Chapter 16 : Kepergian Arrsyad

"Diam-diam sekarang mungkin kamu mencintainya dalam diam, layaknya cinta seorang fatimah kepada ali. mungkin sekarang bagimu memiliki adalah ketidakmungkinan. Tapi bukankah alloh begitu mudah membolak-balikkan hati manusia."

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Pagi ini setelah shalat shubuh zhivana dan luchia memutuskan untuk mengaji bersama dirumah. Luchia sangat terkagum-kagum dengan suara merdu zhivana saat melantunkan ayat-ayat suci al-qur'an.

Apalagi saat luchia mengetahui bahwa zhivana sudah menghafal 30 zuz membuat luchia bangga.

"Masya alloh. Zhi kau sungguh hebat!!"

"Alhamdulilah kak, selama kita ada keinginan asal itu hal baik. Pasti alloh akan mempermudahkannya."

"Aku orangnya super sibuk. Bahkan makan dan jam tidurku saja berantakkan, aku hanya sibuk urusan duniawi tapi soal akhirat aku lalai."

"Aku hanya bisa berdoa, semoga ke depannya kak luchia makin giat dalam melaksanakan ibadahnya."

"Aamiin"

"Aku sangat bahagia sekaligus merasa beruntung! Akhirnya aku keluar dari rasa penasaranku ini." Ucap luchia dengan tersenyum-tersenyum.

Zhivana mengerjit heran, lalu bertanya.

"Kenapa Memangnya, kak?"

"Karena aku telah melihat wajah cantik dan manis mu itu." Teriak luchia yang langsung memeluk zhivana.

Semalam saat luchia ingin masuk ke dalam kamar zhivana, dirinya tidak sengaja melihat zhivana yang sedang melepas cadarnya.

"Umimu ngidam apa sih? Masa kamu sampai secantik itu! Aku saja yang melihatnya langsung terpesona."

"Tapi kak. Menurutku cantik itu tidak selalu dengan wajah indah, kulit bening, aroma wangi. Tapi cantik itu indahnya bersabar beningnya rasa bersyukur, dan wanginya aroma memaafkan."

"Yapp betul. Tapi kau tau zhi, aku merawat wajahku ini sampai mengeluarkan uang puluhan juta tapi tidak secantik dirimu, kau cantik alami zhi tanpa bantuan skincare, rahasianya apa sih."

"Air wudhu." Jawab zhivana jujur.

"Huaaa. Kau terlalu alami untuk ku yang jiwa skincare." Teriak luchia dengan ekspresi sedihnya.

Zhivana hanya tersenyum saja.

"Aku yakin arrsyad akan langsung mengeluarkan air liurnya saat melihatmu tanpa cadar." Ucap luchia dengan terkekeh geli.

"Jangan sampai melihat dia bukan mahrom ku kak."

"Iya, iya. Tapi bagaimana kalau dia sudah halal dan melihat wajahmu! Aku jadi penasaran dengan ekspresi wajahnya yang datar dan dingin itu."

Setelah berbicara cukup lama, keduanya pun memutuskan untu sarapa pagi. Saat tiba didapur, terdengar seseor diluar sana mengetuk pintu.

Luchia langsung melangkah pergi ke depan untuk membuka pintu. Terlihat wanita bercadar tengah berdiri dihadapan luchia sekarang.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Maaf, kamu siapa ya."

"Perkenalkan. Saya gea, sahabatnya zhivana."

Luchia menatap gadis bercadar itu. Dirinya mulai teringat perkataan zhivana yang pernah menyebut nama gea saat dirumah sakit.

"Nama saya luchia. Kakaknya zhivana" Ucap luchia seraya mengulurkan tangan kanannya.

Keduanya pun saling berjabatan tangan, seraya tersenyum manis.

"Mari masuk. Aku baru saja membuat sarapan jadi kita bisa sarapan bersama." Ajak luchia dengan tersenyum ramah.

Gea mengangguk seraya melangkah masuk, mengikuti luchia dari belakang. Setelah memberitahu zhivana, bahwa sahabatnya yang datang. Luchia langsung kembali ke dapur.

Gea malah diam mematung menatap zhivana sahabat dari kecilnya itu, gea teramat sangat kasian melihat kondisi zhivana sekarang.

Waktu itu hanya bisa pergi ke pemakaman kedua orang tuanya zhivana. Gea juga menangis disana bersama ayahnya menangisi kepergian Alm. Umi dan abi nya zhivana.

Gea tidak bisa pergi kerumah sakit untuk melihat kondisi zhivana. Bukannya tidak peduli, tapi gea sangat terburu-buru harus pergi bersama ayahnya ke singapura, untuk menjenguk neneknya yang sakit di singapura.

