Bab 4: Tiga Hari, Dua Benih, dan Pria Polos

Matahari bergerak melintasi langit.

Sinar terik siang hari memanggang lumpur hingga kering dan retak di sekitar kaki Li Xian.

Para pemabuk di kedai sudah lama bubar, menertawakan "si idiot dan batu peliharaannya". Para wanita desa yang datang ke sumur berdecak kasihan, menganggap anak yatim itu akhirnya kehilangan akal sehatnya. Anak-anak kecil datang, melempar kerikil ke arah Li Xian, lalu lari ketika dia menggeram.

Li Xian tidak peduli.

Dia mencoba menarik. Dia mencoba mendorong. Dia mencoba menggali tanah di bawahnya, berpikir dia bisa menggulingkannya. Jari-jarinya yang kurus tergores, berdarah, dan kuku-kukunya patah.

Batu Kura-kura tetap diam.

Di bawah pohon willow, Zhu Lao tidur siang. Dia tidur nyenyak, mendengkur pelan. Setidaknya, itulah yang terlihat. Kenyataannya, kesadarannya sedang mengamati fluktuasi medan magnet planet, sedikit bosan, sambil menyisihkan sebagian kecil perhatiannya pada drama di alun-alun.

Satu hari, pikir Zhu Lao, saat bayangan mulai memanjang. Lumayan. Kebanyakan makhluk dengan otak menyerah setelah tarikan pertama.

Matahari terbenam. Udara menjadi dingin.

Li Xian masih di sana. Tubuhnya gemetar hebat karena kelelahan dan kelaparan. Dia tidak makan sejak kemarin. Matanya merah, tapi bukan karena tangisan. Itu adalah api murni dari keras kepala yang membara.

Dia menatap batu itu seolah-olah itu adalah musuh bebuyutannya.

Malam tiba. Desa menjadi sunyi. Hanya ada suara jangkrik dan napas Li Xian yang terengah-engah.

Sekitar tengah malam, tubuhnya akhirnya menyerah. Dia tidak menyerah tubuhnya yang mengkhianatinya. Dia pingsan, pipinya menempel di lumpur yang dingin di samping batu itu.

Zhu Lao membuka matanya dalam kegelapan. Dia menghela napas. "Tekad yang luar biasa. Fondasi yang menyedihkan." Dia mempertimbangkan untuk melemparkan buah persik abadi ke arah anak itu, tapi itu akan merusak kesenangan. Dia memutuskan untuk menunggu.

Fajar menyingsing.

Sinar matahari pertama menyentuh wajah Li Xian. Matanya terbuka. Rasa sakit menjalari setiap otot. Selama sedetik, keputusasaan menyelimutinya. Dia gagal. Orang tua itu benar. Dia hanya... lemah.

Dia melihat ke seberang alun-alun. Kakek aneh itu masih di sana, bersandar di pohon, mengunyah sepotong roti kering yang entah didapatnya dari mana. Kakek itu menatapnya, tanpa ekspresi.

Li Xian merasakan gelombang kemarahan baru. Dia tidak akan memberi orang tua itu kepuasan melihatnya menyerah.

Dengan erangan yang menyakitkan, dia bangkit. Dia merangkak kembali ke Batu Kura-kura.

Sialan.

Sialan!

SIALAN KAU, BATU!

Dia menempatkan bahunya di bawah tepian batu dan mencoba mendorong dengan kakinya. Dia mencoba lagi dan lagi.

Pagi berlalu menjadi siang.

Tiga hari.

Li Xian kini lebih mirip hantu lumpur daripada manusia. Bibirnya pecah-pecah. Matanya cekung. Tapi dia masih di sana. Dia tidak lagi berteriak. Dia hanya mendorong, beristirahat sejenak, lalu mendorong lagi. Dalam diam, dalam siklus kegagalan yang tak berujung.

Penduduk desa sekarang mengabaikannya. Dia telah menjadi bagian dari pemandangan.

Pada sore hari ketiga, sebuah suara berat dan polos memecah keheningan.

"Batu ini... sangat berat."

Li Xian terkejut. Dia melihat ke atas. Seorang pria muda bertubuh raksasa berdiri di sampingnya, menatap Batu Kura-kura dengan rasa ingin tahu yang tulus.

Pria itu setidaknya dua kepala lebih tinggi dari pria tertinggi di desa. Bahunya selebar pintu lumbung. Dia memiliki wajah yang jujur dan sepasang mata yang jernih dan sederhana. Ini adalah Shen Hu, "si beruang besar" desa. Dia dikenal karena kekuatannya yang luar biasa dan pikirannya yang polos. Dia bisa mencabut pohon kecil dengan tangan kosong tetapi kesulitan berhitung sampai dua puluh.

