutup teleponnya dan tidak memberi kesempatan Ayahnya berkata-kata lagi.
Kebetulan juga ia tak bisa lama-lama menelepon karena suster menyuruhnya segera ke bagian administrasi rumah sakit, untuk membayar semua biaya rawat inap ibunya.
"Benar-benar kurang ajar, Jasmine membuat hidupku berantakan!" gerutunya dalam hati.
Tangannya mengepal menunjukan amarah yang tertahan pada Jasmine yang ia tinggalkan begitu saja di gudang dalam keadaan terkunci dan tidak diberi makan, bahkan semua pembantunya pun dilarang untuk menolongnya.
***
"Tolong! Tolong! Mas, jangan kurung aku disini, Mas!" teriakan Jasmine yang terus-menerus tanpa ada yang menggubrisnya.
"Mbok, kasian ya Non Jasmine!" ujar Mbok Marni yang sama-sama pembantunya Riko.
"Sudah biarkan, dari pada kita yang dipecat Den Riko, keluarga kita dikampung mau makan apa kalau kita dipecat?" tukas Mbok Ijah.
"Iya juga ya, kita juga disini lagi mengadu nasib, jangan mikirin nasib orang lain!" ucap Pak Kasim, satpamnya Riko pun ikut bicara.
"Tapi Kasian Non Jasmine!" Tandas Mbok Ijah.
Mereka berlalu dari depan gudang dan membiarkan Jasmine yang berteriak ketakutan. Suara tikus yang bersahutan terdengar dari gudang yang sudah bertahun-tahun tidak pernah ada yang membersihkan. Bahkan, pembantu di rumah itupun tak pernah disuruh untuk membersihkan gudang itu.
"Ah! Tolong Aku Mas, Tolong!" Rintihan dan tangisan Jasmine, sangat kentara dari dalam gudang.
Entah apa yang terjadi dengan Jasmine di gudang yang penuh sarang laba-laba, berdebu yang pastinya akan membuat sesak pernafasan, serta tikus-tikus yang menjijikan pastinya akan menggerogoti tubuhnya.
"Siapa saja yang mau menolong saya, dia akan Allah selamatkan di dunia dan di akhirat! " teriak Jasmine.
Mbok Siti, pembantu Riko yang berjalan dengan mengendap menuju ke gudang mendengar teriakan itu, dan mencoba mendekat pintu gudang.
Rupanya wanita paruh baya yang terkenal dengan masakannya yang enak di itu, sedang berusaha menolong Jasmine.
"Non, ini si Mbok, Non!" Mbok Siti berbisik ke arah pintu.
"Mbok, tolong Mbok! Kaki dan tangan saya dihinggapi tikus-tikus Mbok, tolong!" Jasmine masih terisak, air matanya deras tidak pernah berhenti, semenjak ia dikunci di gudang oleh Riko, suaminya sendiri.
"Non, jangan berisik ya, tenang! Mohon pada Nun Gusti, semoga saya bisa selamatkan Non Jasmine!" Bisik Mbok Siti sambil lirik kanan-kiri berharap pembantu yang lain tidak ada yang melihatnya.
Mbok Siti mulai memutar kunci ke arah kanan, sambil matanya tidak lepas memperhatikan keadaan sekitar gudang.
Dengan gemetaran, akhirnya pintu gudang terbuka juga, rupanya Mbok Siti tahu dimana kunci serep gudang itu disimpan.Walaupun kunci yang satunya memang dipegang oleh Riko.
"Non, Jasmine! "
"Mbok Siti!"
Tubuh Jasmine banjir keringat, tikus-tikus memang mengganggunya, selain itu dadanya sesak karena hampir tak ada udara di gudang, pengap dan gelap, tak ada pencahayaan sama sekali. Siapapun tak kan bisa bertahan dalam suasana yang seperti itu.
Tega sekali seorang suami mengurung istrinya sendiri di gudang yang sudah seperti jurang kematian.
Jasmine batuk-batuk tapi mulutnya Mbok Siti sekap, karena takut kedengaran sama pembantu yang lain.
Mbok Siti memboyong badan Jasmine keluar dari gudang, kalau saja ia terlambat sedikit saja, Jasmine mungkin sudah kehilangan nyawanya,karena sesak nafas dan mati ketakutan diserang tikus-tikus itu.
Kini Jasmine berhasil keluar rumah dengan bantuan Mbok Siti. Pembantu yang sudah bekerja selama 10 tahun di rumah mewah itu, menunjukan jalan keluar untuk pergi dari rumah laknat itu, menuju jalan kehutan.
Awalnya Jasmine tidak berani ke hutan, tetapi dari pada ia harus kembali ke rumah itu lagi, dia memberanikan diri, untuk mengambil resiko.
"Bibi, suatu saat aku akan membalas semua kebaikan Bibi, ya!" ucap Jasmine, seraya menyalami tangan wanita paruh baya itu dan berbalik badan.
Dengan cepat, Mbok Siti pun cepat kembali ke rumah itu dan mengunci gudang itu, menaruh kembali kunci serep ke tempatnya dengan cekatan.
"Mbok Siti!"
Deg!
Jantung Mbok Siti berdetak sangat kencang, karena dipanggil Pak Kasim Satpam rumah.
"Eh, Pak Kasim toh, pie toh? kok jam segini belum tidur?" ujar Mbok Siti berusaha tenang.
"Mau ngambil minum dulu Mbok, Mbok Siti sendiri kok belum tidur?" tanya Pak Husin.
"A-anu itu lho, tadi kebelet pipis! Ya sudah, saya masuk kamar dulu ya!" ujar Mbok Siti lengkap dengan logat bahasa jawanya.
***
Bersambung
Bagaimana selanjutnya Jasmine, yang kini harus mencari jalan keluar dari sebelah hutan rumah itu?
tinggalkan like dan komentar nya🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Nila
semangat Jasmine 💪💪👍👍💪
2022-03-02
0
Vania surya
rumah dipinggir hutan
2020-12-20
2
Nurhayati Hutabarat
rumah riko dipinggir hutan ya Thor?semoga Jasmine selamat
2020-12-19
3