"Assalamualaikum gea, kenapa tidak langsung menyapaku biasanya kamu suka langsung heboh saat ada aku? Oh ya, gea aku rindu bercanda bersamamu, aku rindu padamu juga aku ingin melihatmu tertawa bersamaku" Ucap zhivana dengan lirih. Kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.

Gea yang sudah beruraian air mata langsung memeluk zhivana dengan erat.

"Waalaikumsalam"

"Jangan menangis. Aku baik-baik saja, tenanglah! Aku sudah ikhlas dengan semua musibah yang menimpaku. Doakan saja semoga umi dan abiku tenang disana."

"Maaf. maafkan aku zhi. Aku tak bisa menjengukmu ke rumah sakit, maaf aku juga tidak bisa menemanimu saat kau seperti ini. Aku hanya bisa pergi ke pemakaman kedua orang tuamu bersama ayahku, sebelum berangkat menjenguk nenek di singapura. Aku sangat sedih, saat mendengar kecelakaan yang kau alami bersama kedua orang tuamu. Pasti rasanya sangat teramat sakit. Hiks, zhivana aku sangat menyayangimu." Ucap gea dengan tersendu-sendu.

Setelah berbicara panjang lebar dan melepas rindu. Kini gea duduk disamping zhivana. Hatinya sangat tak tega sekaligus tidak percaya dengan keadaan zhivana yang sekarang.

Luchia yang baru selesai membuat nasi goreng, langsung menghampiri keduanya seraya meletakkan tiga piring nasi goreng tadi dimeja makan.

"Mari kita sarapan bersama." Ajak luchia.

Merekapun sarapan bersama. Setelah sarapan dan mencuci piring. Kini ketiganya pun duduk diruang tamu seraya menunggu reno yang akan menjemput untuk mengantar arrsyad ke bandara.

Setelah menjelaskan pada gea yang sebentar lagi akan pergi kebandara untuk mengatar arrsyad. Gea nampaknya bingung, lalu bertanya.

"Arrsyad siapa? Aku gak tau, kak." Tanya gea.

"Arrsyad itu adik dari suamiku. Pria yang waktu itu pernah ngekhitbah zhivana. Loh"

"Ohh arrsyad, ya. Aku lupa lagi soalnya."

Luchia hanya tersenyum. Tak lama kemudian terdengar suara mesin mobil yang berhenti di depan rumah zhivana.

Pasti itu mas reno dan arrsyad sudah sampai. Batin luchia.

Beranjak pergi untuk membukakan pintu. Terlihat reno dan arrsyad yang sudah berdiri disana.

"Mas" Ucap luchia yang langsung memeluk suaminya. Padahal hanya satu malam mereka tidak bertemu, tapi rasanya sangat rindu.

"Sayang, kamu udah makan."

"Udah tadi. Bareng gea juga sahabatnya zhivana."

Reno mengangguk saja.

Menggandeng tangan suaminya dan langsung mengajaknya ke dalam rumah yang diikuti arrsyad dari belakang.

"Assalamualaikum" Ucap reno yang melihat zhivana dan gea yang sedang duduk diruang tamu.

"Waalaikumsalam" Sahut zhivana dan gea bersama.

"Kak reno sudah sampai." Tanya zhivana.

"Udah zhi. Kalau bisa sekarang kita langsung berangkat aja, soalnya takut dijalan terkena macet."

"Yaudah ayo. Nah gea, kamu ikut saja." Ajak luchia.

"Memangnya boleh kak." Gea langsung menatap luchia.

"Tentu, mari berangkat kau bantu zhivana ya aku mau kunci pintu."

Reno dan arrsyad langsung keluar menuju mobil. Diikuti oleh zhivana dan gea. Sementara luchia mengunci dulu pintu rumah.

Gea melihat arrsyad sekilas, lalu menundukkn pandangannya kembali.

"Subhannalloh dia tampan sekali. Sungguh ciptaan mu sangat indah. Eh, tunggu sepertinya aku pernah melihatnya? Oh iya, aku baru ingat! Aku pernah melihatnya dipemakaman kedua orang tua zhivana." Batin gea.

"Yu berangkat. Aku udah kunci pintu rumahnya." Ucap luchia yang menghampiri zhivana, gea, reno dan arrsyad.

"Baiklah. Semuanya langsung kedalam mobil." Ucap reno.

Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit. Kini mobil reno sudah sampai dibandara. Merekapun turun dari mobil. Reno langsung membawa koper besar milik arrsyad sedangkan arrsyad mengambil koper satunya lagi dengan ukuran sedang. Luchia menuntun zhivana dan gea berjalan melangkah beriringan dengan zhivana untuk masuk ke dalam.