"Minggir, Shen Hu," desis Li Xian, suaranya serak.

"Tapi... kau terlihat lelah," kata Shen Hu, menggaruk kepalanya. "Ibu bilang kita harus membantu orang yang lelah. Apa kau mencoba memindahkan batu ini ke sumur? Batu ini menghalangi jalan."

"Aku..." Li Xian terlalu lelah untuk berdebat. "Aku tidak bisa."

"Oh." Shen Hu tampak bingung. "Kalau begitu, biarkan aku."

Sebelum Li Xian bisa berkata apa-apa, Shen Hu meludah ke telapak tangannya yang besar, menggosoknya, dan berjongkok. "Aku pandai mengangkat barang."

Penduduk desa yang kebetulan lewat, berhenti. Ini akan menarik.

Shen Hu menyelipkan lengannya yang setebal batang pohon di bawah Batu Kura-kura. Dia mengambil kuda-kuda bukan teknik kultivasi, hanya cara yang baik untuk mengangkat barang berat.

"HNGGG...!"

Shen Hu menarik napas dalam-dalam. Otot-otot di punggungnya menonjol, merobek sedikit kain di kemeja katunnya. Wajahnya yang polos memerah karena usaha.

"Angkat!" teriak seorang anak.

"HUUU... RRAAAAAHH!"

Raungan Shen Hu mengguncang jendela-jendela di kedai seberang. Tanah di bawah kakinya retak karena tekanan. Urat-urat di lehernya tampak seperti akan meledak.

Dan Batu Kura-kura...

...tidak bergeming.

Tidak seinci pun. Tidak sehelai rambut pun.

Shen Hu berkedip. Dia melepaskan cengkeramannya. Dia menatap telapak tangannya, bingung. Ini tidak masuk akal. Dia bisa mengangkat gerobak penuh bijih besi. Dia pernah mengangkat sapi yang terjebak di parit.

"Aneh," gumam Shen Hu. "Batunya... tertancap."

Dia mencobanya sekali lagi, kali ini dengan seluruh kekuatannya, mengabaikan segalanya. Hasilnya tetap sama. Batu itu seolah-olah menyatu dengan bumi.

Shen Hu akhirnya menyerah, menggaruk kepalanya lagi. "Maaf, Li Xian. Batu ini rusak. Aku tidak bisa mengangkatnya."

Dia menepuk bahu Li Xian tepukan yang hampir membuat Li Xian yang kelelahan jatuh lalu berjalan pergi, tampak bingung, untuk melanjutkan tugasnya mengantarkan kayu bakar.

Kerumunan kecil itu terdiam.

Jika Shen Hu tidak bisa menggerakkannya, maka batu itu memang tidak bisa digerakkan. Itu adalah fakta. Tugas itu mustahil.

Li Xian menatap batu itu. Dia telah menyaksikan kekuatan terbesar di desanya gagal total. Semua alasan akan mengatakan kepadanya untuk berhenti.

Dia menyeka darah kering dari jarinya. Dia kembali berjongkok.

Di bawah pohon willow, Zhu Lao tersenyum untuk pertama kalinya hari itu.

Satu benih dari kemauan yang tak terpatahkan, pikirnya, menatap Li Xian.

Dia kemudian melihat ke arah Shen Hu yang berjalan pergi, yang kini dengan mudah mengangkat gerobak kayu bakar yang patah as rodanya dengan satu tangan.

Dan satu lagi benih dari kekuatan murni yang bodoh.

Dua. Awal yang baik.

