Chapter 19 : Pondok Pesantren

"Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, karena hasil akhir dari semua urusan di dunia ini sudah ditetapkan oleh Allah. Jika sesuatu ditakdirkan untuk menjauh darimu, maka ia tak akan pernah mendatangimu. Namun jika ia ditakdirkan bersamamu, maka kau tak akan bisa lari darinya." -Umar bin Khattab

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Karena sangat jarang berkumpul akibat kesibukan masing-masing, kami sampai asik mengobrol, dan sudah satu jam lebih ternyata. Ardi memutuskan untuk pulang karena ini sudah siang, ardi juga masih ada pekerjaan diperusahaan.

"Paman dan gea pulang dulu ya, zhi. Jaga diri kamu baik-baik."

"Iya, paman."

Setelah kepulangan paman dan gea, kini zhivana menutup pintu rumah. Tinggallah seorang diri terasa sangat sepi, rumahnya menjadi dingin tidak seperti dulu penuh dengan kehangattan.

"Umi, abi. Aku rindu kalian." Batin zhivana.

Tidak terasa air mata zhivana sudah beruraian membasahi kain cadar yang ia kenakan. Zhivana juga bisa rapuh dan lemah dia juga manusia biasa. Mungkin dihadapan semua orang zhivana adalah sesosok wanita kuat dan ceria. Tapi kalau sudah seperti ini dia sangat tak berdaya.

Zhivana juga butuh bahu untuk bersandar, butuh uluran tangan untuk menyambut dirinya ketika terjatuh, butuh teman berbicara untuk memberitahu segala keluh kesahnya. Zhivana hanya bisa memendam semua itu. Tapi zhivana hanya bisa mengadu kepada sang maha kuasa menceritakan segala isi hatinya dengan untaian doa dan diiringi dengan kesabaran.

...ﺍَﻟﻠﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻧَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ...

...3 𝙈𝘼𝘾𝘼𝙈 𝙆𝙀𝙎𝘼𝘽𝘼𝙍𝘼𝙉...

...Manusia dalam kewajiban mengabdikan diri kepada Allah, dituntut untuk istiqamah dan juga dituntut untuk bersabar. Melakukan perintah Allah perlu sabar. Meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah, perlu sabar. Menghadapi musibah yang ditentukan oleh Allah juga memerlukan kesabaran....

Kesabaran ada 3 macam :

Sabar dalam taat

Sabar dalam meninggalkan maksiat

Sabar berhadapan dengan dugaan.

***

Satu bulan telah berlalu begitu saja terasa sangat cepat, dimana ardi sang paman berkunjung kerumah zhivana. Dimana arrsyad juga pergi ke amerika serikat untuk melanjutkan studynya. Dimana gea juga sering berkunjung kerumah, dimana reno dan luchia sering mengunjungi zhivana. Dan selama satu bulan ini zhivana sudah mengajar di pondok pesantren kiai husen.

Hari demi hari zhivana lalui dengan semangat, tidak peduli dengan kekurangannya yang tidak bisa melihat, bagi zhivana sendiri ini adalah ujian untuk dirinya dimana sabar dan keimanannya sedang diuji oleh sang maha pencipta. Zhivana terima dengan senang hati, ia tidak ingin patah semangat karena dengan dirinya yang sekarang.

Zhivana terima semua ini dengan senang hati bukan kah taqdir dari alloh ini harus diterima dengan senang hati? Maka dari itu kita seperti orang terkaya karena sudah menerima pembagian taqdir dengan senang hati.

Kini zhivana tengah bersiap-siap untuk mengajar di pondok pesantren, hari ini zhivana memakai baju gamis syar'i berwarna mocca beserta kerudung yang menjuntai menutupi lekuk tubuhnya, tidak lupa juga dengan cadar yang senada berwarna mocca. Nampak elegan, cantik dan anggun.

