Fake Husband

 

Hari ini aku pulang lebih awal. Berlama-lama di butik membuatku sedikit tidak nyaman. dengan semua pertanyaan Tiara dan Cilia.

 

Mereka adalah karyawan Butikku. Melihat aku datang hari ini. mereka sangat sibuk mengkepoi dan menggodaku.

Karena tidak tahan dengan Ocehan kedua karyawan kesayanganku itu. aku memutuskan untuk pulang saja.

“Mbak duluan ya...”

Aku melambai ke arah mereka berdua yang sibuk Menata Beberapa Fesion Yang baru Aku buat Beberapa hari sebelum pernikahanku.

“Ah... Mbak Nisa kangen sama Mas Ali ya. maknya cepat pulang” Ujar Tiara.

“Ckck Bukan lagi.. Mbak Nisa pengen Cepat-cepat Nyium Aroma surga tuh kayaknya” Cilia menimpali.

“benar Banget.. cepat Temui Suami Mu Mbak. Biar dapat mencium aroma syurga” Jawab Tiara lagi.

Aku hanya tersenyum. Aroma surga yang mereka bicarakan Sangat jauh dari apa yang Ku jalani. Pernikahan ini Sangat Jauh dari kata Bahagia.

Perasaan yang membeku. dingin dan mati rasa. Apa bisa disebut sebagai syurga. bahkan mencium Aroma syurga saja aku tidak yakin.

Sejujurnya.. Aku ingin mendapatkan Rumah tangga berbau syurga itu.

Aku melajukan mobil menuju rumah. Yang terbayang di otakku Sekarang saat bicara tentang Rumah hanyalah kesan dingin.

Tidak seperti Rumah Ayah dan ibu. yang penuh kasih sayang dan kehangatan. meskipun ayah terbilang Orangtua yang tegas, tapi beliau tahu caranya menyalurkan kasih sayang kepada anggota keluarganya.

Rasanya aku ingin Tetap tinggal di rumah ayah dan ibu.

Tidak terasa. Mobilku hampir sampai Di gang Rumah kami, Gang Elite Dermaga.

Aku memasuki pagar dengan Mobilku. Memarkirkannya Di halaman Rumah yang tidak sebesar Halaman Rumah Ayah dan ibu.

Rumah minimalis Dua lantai ini menjadi tempat tinggal ku sekarang. bersama pria yang berstatus suamiku.

Kami hanya tinggal berdua. Tanpa Asisten Rumah tangga satu pun.

Ali pernah mengatakan dia tidak suka keramaian. jadi dia Tidak ingin ada orang lain selain kami berdua.

Ya... Begitulah.. Aku juga kurang Paham seperti apa kepribadian Dokter spesialis jantung itu.

Aku merogoh anakan kunci dari Dalam tasku. Membuka pintu yang terkunci rapat itu Dengan mudah.

“Assalamualiakum”

“Waalaikumsalam”

Ali sedang bersantai di ruang televisi sambil memainkan Gadgetnya.

“Aku baru saja pulang... Apa Mas merasa lapar” Tanyaku Basa-basi.

“Dari mana kau”

Aku kaget dengan pertanyaan itu. bukankah aku memberitahunya melalui secarik kertas yang ku selipkan di bawah cangkir tadi pagi.

“Maaf mas.. Aku pergi ke butik.. Aku sudah memberitahumu. aku menulisnya di selembar kertas” tegasku memberitahunya.

“Hemm. Lain kali kau boleh mengirim pesan padaku. Aku tidak punya waktu membaca Suratmu”

Surat? Itu bukan surat! Itu tulisan pengganti pesan. karena aku tidak memiliki Nomor mu

“Baiklah.. Aku mengerti.. Lain kali aku tidak akan menulis seperti itu lagi”

“Hemmm”

Eh.. Mau apa dia mendekatiku.

Tentu saja aku kaget kan. dia melangkah ke arahku Begitu saja.

“Berikan ponselmu” Ujarnya.

Aku menyerahkan Gadget milikku ke padanya.

Jempolnya tampak Sibuk menggeser-geser layar gadget ku.

dan menyerahkannya lagi padaku.

“Itu Nomor Ku. hubungi saja jika ada sesuatu yang diperlukan” Ujarnya lalu berjalan ke dalam kamarnya meninggalkanku sendirian.

Aku menoleh ke arah benda yang ku pegangin.. Salfok Dengan nama kontak yang baru saja Ali tambahkan itu.

"Fake Husband"

Aku melotot ke benda itu. sesekali mejamkan mata Dan berharap nama kontak itu berubah.

Ternyata begitu..... Dia Merasa dirinya adalah Suami palsu untukku.

Aku tidak akan menyerah. meski Ali berpikir seperti itu, tapi aku tidak.

Dia suami Syah ku. Ijab kabul yang sayh. pernikahan yang Syah.

Aku akan membuat dia sadar. bahwa aku... dan status ini adalah asli.