Terpopuler

Comments

Yanka Raga

Yanka Raga

truslah pd tekad yg kuat Li Xian
💪

2025-11-06

1

Yanka Raga

Yanka Raga

😎🤩

2025-11-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Teh Semesta dan Kebosanan Abadi
2 Bab 2: Rasa Sakit, Pedas, dan Anak yang Keras Kepala
3 Bab 3: Batu Kura-kura dan Paku Semesta
4 Bab 4: Tiga Hari, Dua Benih, dan Pria Polos
5 Bab 5: Satu Inci dan Seorang Pembawa Tas
6 Bab 6: Ayam Iblis, Pemanggang Ubi, dan Kepergian
7 Bab 7: Berjalan, Bernapas, dan Serigala Sial
8 Bab 8: Kota Fenglei dan Niat Pedang dalam Tagihan Anggur
9 Bab 9: Anggur, Pedang, dan Es yang Jatuh
10 Bab 10: Anggur yang Tumpah dan Utang Lima Belas Perak
11 Bab 11: Utang, Pencuci Cangkir, dan Pemandu Anggur
12 Bab 12: Penginapan, Pesuruh Ranah Raja, dan Cangkir Kotor
13 Bab 13: Wujud yang Merepotkan dan Kembalinya Si Pemandu Anggur
14 Bab 14: Ubi, Wajah Baru, dan Pengabdian yang Lebih Dalam
15 Bab 15: Retakan, Bakpao, dan Pintu Keluar Penyelundup
16 Bab 16: Jalur Penyelundup, Lumut Mabuk, dan Kembang Api Es
17 Bab 17: Ransel Ubi dan Perahu Daun Willow
18 Bab 18: Perahu Daun dan Pelajaran Ubi
19 Bab 19: Pondok, Dapur, dan Halaman yang Terlalu Bersih
20 Bab 20: Halaman yang Bersih, Tamu Kotor, dan Sendok Teh
21 Bab 21: Sapu, Koin, dan Hari Pertama Sekte
22 Bab 22: Dao Sapu, Dao Ubi, dan Hari Pertama
23 Bab 23: Hari Kedua, Goresan di Batu, dan Murid yang Merugikan
24 Bab 24: Obat Ubi Panas dan Pujian yang Merugikan
25 Bab 25: Tangan Baru, Pohon Besi, dan Pengurus Api Ubi
26 Bab 26: Orkestra Penderitaan dan Musik yang Baru Lahir
27 Bab 27: Daun, Kerikil, dan Kelahiran Maksud Sapu
28 Bab 28: Pencerahan Halaman, Api yang Marah, dan Kapak yang Tumpul
29 Bab 29: Dapur Suci, Noda Membandel, dan Dao Panci
30 Bab 30: Tekanan Naga dan Tamu Tak Diundang
31 Bab 31: Cakar Setan Laut dan Sendok Sup
32 Bab 32: Hukuman Sarapan Pagi dan Debu di Angin
33 Bab 33: Aturan Baru Sekte dan Utang Gadis Naga
34 Bab 34: Latihan yang Menyedihkan dan Guru yang Tidak Sabar
Episodes

Updated 34 Episodes

1
Bab 1: Teh Semesta dan Kebosanan Abadi
2
Bab 2: Rasa Sakit, Pedas, dan Anak yang Keras Kepala
3
Bab 3: Batu Kura-kura dan Paku Semesta
4
Bab 4: Tiga Hari, Dua Benih, dan Pria Polos
5
Bab 5: Satu Inci dan Seorang Pembawa Tas
6
Bab 6: Ayam Iblis, Pemanggang Ubi, dan Kepergian
7
Bab 7: Berjalan, Bernapas, dan Serigala Sial
8
Bab 8: Kota Fenglei dan Niat Pedang dalam Tagihan Anggur
9
Bab 9: Anggur, Pedang, dan Es yang Jatuh
10
Bab 10: Anggur yang Tumpah dan Utang Lima Belas Perak
11
Bab 11: Utang, Pencuci Cangkir, dan Pemandu Anggur
12
Bab 12: Penginapan, Pesuruh Ranah Raja, dan Cangkir Kotor
13
Bab 13: Wujud yang Merepotkan dan Kembalinya Si Pemandu Anggur
14
Bab 14: Ubi, Wajah Baru, dan Pengabdian yang Lebih Dalam
15
Bab 15: Retakan, Bakpao, dan Pintu Keluar Penyelundup
16
Bab 16: Jalur Penyelundup, Lumut Mabuk, dan Kembang Api Es
17
Bab 17: Ransel Ubi dan Perahu Daun Willow
18
Bab 18: Perahu Daun dan Pelajaran Ubi
19
Bab 19: Pondok, Dapur, dan Halaman yang Terlalu Bersih
20
Bab 20: Halaman yang Bersih, Tamu Kotor, dan Sendok Teh
21
Bab 21: Sapu, Koin, dan Hari Pertama Sekte
22
Bab 22: Dao Sapu, Dao Ubi, dan Hari Pertama
23
Bab 23: Hari Kedua, Goresan di Batu, dan Murid yang Merugikan
24
Bab 24: Obat Ubi Panas dan Pujian yang Merugikan
25
Bab 25: Tangan Baru, Pohon Besi, dan Pengurus Api Ubi
26
Bab 26: Orkestra Penderitaan dan Musik yang Baru Lahir
27
Bab 27: Daun, Kerikil, dan Kelahiran Maksud Sapu
28
Bab 28: Pencerahan Halaman, Api yang Marah, dan Kapak yang Tumpul
29
Bab 29: Dapur Suci, Noda Membandel, dan Dao Panci
30
Bab 30: Tekanan Naga dan Tamu Tak Diundang
31
Bab 31: Cakar Setan Laut dan Sendok Sup
32
Bab 32: Hukuman Sarapan Pagi dan Debu di Angin
33
Bab 33: Aturan Baru Sekte dan Utang Gadis Naga
34
Bab 34: Latihan yang Menyedihkan dan Guru yang Tidak Sabar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!