Zhivana keluar rumah tidak lupa untuk mengunci pintu dulu sebelum berpergian. zhivana langsung melangkahkan kakinya untuk pergi ke pesantren. Biasanya kiai husen selalu menyuruh dua orang santri putri untuk menjemput dan mengantar zhivana pulang setiap harinya. Tentu itu karena kiai husen sangat mengkhawatirkan zhivana alasannya takut terjadi apa-apa pada zhivana saat dijalan, padahal dari rumah ke pesantren itu tidak terlalu jauh.

Zhivana juga sudah menolak hal itu tapi tetap saja kiai husen tetap pada pendiriannya, akhirnya zhivana hanya bisa pasrah dan menerima saja.

Saat zhivana ditengah perjalanan ada dua orang santri putri yang mendekat ke zhivana. Mereka langsung menyapa zhivana.

"Assalamualaikum ustadzah." Ucap kedua santri putri itu bersamaan.

"Waalaikumsalam."

"Afwan ustadzah, kami berdua telat menjemput ustadzah karena tadi kami ditugaskan ustadzah fatimah menyelesaikan hafalan al-qur'an." Ucap salah satu santri putri.

"Tidak apa, lagi pula afwan ustadzah lah yang merepotkan kalian" Ucap zhivana.

"Tidak ustadzah kami tidak merasa direpotkan, ini sudah tugas kami dari kiai untuk menjemput ustadzah. Dan kami senang dengan cara ini kami jadi lebih dekat dengan ustadzah." Sahut santri putri yang sedari tadi diam saja.

"Alhamdulilah, kalau begitu mari kita kepesantren." Ajak zhivana.

"Baik ustadzah" Ucap kedua satri putri itu bersamaan.

Kedua santri itu adalah orang yang ditugaskan kiai husen untuk menjemput zhivana. Santri putri yang pertama bernama Adiba dan satri kedua bernama Zara. Kedua santri putri ini memiliki kecerdasan diatas rata-rata, mereka juga bercadar seperti zhivana.

Kini mereka bertiga berjalan beriringan untuk menuju pondok pesantren. Tidak butuh waktu lama mereka pun tiba digerbang pesantren yang menjulang tinggi. ditengah gerbang ini ada perbatasan tentu saja itu pembatasan antara santri putri dan santri putra.

"Ustadzah karena sudah sampai, kami berdua pergi duluan. Karena masih ada kelas lagi." Ucap adiba.

"Baiklah kalian duluan saja, semangat belajarnya." Ucap zhivana.

"Terima kasih ustadzah. Kami pamit dulu assalamualaikum." Ucap adiba dan zara bersamaan.

"Waalaikumsalam."

Kini zhivana langsung menuju tempat mengajarnya. Saat tengah berjalan ada yang mengucap salam padanya dan suara itu tidak asing ditelinga zhivana. Dengan begitu zhivana menghentikan langkahnya.

"Assalamualaikum, ukhty."

" Waalaikumsalam, ustadz."

Mereka berdua berdiri saling berhadapan dengan jarak dua meter karena untuk menjaga jarak dengan yang bukan mahromnya. Terlihat jelas pria itu tersenyum pandangannya tertunduk sesekali melirik kedepan untuk melihat lawan bicaranya.

Orang itu adalah Muhammad Azwar Haidar, putra pertamanya kiai husen. Azwar sangat diidamkan oleh para ustadzah yang mengajar dipesantren dan para santri putripun sama sangat mengidamkan azwar. Bagaimana tidak azwar ini sangat tampan, kulitnya saja sangat putih, badanya tinggi, cerdas sholeh pula. Duh calon imam idaman banget ini mah.

"Ukhty mau berangkat mengajar." Tanya azwar.

"Iya ustadz azwar" Cicitnya pelan.

"Ukhty nanti kalau sudah pulang mengajar, ukhty disuruh kerumah abi dulu." Ucap azwar menyampaikan amanah dari kiai husen.

