Chapter 17 : Rencana

"Aku percaya, takdir Allah pastilah yang terbaik untukku dan untukmu juga."

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Masih dibandara. Mereka masih enggan beranjak dari sana. Terutama reno, dirinya masih menatap kedepan dimana tadi arrsyad berjalan menjauh darinya.

"Ayah aku sudah memenuhi keinginanmu untuk menguliahkan arrsyad dimana kau dan aku kuliah dulu. kau tau ayah aku sangat tak rela arrsyad pergi jauh dariku tapi pada nyatanya aku sering meninggalkannya sendirian, ketika aku ada perjalanan bisnis tapi tidak lama seperti arrsyad kini adikku itu perginya lama bayangkan saja selama 5 tahun dia akan menetap diamerika." Batin reno.

Luchia yang tau suaminya tak rela dengan kepergian arrsyad. Langsung mendekat lalu mengusap punggung tangannya.

"Mas. Arrsyad akan baik-baik saja, percayalah! Kau tau kan dia itu sangat mandiri."

"Iya. Aku tau itu sayang, tapi tetap saja mas khawatir."

"Doakan saja semoga arrsyad selalu dalam lindungannya alloh." Sahut zhivana.

"Aamiin."

"Makasih ya zhi. Berkat kamu arrsyad mau pergi ke amerika." Ucap reno seraya tersenyum memandangi zhivana.

"Tidak kak. Aku hanya memberi saran saja, lagi pula arrsyad ingin mengabulkan harapan Alm. Ayahnya, dia ingin membagakan orang-orang yang telah menyayanginya jadi karena itu dia pergi." Ucap zhivana.

"Tetap saja aku harus berterima kasih padamu."

Zhivana mengangguk.

"Yasudah, ayo kita pulang." Ajak luchia.

***

Setelah kepergian luchia dan reno. Zhivana mengajak gea masuk ke dalam rumah. Keduanya langsung masuk ke dalam kamar, rebahan sambil mengobrol ria rasanya sangat menyenangkan.

"Kamu mau menginap disini" Tanya zhivana.

"Iya. Lagi pula, ayah ku sedang sibuk dengan bisnisnya. Tenang saja, aku sudah bilang kok."

"Oh iya. Aku baru sadar kalau arrsyad ternyata tampan sekali. Waktu itu, aku pernah liat dia dipemakaman kedua orang tuamu. Tapi hanya sekilas, tapi saat tadi dibandara aku sangat penasaran dan akhirnya aku lihat dia. Ternyata dia imut banget ya kalau dari dekat. Sungguh ciptaan alloh, yang paling sempurna. Dia tampan putih tinggi dan gagah. Ya walaupun wajahnya dingin dan datar." Sahut gea kembali.

Zhivana hanya tersenyum saja.

"Berasa cuci mata aku zhi, kalau liat yang bening-bening."

"Makanya, pandangannya harus lebih di jaga lagi."

"Udah. Tapi aku tergoda makhluk tampan."

"Astagfirullah. Banyak istigfar kamu"

"Astagfirullahal'adzim. Hehe"

***

Didalam pesawat. Arrsyad yang duduk seraya menatap ke luar jendela kaca. Hati dan pikirannya terus tertuju pada zhivana.

"Semoga kak zhivana baik-baik saja, kak aku hanya bisa menjagamu melalui alloh." Batin arrsyad.

Bagi arrsyad, zhivana adalah segalanya. Sejak arrsyad kecil dirinya sudah menyukai zhivana. Masih ingat dengan jelas waktu zhivana berusaha menangkap kupu-kupu ditaman, zhivana malah terjatuh dan lututnya sedikit mengeluarkan darah zhivana juga menangis. Arrsyad yang melihat zhivana seperti itu langsung mendekat dan mengendongnya. Padahal tubuhnya masih sangat kecil tapi karna tubuh zhivana kecil nan mungil jadi arrsyad agak sedikit besar dari zhivana.

"Waktu kecil kak zhivana sangat imut. Wajahnya yang manis itu membuatku ingin terus melihatnya, aku masih ingat dulu senyumannya mampu menarik diriku agar terus melihat kearah nya. Tapi saat usia kak zhivana sembilan tahun uminya menyuruh untuk memakai cadar." Batin arrsyad.