"Kita hanya bisa ngantar kamu sampai disini, delapan belas menit lagi pesawatnya akan lepas landas. Dan saat kamu sampai diamerika temanku alex dia akan menjemputmu. Hati-hati kamu disana, belajarlah dengan rajin, jangan telat makan nanti penyakit maag akutmu itu bisa kambuh lagi. Soal cafe mu, aku akan mengurusnya. Zhivana juga akan ku jaga." Ucap reno.

Keduanya saling berpelukan. Reno menatap arrsyad, adiknya itu akan pergi jauh.

"Kapan-kapan aku juga akan pergi menemuimu." Ucap reno.

"Arrsyad jaga dirimu dengan baik disana, ingat makan dan jam tidurmu harus teratur jangan sampai sakit. Kalau kau sakit aku akan menghukumu karna tidak menurut padaku." Ucap luchia memeluk adik iparnya itu.

"Kakak ipar, kau memang egois." Arrsyad membalas pelukan luchia dan melepaskannya lagi.

"Aku memang egois maka dari itu kau harus menuruti perintahku."

Arrsyad hanya mengangguk saja. Kini retina matanya beralih menatap zhivana.

"Bisakah aku mengobrol berdua saja dengan kak zhivana, hanya sebentar." Ucap arrsyad dengan menatap reno.

"Tentu, kalian bicaralah. Gea, ayo ikut kami dulu."

Gea mengangguk seraya mengikuti langkah luchia dan reno.

Kini tinggalah mereka berdua yang saling berhadapan, jaraknya tidak terlalu dekat dan juga tidak terlalu jauh. Arrsyad terus saja memandangi wajah zhivana yang tertutup kain cadar.

"Arrsyad" Panggil zhivana dengan lirih.

"Aku ada disini, kak."

"Kamu akan pergi dengan waktu yang sangat lama. Jadi jagalah dirimu dengan baik disana. Jangan telat makan, jagalah shalat lima waktumu. Ingat!! Sempatkan waktumu untuk membaca al-qur'an aku yakin kau akan baik-baik saja disana." Nasehatnya.

"Tentu kak, terimakasih. Oh ya, apakah kau masih ingat dengan perjanjian kita." Ucap arrsyad dengan senyuman yang mengembang diwajah tampannya.

Zhivana tersenyum seraya menggangguk kecil.

"Terima kasih. Cukuplah aku yang mencintaimu dalam diam, menyebut namamu dalam sholat disepertiga malamku, dan menjagamu melalui alloh. Maaf, atas kelancanganku yang selalu menyebut namamu dalam doaku."

Yaalloh jantungku kenapa berdebar sangat cepat. Batin zhivana.

Zhivana hanya mengangguk saja, tangannya mencengkeram erat tongkat hitam.

"Kak tolong jagalah dirimu dengan baik, sejujurnya hatiku sangat berat untuk meninggalkanmu, apalagi kondisimu yang sekarang pasti sulit untuk melakukan apapun."

"Lama-lama juga aku akan terbiasa. Arrsyad kau belajarlah dengan rajin disana. kau tidak perlu mencemaskan diriku disini aku akan baik-baik saja. Percayalah."

Arrsyad mengangguk tersenyum.

"Aku tanya sekali lagi padamu kak, maukah kau percaya padaku dan menungguku."

"Iya. Karena aku sudah berjanji padamu, maka aku akan percaya padamu dan menunggumu pulang." Ucap zhivana yakin.

"Syukurlah. Aku harus berangkat sekarang, jaga dirimu dengan baik. Kak" Ucap arrsyad seraya melangkah mundur dari zhivana.

"Kamu juga jaga dirimu dengan baik."

Tiba-tiba hatinya merasa sangat sesak, kenapa ada perasaan tidak rela berpisah dengan arrsyad.

Arrsyad hanya tersenyum saja. lalu memberikan kode kepada reno agar segera mendekat.

"Sudah bicaranya." Tanya reno yang sudah berada disamping arrsyad.

"Sudah"

"Sekarang sudah harus masuk ke dalam." Tegas reno pada arrsyad. Padahal, hatinya sangat berat untuk berpisah jauh dari arrsyad.

"Aku berangkat dulu. Assalamualaikum."

Sebelum berbalik badan arrsyad menatap zhivana sekilas sambil tersenyum kecil.

"Waalaikumsalam" jawab meraka bersama.

"Arrsyad hati-hati." Teriak luchia dengan melambaikan tangannya.

Reno hanya diam, menatap kepergian arrsyad yang semakin jauh dan tidak terlihat lagi.

"Aku melepaskan mu arrsyad. Jika memang kita berjodoh kamu akan kembali padaku, bila tidak kamu memang bukan milikku." Batin zhivana.

***

Style Arrsyad.