"Maaf, ustadz azwar kalau boleh tau kenapa beliau menyuruh saya kesana."

"Entahlah saya juga kurang tahu."

"Ada apa ya kenapa kiai husen menyuruhku kesana? Bagaimana kalau kiai husen menyuruhku tinggal dengannya." Batin zhivana.

"Baiklah. Ustadz azwar nanti selesai saya mengajar, saya akan pergi kerumah beliau."

"Terimakasih ukhty. Kalau begitu saya permisi dulu, assalamualaikum."

"Iya ustadz, waalaikumsalam."

Setelah ustadz azwar pergi, zhivana kembali melangkahkan kakinya ketempat ia akan mengajar. Sesampainya disana ada santri putri yang menunggu zhivana.

"Ustadzah." Teriak santri putri itu kegiringan saat melihat zhivana berjalan kearahnya.

"Assalamualaikum. Kamu zahra kah?" Tanya zhivana memastikan.

"Hehe, waalaikumsalam ustadzah. Iya ustadzah saya zahra, duh maaf ya tadi teriak ngga sopan banget jadinya." Ucap zahra malu-malu.

"Tidak apa lain kali jangan diulangi lagi ya zahra. Terus kenapa kamu berteriak seperti itu? Lagi pula kamu tidak biasanya berteriak seperti itu."

"Maaf ustadzah saya cuman senang saja, saya kira ustadzah tidak akan mengajar karena sudah telat sepuluh menit. Jadi saya tunggu diluar terus liat ustadzah deh."

"Maaf ya telat tadi dijalan ustadzah berbincang dengan seseorang jadi terlambat." Ucap zhivana dengan tersenyum-tersenyum.

"Dengan ustadz tampan ya." Goda zara

"Siapa ustadz tampan." Zhivana mengerjitkan dahinya setelah mendengar ucapan zara barusan.

"Maksud saya dengan ustadz azwar yang ketampanannya bak nabi yusuf." Ucap zara.

Sebenarnya zara hanya menebak saja. Pasalnya memang sering melihat zhivana sedang mengobrol dengan ustadz azwar.

"Bagaimana kamu tahu."

"Benarkah ustadzah mengobrol dengan ustadz azwar? Padahal tadi aku hanya menebak saja ustadzah. Kalian berjodoh kali ya yang satunya cantik dan yang satunya lagi tampan."

"Kamu ini ya. Sudah kita masuk sekarang nanti malah tambah telat. "

"Hihi, iya ustadzah." Ucap zahra sambil cekikikan.

Zhivana langsung masuk kedalam kelas dengan diikuti oleh zahra dibelakang. Pelajaranpun dimulai seperti biasa dengan tertib.

***

Amerika Serikat.

Massachusetts Institute of Technology (MIT) dinobatkan sebagai universitas nomor satu terbaik di seluruh Amerika Serikat. Kampus ini berhasil mendapatkan nilai sempurna di 4 kategori dari total 6 indikator penilaian.

Dari total 11 ribu mahasiswa, 3 persennya adalah mahasiswa internasional yang berasal dari 154 negara berbeda. MIT dikenal sebagai pemimpin dalam bidang sains, teknik, biologi, ekonomi, dan masih banyak lagi. Uniknya, MIT memiliki gedung-gedung kampus dengan bentuk artistik.

Arryad sudah memulai semester awal kuliahnya dengan baik dengan mengambil jurusan ekonomi bisnis. Arrsyad juga sudah mendapatkan banyak teman, tapi tidak dengan satu orang ini yang selalu dekat dengan arrsyad, malah satu apartemen pula dengan arrsyad. Yaitu Adzril Rafif Alfarezi. Seorang maha siswa sama-sama dari negera indonesia. Adzril dan arrsyad berkenalan saat ospek dimana mereka akan melaksanakan kewajiban seorang muslim, mereka bertemu dan menjadi seorang teman dekat.