Arrsyad menghembuskan napas beratnya.

Melihat keluar jendela hanya terlihat awan putih saja. Bayangan kedua orang tuanya tiba-tiba muncul. Rupanya sudah sangat lama sekali ayah dan ibunya meninggal.

Arrsyad memasang airphone, seraya memejamkan kedua matanya.

***

Dirumah Zhivana.

Sepasang sahabat yang saling menyayangi ini kini sedang merebahkan tubuhnya dikasur yang sama. Zhivana sedang membicarakan rencananya yang akan berhenti kuliah kepada gea, tentu hal itu tidak disetujui oleh gea pasalnya gea sendiri siap akan membimbing zhivana tapi zhivana tetap menolak. Gea hanya bisa pasrah saja, dirinya juga tau dikondisi zhivana yang tidak bisa melihat pasti itu sangat sulit.

"Terus sekarang apa rencanamu, untuk kedepannya." Tanya gea.

"Insya alloh. Aku akan mengajar di pondok pesantrennya kiai husen. Dia kemarin kesini sama istrinya dia bilang kalau aku sebaiknya mengajar lagi dipesantren atau tinggal saja dirumah kiai husen tapi aku menolaknya. Lebih baik tinggal disini saja."

"Terus rencana yang mengajar apa kamu mau zhi."

"Tentu, disana aku ingin berbagi ilmu, dan aku juga masih ingin belajar dipesantren."

"Itu rencana yang bagus. Apalagi kiai husen sangat baik padamu."

Kiai husen adalah pemilik pondok pesantren terbesar dikota ini. Kiai husen juga adalah seorang pemimpin yang tegas, dan sangat berwibawa.

Rama dan kiai husen adalah seorang sahabat mereka bertemu saat kuliah dikairo sejak itu lah rama menjadi sahabat dekat kiai husen. Tapi sayang saat rama dan maryam meninggal kiai husen tidak ada karna beliau sedang ada acara dakwah diluar kota.

Istri kiai husen adalah ustadzah aisyah dan memiliki dua orang anak. Putra pertamanya, adalah Muhammad Azwar Haidar seorang ustad lulusan terbaik dari kairo kini azwar juga mengajar dipesantren, usianya 22 tahun. Dan putra keduanya, yaitu Malik Fazal Gafi, dia masih sekolah menengah pertama, salah satu santri dipesantren milik abinya. Dan usianya 16 tahun.

Saat mengetahui bahwa sahabatnya telah meninggal dalam sebuah kecelakaan membuat kiai husen beserta sang istri sangat bersalah karena saat waktu pemakaman mereka tidak bisa hadir. Dan pada saat tau zhivana sudah pulang kerumah kiai husen beserta istrinya memutuskan untuk menemui zhivana.

Mereka hanya bisa mendoakan Alm. kedua orang tuanya zhivana serta meminta maaf. Kiai husen sangat sedih melihat kondisi zhivana yang sekarang tidak bisa melihat apalagi kini zhivana tinggal seorang diri. Kiai husen menawarkan agar zhivana tinggal dirumahnya agar tidak kesepian dan istrinya aisyah bisa merawat zhivana. Tapi zhivana menolaknya karena dirumah ini banyak kenangan bersama Alm. Umi, abinya.

Kiai husen pun mengerti dan menawarkan zhivana untuk bisa mengajar kembali dipesantren seperti dulu. Akhirnya zhivana mau dan memilih mengajar saja seperti dulu.

"Zhi. Aku akan selalu mendukung keputusanmu!! Asal itu membuatmu bahagia, dan untuk kedepannya kau harus semangat terus."

"Terimakasih banyak gea, kamu memang paling ngerti aku."

"Oh iya, bukannya Alm. Abi mu punya kafe? Terus sekarang bagaimana." Tanya gea yang baru saja ingat tentang usaha abinya zhivana.

"Itu kak reno yang urus. Dan hasilnya dikirim ke aku tiap bulan."

"Syukurlah. Kalau gitu aku senang dengernya jadi kamu gak usah mikirin banyak hal."

"Tapi aku sangat rindu kedua orang tuaku." Ucap zhivana dengan lirih.