Aku istrimu Ali Almaarif

Sehabis Ashar tadi

aku menyiapkan makan malam untuk kami berdua.

Sudah selesai. Aku akan mandi dan bersiap untuk Maghrib.

Ku pakai mukenah dengan Rapi. Ku angkat sejadahku. dan berjalan ke kamar Penghuni lain rumah ini selain diriku.

Aku tidak peduli dia akan risih atau mengusirku. aku tetap akan memasuki kamarnya.

Cklek

Pintu itu berhasil ku buka selebar Lima belas Cm.

Aku melihat Ali tidak merespon kedatanganKu.

Ku abaikan Rasa canggung ini dan berjalan mendekatinya.

Ali yang sedang bersiap-siap menunaikan ibadah shalat Maghrib. menggelar sejadahnya.

Aku tidak mau kalah. ku bentangkan sejadah pemberian ayah itu. Pangkal sejadah Ku sejajarkan dengan Letak kaki suamiku. Dia menoleh ke arahku.

Aku senyum semanis mungkin. dan Ali memalingkan pandangannya.

Hatiku tergelak.. ingin tertawa melihat tingkahnya.

Sebegitu antinya kah Dia kepada perempuan.

Aku merasa senang.. Kami melakukan shalat berjamaah pertama kalinya. sebagaiman yang seharusnya dilakukan oleh suami kepada istrinya. menjadi imam Dalam hidup istrinya.

Aku merasa senang meski dia tidak mau menyentuh tanganku saat aku hendak menyalamnya seusai doa Habis Shalat itu.

Tidak Apa-apa. Dengan dia menjadi imamku saja hari ini. aku sangat bahagia.

19:35 WIB

Di ruang makan. Aku melihat Ali tampak menikmati makanannya. bahkan dia menambah nasi berulang kali. tapi tidak mengomentari masakan ku enak atau tidak.

mungkin dai lapar... Atau bisa juga dia suka masakan ku.

Selesai makan. Ali masuk kedalam kamarnya.. Aku pun begitu.. Aku merentangkan kakiku di atas ranjang. sambil menunggu Shalat isya.

Aku bersiap seperti tadi. setelah berwudhu,, aku memakai Mukenah dan membawa sejadahku.

Di Depan kamar Ali. aku terhenti. Pria itu keluar dengan baju Koko di lengkapi Kupiah dan tidak lupa sarung yang menjuntai sampai matahari kakinya.

“Aku akan Shalat di masjid”

Ujarnya..

Berjalan meninggalkanku.

Aku yang sudah siap ingin berjamaah bersama suamiku.. harus memendam nya kali ini.

Aku memasuki kamarku dan melaksanakan kewajibanku di kamar milikku ini.

.

.

Epilog

Ali berjalan menuju masjid dekat komplek Rumahnya.

Gadis ini. ada apa dengannya.. kenapa dia tidak mengerti. Aku melakukan ini demi kebaikannya juga.

Aku tidak ingin dia berharap dan bergantung kepadaku.

Karna suatu saat pernikahan ini Akan aku putuskan.

Kenapa dia tidak memgerti...Aku tidak ingin Dia memiliki rasa padaku begitu juga sebaliknya.

Jauh sebelum Pernikahan ini di adakan. Ali sudah berencana menceraikan Anisah suatu saat nanti.

Ali tidak akan mengambil keuntungan dari Pernikahan ini. dengan meniduri Nisa Atau sebagainya.

Di mata Ali, Anisah adalah gadis yang sangat baik.

dan tidak ada niat di kalbunya menyakiti hati Anisah.

Mencintai dan di cintai Anisah adalah hal yang tidak boleh terlanjur ia lakukan.

Di mata Ali

Anisah Rani.. Gadis Terhormat seperti dia tidak layak untuk di sandingkan dengan dirinya yang Dzolim dan Hina.

Ali berharap Anisa Akan menemukan Jodoh yang Sempurna kelak setelah mereka berpisah.

Itulah harapan Ali kepada Anisah. Bukan karena dirinya benci atau tidak menyukai Anisah. Ali melakukan ini hanya untuk menjaga Anisa yang sangat sempurna untuk dirinya yang Dzolim ini.

__________

Terimakasih Semua sudah mampir dan membaca Cerita ini.

Author harap..

Kalian akan lapang hati Mendukung cerita ini dengan cara.

-Like

-Komen

Terimakasih Readers 🥰🥰🥰🥰

Terpopuler

Comments

Yuni Odih Al Oza

Yuni Odih Al Oza

Ali Abdullah masyaallah namanya bagus bgt

2020-12-18

0

Roji Harapan Hasibuan

Roji Harapan Hasibuan

olo author hami like mon

2020-11-06

1

Roji Harapan Hasibuan

Roji Harapan Hasibuan

astaga, author tolong perbaiki, cerita habis sholat, Ada tulisan "dia menjadi imanku" kaga salah apa?

2020-11-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!