Malam ini arrsyad menelusuri pusat kota Eco Green Park. Dengan adzril sebagai pengemudi, sedangkan arrsyad duduk di samping adzril. Perjalanan mereka diwarnai dengan senandung suara cempreng dari adzril. Arrsyad hanya diam saja sesekali tertawa kecil karena mendengar suara adzril yang seperti tercekik tali.

"Syad, tau gak cewe cantik yang jurusan sains itu ter-" Belum saja adzril menyelesaikan bicaranya arrsyad sudah memotongnya dengan cepat.

"Aku ngga peduli." Ketus arrsyad.

"Denger dulu syad, dia itu cantik banget. Dan dia juga berasal dari indonesia, agama islam pula."

"Aku gak tertarik." Ketusnya lagi.

"What. Look she is very beautiful. Para cowo kampus dan dosen juga sering deketin dia tuh." Ucap adzril sedikit kaget dengan arrsyad. Pasalnya arrsyad itu tampan apalagi dikampus juga banyak yang menyukai dirinya selain populer karena pintar arrsyad juga populer karena ketampanannya.

"Bukan tipeku."

"Memang tipe kamu yang bagaimana? Tapi kamu normalkan." Ucap adzril seraya memicingkan matanya pada arrsyad.

"Tentu saja aku normal."

"Ya bagus deh soalnya aku liat kamu itu seperti kaya gak tertarik sama cewe-cewe, padahal cewe kampus pada ngefans banget sama kamu syad. Ya menurut aku, kamu itu terkesan dingin dan cuek banget sama mereka. Apa jangan-jangan kamu sedang menjaga hati demi seseorang" Tanya adzril

"Itu tidak penting. Bisakah kita pulang sekarang ini sudah larut malam."

Arrsyad tidak pernah menceritakan tentang dirinya ataupun perasannya pada orang lain termasuk adzril. Arrsyad sangat privasi tentang kehidupan pribadinya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang saja. Hanya memerlukan waktu sepuluh menit untuk sampai ke aparteman. Sesampainya di gedung aparteman, adzril langsung memarkirkan mobil sport warna merah itu diparkiran didepan aparteman mereka. Mereka langsung masuk ke dalam karena malam sudah semakin larut dan udarapun semakin dingin.

***

Pondok Pesantren

Adzan dzuhur sudah berkumandang mengajak kepada semua umat muslim untuk segera melaksanakan kewajibannya. Zhivana menyudahi mengajar al-qur'annya, menyuruh para santri putri untuk segera pergi ke mesjid dan melaksanakan shalat dzuhur berjamaah, begitu pula dengan zhivana yang ikut ke mesjid bersama zahra.

"Ustadzah tugas yang diberikan sama ustadzah tadi sulit sekali aku tidak yakin bisa mengisinya." Keluh zara.

"Tidak ada yang sulit zahra, kamu coba dulu dan berusaha pasti bisa." Ucap zhivana.

"Apakah kalau aku bisa menjawabnya akan dapat hadiah dari ustadzah."

"Memangnya hadiah apa yang kamu inginkan."

"Hadiahnya apa ya? Aku akan pikirkan dulu." Ucap zara tersenyum senang.

"Baiklah jangan lupa tugasnya harus selesai lusa nanti."

"Iya ustadzah."

Kini merekapun tiba dimesjid besar pondok pesantren. Zhivana dan zarapun langsung pergi mengambil air wudhu yang ada disisi sebelah kanan khusus untuk santri putri dan disisi sebelah kiri tempat wudhu untuk santri putra. Setelah mengambil wudhu zhivana dan zahra masuk kedalam mesjid untuk melaksanakan shalat dzuhur berjamaah.