"Umi Abi, seandainya kalian masih di sini, aku ingin bersama dengan kalian seperti dulu dan menceritakan banyak hal tentang hidupku.Tetapi, sekarang aku hanya dapat dekat denganmu, dalam doaku." Batin zhivana.

"Aku tau zhi kau pasti sangat merindukan kedua orang tuamu. Tapi mau bagaimana, mereka pasti udah tenang disana, kita hanya bisa mendoakan saja. Kamu yang kuat ya zhi."

Zhivana tersenyum seraya menghapus sisa air matanya. Keduanya memutuskan untuk shalat magrib, melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.

'

'

Bersambung

Terpopuler

Comments

Rusma Hamid

Rusma Hamid

semoga pak Husein tdk menjodohkan putrax dgn zhivana😀

2020-11-21

1

OP_PRO

OP_PRO

bagus kak , aku kasih saran Boleh ?...Tanda baca lebih diperhatikan lagi ya dan untuk nama orang dan awal kalimat huruf kapital ya kak

2020-11-20

2

Sata Erizawa

Sata Erizawa

setelah tanda ( " ) tidak perlu spasi sis... misal: "Aku akan mendukungmu. Semoga novelmu sukses ya. Semangat!"

Perhatikan penggunaan huruf besar juga! 😉😉 Fighting! Bantu bomb like.

2020-11-20

2

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Pengenalan Tokoh
2 Chapter 2 : Keluarga
3 Chapter 3 : Memanah
4 Chapter 4 : Mendadak Khitbah
5 Chapter 5 : Bukannya Egois
6 Chapter 6 : Mencintai Dalam Diam
7 Chapter 7 : Kehidupan Arrsyad
8 Chapter 8 : Gara-gara Uang
9 Chapter 9 : Kue Coklat
10 Chapter 10 : Kecelakaan
11 Chapter 11 : Pemakaman
12 Chapter 12 : Kenapa Gelap
13 Chapter 13 : Berusaha Ikhlas
14 Chapter 14 : Janji
15 Chapter 15 : Rindu
16 Chapter 16 : Kepergian Arrsyad
17 Chapter 17 : Rencana
18 Chapter 18 : Taqdir
19 Chapter 19 : Pondok Pesantren
20 Chapter 20 : Cinta Dalam Diam
21 Chapter 21 : Rencana Ta'aruf
22 Chapter 22 : Rahasia Azwar
23 Chapter 23 : Ketulusan Azwar
24 Chapter 24 : Syal Dari Seina
25 Chapter 25 : Angin musim semi
26 Chapter 26 : Kebahagiaan Seina
27 Chapter 27 : Waktu Yang Berlalu
28 Chapter 28 : Panggilan Mas
29 Chapter 29 : Rencana Pulang
30 Chapter 30 : Jadi Penguntit
31 Chapter 31 : Pertemuan
32 Chapter 32 : Calon Suami
33 Chapter 33 : Kecewa
34 Chapter 34 : Hujan
35 Chapter 35 : Gelisah
36 Chapter 36 : Perdebatan
37 Chapter 37 : Kedatangan Seina
38 Chapter 38 : Ungkapan Manis
39 Chapter 39 : Rindu Yang Curang
40 Chapter 40 : Racun Mematikan
41 Chapter 41 : Gedung Tua
42 Chapter 42 : Seorang Bidadari
43 Chapter 43 : Minum Racun
44 Chapter 44 : Seina Kazumi (Part 1)
45 Chapter 45 : Seina Kazumi (Part 2)
46 Chapter 46 : Operasi
47 Chapter 47 : Jodoh Orang
48 Chapter 48 : Masih Rindu
49 Chapter 49 : Cahaya
50 Chapter 50 : Pulang
51 Chapter 51 : Gantikan Saya
52 Chapter 52 : Dukung Kita
53 Chapter 53 : Aku Tadi Nungguin
54 Chapter 54 : Penjelasan Azwar
55 Chapter 55 : Pernikahan
56 Chapter 56 : Panggilan Sayang Aku, Ke Kamu
57 Chapter 57 : Kamu Cantik
58 Chapter 58 : First kiss
59 Chapter 59 : See You Suamiku
60 Chapter 60 : Imannya Kuat Juga
61 Chapter 61 : Aku Butuh Kamu
62 Chapter 62 : Oh Zhivana
63 Chapter 63 : Kebablasan
64 Chapter 64 : First Love
65 Chapter 65 : Morning Kiss
66 Chapter 66 : Salah Paham
67 Chapter 67 : Aku Cemburu
68 Chapter 68 : Andre
69 Chapter 69 : Sepeda
70 Chapter 70 : Aku Harus Bagaimana
71 Chapter 71 : Sensitif
72 Chapter 72 : Permintaan Aneh
73 Chapter 73 : Lift
74 Chapter 74 : Terganggu
75 Chapter 75 : Bidadari Bermata Cantik
76 Chapter 76 : Sepertinya
77 Chapter 77 : Aku Hamil
78 Chapter 78 : Ikan Bakar
79 Chapter 79 : Kamu Bagian Dari Diriku
80 Chapter 80 : Aku ingin Melamarnya
81 Chapter 81 : Kenapa
82 Chapter 82 : Aku Tidak Percaya
83 Chapter 83 : Datang Untuk Mengambil
84 Chapter 84 : Memborong
85 Chapter 85 : Jauhi Dia
86 Chapter 86 : Dimana Istriku
87 Chapter 87 : Presedir Yang Arogan
88 Chapter 88 : Positif
89 Chapter 89 : Tunggu Aku Datang
90 Chapter 90 : Suaminya Zhivana
91 Chapter 91 : Jangan Ulangi Lagi
92 Chapter 92 : Semacam Kode Rahasia
93 Chapter 93 : Aroma Rambut
94 Chapter 94 : Mau Pacaran
95 Chapter 95 : Untuk Kamu (Part 1)
96 Chapter 96 : Untuk Kamu (Part 2)
97 Chapter 97 : Kontraksi
98 Chapter 98 : Bayi Mungil Kembar
99 Chapter 99 : Nama Yang Indah
100 Chapter 100 : Udah Belum
101 Chapter 101 : Minta Dipeluk
102 Chapter 102 : Dibalik Gorden
103 Chapter 103 : Hanya Ingin Kamu
104 Chapter 104 : Makan Malam
105 Chapter 105 : Penampilan
106 Chapter 106 : Azwar dan Almira
107 Chapter 107 : Apa Separah Itu
108 Chapter 108 : Lantunan Surah Ar-Rahman
109 Chapter 109 : Aku Bisa Mati Kapan Saja
110 Chapter 110 : Keputusan
111 Chapter 111 : Pergiku Tanpa Pamit
112 Chapter 112 : Akanku Beri Tahu
113 Chapter 113 : Dia Orangnya
114 Chapter 114 : Kecewa Padamu
115 Chapter 115 : Kenapa Kau Pergi
116 Chapter 116 : Sakit Hati Terindah
117 Chapter 117 : Berpura-pura Kuat