'

'

Bersambung

Terpopuler

Comments

Rusma Hamid

Rusma Hamid

dgn zhivana maksudx😀

2020-11-23

1

Rusma Hamid

Rusma Hamid

aduh semoga aja kyai tdk menjodohkan anakx dgnx kan kasian Arsyad🤭

2020-11-23

4

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Pengenalan Tokoh
2 Chapter 2 : Keluarga
3 Chapter 3 : Memanah
4 Chapter 4 : Mendadak Khitbah
5 Chapter 5 : Bukannya Egois
6 Chapter 6 : Mencintai Dalam Diam
7 Chapter 7 : Kehidupan Arrsyad
8 Chapter 8 : Gara-gara Uang
9 Chapter 9 : Kue Coklat
10 Chapter 10 : Kecelakaan
11 Chapter 11 : Pemakaman
12 Chapter 12 : Kenapa Gelap
13 Chapter 13 : Berusaha Ikhlas
14 Chapter 14 : Janji
15 Chapter 15 : Rindu
16 Chapter 16 : Kepergian Arrsyad
17 Chapter 17 : Rencana
18 Chapter 18 : Taqdir
19 Chapter 19 : Pondok Pesantren
20 Chapter 20 : Cinta Dalam Diam
21 Chapter 21 : Rencana Ta'aruf
22 Chapter 22 : Rahasia Azwar
23 Chapter 23 : Ketulusan Azwar
24 Chapter 24 : Syal Dari Seina
25 Chapter 25 : Angin musim semi
26 Chapter 26 : Kebahagiaan Seina
27 Chapter 27 : Waktu Yang Berlalu
28 Chapter 28 : Panggilan Mas
29 Chapter 29 : Rencana Pulang
30 Chapter 30 : Jadi Penguntit
31 Chapter 31 : Pertemuan
32 Chapter 32 : Calon Suami
33 Chapter 33 : Kecewa
34 Chapter 34 : Hujan
35 Chapter 35 : Gelisah
36 Chapter 36 : Perdebatan
37 Chapter 37 : Kedatangan Seina
38 Chapter 38 : Ungkapan Manis
39 Chapter 39 : Rindu Yang Curang
40 Chapter 40 : Racun Mematikan
41 Chapter 41 : Gedung Tua
42 Chapter 42 : Seorang Bidadari
43 Chapter 43 : Minum Racun
44 Chapter 44 : Seina Kazumi (Part 1)
45 Chapter 45 : Seina Kazumi (Part 2)
46 Chapter 46 : Operasi
47 Chapter 47 : Jodoh Orang
48 Chapter 48 : Masih Rindu
49 Chapter 49 : Cahaya
50 Chapter 50 : Pulang
51 Chapter 51 : Gantikan Saya
52 Chapter 52 : Dukung Kita
53 Chapter 53 : Aku Tadi Nungguin
54 Chapter 54 : Penjelasan Azwar
55 Chapter 55 : Pernikahan
56 Chapter 56 : Panggilan Sayang Aku, Ke Kamu
57 Chapter 57 : Kamu Cantik
58 Chapter 58 : First kiss
59 Chapter 59 : See You Suamiku
60 Chapter 60 : Imannya Kuat Juga
61 Chapter 61 : Aku Butuh Kamu
62 Chapter 62 : Oh Zhivana
63 Chapter 63 : Kebablasan
64 Chapter 64 : First Love
65 Chapter 65 : Morning Kiss
66 Chapter 66 : Salah Paham
67 Chapter 67 : Aku Cemburu
68 Chapter 68 : Andre
69 Chapter 69 : Sepeda
70 Chapter 70 : Aku Harus Bagaimana
71 Chapter 71 : Sensitif
72 Chapter 72 : Permintaan Aneh
73 Chapter 73 : Lift
74 Chapter 74 : Terganggu
75 Chapter 75 : Bidadari Bermata Cantik
76 Chapter 76 : Sepertinya
77 Chapter 77 : Aku Hamil