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Chapter 1 : Pengenalan Tokoh
2
Chapter 2 : Keluarga
3
Chapter 3 : Memanah
4
Chapter 4 : Mendadak Khitbah
5
Chapter 5 : Bukannya Egois
6
Chapter 6 : Mencintai Dalam Diam
7
Chapter 7 : Kehidupan Arrsyad
8
Chapter 8 : Gara-gara Uang
9
Chapter 9 : Kue Coklat
10
Chapter 10 : Kecelakaan
11
Chapter 11 : Pemakaman
12
Chapter 12 : Kenapa Gelap
13
Chapter 13 : Berusaha Ikhlas
14
Chapter 14 : Janji
15
Chapter 15 : Rindu
16
Chapter 16 : Kepergian Arrsyad
17
Chapter 17 : Rencana
18
Chapter 18 : Taqdir
19
Chapter 19 : Pondok Pesantren
20
Chapter 20 : Cinta Dalam Diam
21
Chapter 21 : Rencana Ta'aruf
22
Chapter 22 : Rahasia Azwar
23
Chapter 23 : Ketulusan Azwar
24
Chapter 24 : Syal Dari Seina
25
Chapter 25 : Angin musim semi
26
Chapter 26 : Kebahagiaan Seina
27
Chapter 27 : Waktu Yang Berlalu
28
Chapter 28 : Panggilan Mas
29
Chapter 29 : Rencana Pulang
30
Chapter 30 : Jadi Penguntit
31
Chapter 31 : Pertemuan
32
Chapter 32 : Calon Suami
33
Chapter 33 : Kecewa
34
Chapter 34 : Hujan
35
Chapter 35 : Gelisah
36
Chapter 36 : Perdebatan
37
Chapter 37 : Kedatangan Seina
38
Chapter 38 : Ungkapan Manis
39
Chapter 39 : Rindu Yang Curang
40
Chapter 40 : Racun Mematikan
41
Chapter 41 : Gedung Tua
42
Chapter 42 : Seorang Bidadari
43
Chapter 43 : Minum Racun
44
Chapter 44 : Seina Kazumi (Part 1)
45
Chapter 45 : Seina Kazumi (Part 2)
46
Chapter 46 : Operasi
47
Chapter 47 : Jodoh Orang
48
Chapter 48 : Masih Rindu
49
Chapter 49 : Cahaya
50
Chapter 50 : Pulang
51
Chapter 51 : Gantikan Saya
52
Chapter 52 : Dukung Kita
53
Chapter 53 : Aku Tadi Nungguin
54
Chapter 54 : Penjelasan Azwar
55
Chapter 55 : Pernikahan
56
Chapter 56 : Panggilan Sayang Aku, Ke Kamu
57
Chapter 57 : Kamu Cantik
58
Chapter 58 : First kiss
59
Chapter 59 : See You Suamiku
60
Chapter 60 : Imannya Kuat Juga
61
Chapter 61 : Aku Butuh Kamu
62
Chapter 62 : Oh Zhivana
63
Chapter 63 : Kebablasan
64
Chapter 64 : First Love
65
Chapter 65 : Morning Kiss
66
Chapter 66 : Salah Paham
67
Chapter 67 : Aku Cemburu
68
Chapter 68 : Andre
69
Chapter 69 : Sepeda
70
Chapter 70 : Aku Harus Bagaimana
71
Chapter 71 : Sensitif
72
Chapter 72 : Permintaan Aneh
73
Chapter 73 : Lift
74
Chapter 74 : Terganggu
75
Chapter 75 : Bidadari Bermata Cantik
76
Chapter 76 : Sepertinya
77
Chapter 77 : Aku Hamil
78
Chapter 78 : Ikan Bakar
79
Chapter 79 : Kamu Bagian Dari Diriku
80
Chapter 80 : Aku ingin Melamarnya
81
Chapter 81 : Kenapa
82
Chapter 82 : Aku Tidak Percaya
83
Chapter 83 : Datang Untuk Mengambil
84
Chapter 84 : Memborong
85
Chapter 85 : Jauhi Dia
86
Chapter 86 : Dimana Istriku
87
Chapter 87 : Presedir Yang Arogan
88
Chapter 88 : Positif
89
Chapter 89 : Tunggu Aku Datang
90
Chapter 90 : Suaminya Zhivana
91
Chapter 91 : Jangan Ulangi Lagi
92
Chapter 92 : Semacam Kode Rahasia
93
Chapter 93 : Aroma Rambut
94
Chapter 94 : Mau Pacaran
95
Chapter 95 : Untuk Kamu (Part 1)
96
Chapter 96 : Untuk Kamu (Part 2)
97
Chapter 97 : Kontraksi
98
Chapter 98 : Bayi Mungil Kembar
99
Chapter 99 : Nama Yang Indah
100
Chapter 100 : Udah Belum
101
Chapter 101 : Minta Dipeluk
102
Chapter 102 : Dibalik Gorden
103
Chapter 103 : Hanya Ingin Kamu
104
Chapter 104 : Makan Malam
105
Chapter 105 : Penampilan
106
Chapter 106 : Azwar dan Almira
107
Chapter 107 : Apa Separah Itu
108
Chapter 108 : Lantunan Surah Ar-Rahman
109
Chapter 109 : Aku Bisa Mati Kapan Saja
110
Chapter 110 : Keputusan
111
Chapter 111 : Pergiku Tanpa Pamit
112
Chapter 112 : Akanku Beri Tahu
113
Chapter 113 : Dia Orangnya
114
Chapter 114 : Kecewa Padamu
115
Chapter 115 : Kenapa Kau Pergi
116
Chapter 116 : Sakit Hati Terindah
117
Chapter 117 : Berpura-pura Kuat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!