78 Chapter 78 : Ikan Bakar
79 Chapter 79 : Kamu Bagian Dari Diriku
80 Chapter 80 : Aku ingin Melamarnya
81 Chapter 81 : Kenapa
82 Chapter 82 : Aku Tidak Percaya
83 Chapter 83 : Datang Untuk Mengambil
84 Chapter 84 : Memborong
85 Chapter 85 : Jauhi Dia
86 Chapter 86 : Dimana Istriku
87 Chapter 87 : Presedir Yang Arogan
88 Chapter 88 : Positif
89 Chapter 89 : Tunggu Aku Datang
90 Chapter 90 : Suaminya Zhivana
91 Chapter 91 : Jangan Ulangi Lagi
92 Chapter 92 : Semacam Kode Rahasia
93 Chapter 93 : Aroma Rambut
94 Chapter 94 : Mau Pacaran
95 Chapter 95 : Untuk Kamu (Part 1)
96 Chapter 96 : Untuk Kamu (Part 2)
97 Chapter 97 : Kontraksi
98 Chapter 98 : Bayi Mungil Kembar
99 Chapter 99 : Nama Yang Indah
100 Chapter 100 : Udah Belum
101 Chapter 101 : Minta Dipeluk
102 Chapter 102 : Dibalik Gorden
103 Chapter 103 : Hanya Ingin Kamu
104 Chapter 104 : Makan Malam
105 Chapter 105 : Penampilan
106 Chapter 106 : Azwar dan Almira
107 Chapter 107 : Apa Separah Itu
108 Chapter 108 : Lantunan Surah Ar-Rahman
109 Chapter 109 : Aku Bisa Mati Kapan Saja
110 Chapter 110 : Keputusan
111 Chapter 111 : Pergiku Tanpa Pamit
112 Chapter 112 : Akanku Beri Tahu
113 Chapter 113 : Dia Orangnya
114 Chapter 114 : Kecewa Padamu
115 Chapter 115 : Kenapa Kau Pergi
116 Chapter 116 : Sakit Hati Terindah
117 Chapter 117 : Berpura-pura Kuat
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Chapter 1 : Pengenalan Tokoh
2
Chapter 2 : Keluarga
3
Chapter 3 : Memanah
4
Chapter 4 : Mendadak Khitbah
5
Chapter 5 : Bukannya Egois
6
Chapter 6 : Mencintai Dalam Diam
7
Chapter 7 : Kehidupan Arrsyad
8
Chapter 8 : Gara-gara Uang
9
Chapter 9 : Kue Coklat
10
Chapter 10 : Kecelakaan
11
Chapter 11 : Pemakaman
12
Chapter 12 : Kenapa Gelap
13
Chapter 13 : Berusaha Ikhlas
14
Chapter 14 : Janji
15
Chapter 15 : Rindu
16
Chapter 16 : Kepergian Arrsyad
17
Chapter 17 : Rencana
18
Chapter 18 : Taqdir
19
Chapter 19 : Pondok Pesantren
20
Chapter 20 : Cinta Dalam Diam
21
Chapter 21 : Rencana Ta'aruf
22
Chapter 22 : Rahasia Azwar
23
Chapter 23 : Ketulusan Azwar
24
Chapter 24 : Syal Dari Seina
25
Chapter 25 : Angin musim semi
26
Chapter 26 : Kebahagiaan Seina
27
Chapter 27 : Waktu Yang Berlalu
28
Chapter 28 : Panggilan Mas
29
Chapter 29 : Rencana Pulang
30
Chapter 30 : Jadi Penguntit
31
Chapter 31 : Pertemuan
32
Chapter 32 : Calon Suami
33
Chapter 33 : Kecewa
34
Chapter 34 : Hujan
35
Chapter 35 : Gelisah
36
Chapter 36 : Perdebatan
37
Chapter 37 : Kedatangan Seina
38
Chapter 38 : Ungkapan Manis
39
Chapter 39 : Rindu Yang Curang
40
Chapter 40 : Racun Mematikan
41
Chapter 41 : Gedung Tua
42
Chapter 42 : Seorang Bidadari
43
Chapter 43 : Minum Racun
44
Chapter 44 : Seina Kazumi (Part 1)
45
Chapter 45 : Seina Kazumi (Part 2)
46
Chapter 46 : Operasi
47
Chapter 47 : Jodoh Orang
48
Chapter 48 : Masih Rindu
49
Chapter 49 : Cahaya
50
Chapter 50 : Pulang
51
Chapter 51 : Gantikan Saya
52
Chapter 52 : Dukung Kita
53
Chapter 53 : Aku Tadi Nungguin
54
Chapter 54 : Penjelasan Azwar
55
Chapter 55 : Pernikahan
56
Chapter 56 : Panggilan Sayang Aku, Ke Kamu
57
Chapter 57 : Kamu Cantik
58
Chapter 58 : First kiss
59
Chapter 59 : See You Suamiku
60
Chapter 60 : Imannya Kuat Juga
61
Chapter 61 : Aku Butuh Kamu
62
Chapter 62 : Oh Zhivana
63
Chapter 63 : Kebablasan
64
Chapter 64 : First Love
65
Chapter 65 : Morning Kiss
66
Chapter 66 : Salah Paham
67
Chapter 67 : Aku Cemburu
68
Chapter 68 : Andre
69
Chapter 69 : Sepeda
70
Chapter 70 : Aku Harus Bagaimana
71
Chapter 71 : Sensitif
72
Chapter 72 : Permintaan Aneh
73
Chapter 73 : Lift
74
Chapter 74 : Terganggu
75
Chapter 75 : Bidadari Bermata Cantik
76
Chapter 76 : Sepertinya
77
Chapter 77 : Aku Hamil
78
Chapter 78 : Ikan Bakar
79
Chapter 79 : Kamu Bagian Dari Diriku
80
Chapter 80 : Aku ingin Melamarnya
81
Chapter 81 : Kenapa
82
Chapter 82 : Aku Tidak Percaya
83
Chapter 83 : Datang Untuk Mengambil
84
Chapter 84 : Memborong
85
Chapter 85 : Jauhi Dia
86
Chapter 86 : Dimana Istriku
87
Chapter 87 : Presedir Yang Arogan
88
Chapter 88 : Positif
89
Chapter 89 : Tunggu Aku Datang
90
Chapter 90 : Suaminya Zhivana
91
Chapter 91 : Jangan Ulangi Lagi
92
Chapter 92 : Semacam Kode Rahasia
93
Chapter 93 : Aroma Rambut
94
Chapter 94 : Mau Pacaran
95
Chapter 95 : Untuk Kamu (Part 1)
96
Chapter 96 : Untuk Kamu (Part 2)
97
Chapter 97 : Kontraksi
98
Chapter 98 : Bayi Mungil Kembar
99
Chapter 99 : Nama Yang Indah
100
Chapter 100 : Udah Belum
101
Chapter 101 : Minta Dipeluk
102
Chapter 102 : Dibalik Gorden
103
Chapter 103 : Hanya Ingin Kamu
104
Chapter 104 : Makan Malam
105
Chapter 105 : Penampilan
106
Chapter 106 : Azwar dan Almira
107
Chapter 107 : Apa Separah Itu
108
Chapter 108 : Lantunan Surah Ar-Rahman
109
Chapter 109 : Aku Bisa Mati Kapan Saja
110
Chapter 110 : Keputusan
111
Chapter 111 : Pergiku Tanpa Pamit
112
Chapter 112 : Akanku Beri Tahu
113
Chapter 113 : Dia Orangnya
114
Chapter 114 : Kecewa Padamu
115
Chapter 115 : Kenapa Kau Pergi
116
Chapter 116 : Sakit Hati Terindah
117
Chapter 117 : Berpura-pura Kuat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!