'

'

Bersambung

Terpopuler

Comments

reii.ptra

reii.ptra

boleh tau nama asli visualnya thorr??
soalnya dia aktor China kan😊

2021-11-15

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Pengenalan Tokoh
2 Chapter 2 : Keluarga
3 Chapter 3 : Memanah
4 Chapter 4 : Mendadak Khitbah
5 Chapter 5 : Bukannya Egois
6 Chapter 6 : Mencintai Dalam Diam
7 Chapter 7 : Kehidupan Arrsyad
8 Chapter 8 : Gara-gara Uang
9 Chapter 9 : Kue Coklat
10 Chapter 10 : Kecelakaan
11 Chapter 11 : Pemakaman
12 Chapter 12 : Kenapa Gelap
13 Chapter 13 : Berusaha Ikhlas
14 Chapter 14 : Janji
15 Chapter 15 : Rindu
16 Chapter 16 : Kepergian Arrsyad
17 Chapter 17 : Rencana
18 Chapter 18 : Taqdir
19 Chapter 19 : Pondok Pesantren
20 Chapter 20 : Cinta Dalam Diam
21 Chapter 21 : Rencana Ta'aruf
22 Chapter 22 : Rahasia Azwar
23 Chapter 23 : Ketulusan Azwar
24 Chapter 24 : Syal Dari Seina
25 Chapter 25 : Angin musim semi
26 Chapter 26 : Kebahagiaan Seina
27 Chapter 27 : Waktu Yang Berlalu
28 Chapter 28 : Panggilan Mas
29 Chapter 29 : Rencana Pulang
30 Chapter 30 : Jadi Penguntit
31 Chapter 31 : Pertemuan
32 Chapter 32 : Calon Suami
33 Chapter 33 : Kecewa
34 Chapter 34 : Hujan
35 Chapter 35 : Gelisah
36 Chapter 36 : Perdebatan
37 Chapter 37 : Kedatangan Seina
38 Chapter 38 : Ungkapan Manis
39 Chapter 39 : Rindu Yang Curang
40 Chapter 40 : Racun Mematikan
41 Chapter 41 : Gedung Tua
42 Chapter 42 : Seorang Bidadari
43 Chapter 43 : Minum Racun
44 Chapter 44 : Seina Kazumi (Part 1)
45 Chapter 45 : Seina Kazumi (Part 2)
46 Chapter 46 : Operasi
47 Chapter 47 : Jodoh Orang
48 Chapter 48 : Masih Rindu
49 Chapter 49 : Cahaya
50 Chapter 50 : Pulang
51 Chapter 51 : Gantikan Saya
52 Chapter 52 : Dukung Kita
53 Chapter 53 : Aku Tadi Nungguin
54 Chapter 54 : Penjelasan Azwar
55 Chapter 55 : Pernikahan
56 Chapter 56 : Panggilan Sayang Aku, Ke Kamu
57 Chapter 57 : Kamu Cantik
58 Chapter 58 : First kiss
59 Chapter 59 : See You Suamiku
60 Chapter 60 : Imannya Kuat Juga
61 Chapter 61 : Aku Butuh Kamu
62 Chapter 62 : Oh Zhivana
63 Chapter 63 : Kebablasan
64 Chapter 64 : First Love
65 Chapter 65 : Morning Kiss
66 Chapter 66 : Salah Paham
67 Chapter 67 : Aku Cemburu
68 Chapter 68 : Andre
69 Chapter 69 : Sepeda
70 Chapter 70 : Aku Harus Bagaimana
71 Chapter 71 : Sensitif
72 Chapter 72 : Permintaan Aneh
73 Chapter 73 : Lift
74 Chapter 74 : Terganggu
75 Chapter 75 : Bidadari Bermata Cantik
76 Chapter 76 : Sepertinya
77 Chapter 77 : Aku Hamil
78 Chapter 78 : Ikan Bakar
79 Chapter 79 : Kamu Bagian Dari Diriku
80 Chapter 80 : Aku ingin Melamarnya
81 Chapter 81 : Kenapa
82 Chapter 82 : Aku Tidak Percaya
83 Chapter 83 : Datang Untuk Mengambil
84 Chapter 84 : Memborong
85 Chapter 85 : Jauhi Dia
86 Chapter 86 : Dimana Istriku
87 Chapter 87 : Presedir Yang Arogan
88 Chapter 88 : Positif
89 Chapter 89 : Tunggu Aku Datang
90 Chapter 90 : Suaminya Zhivana
91 Chapter 91 : Jangan Ulangi Lagi
92 Chapter 92 : Semacam Kode Rahasia
93 Chapter 93 : Aroma Rambut
94 Chapter 94 : Mau Pacaran
95 Chapter 95 : Untuk Kamu (Part 1)
96 Chapter 96 : Untuk Kamu (Part 2)
97 Chapter 97 : Kontraksi
98 Chapter 98 : Bayi Mungil Kembar
99 Chapter 99 : Nama Yang Indah
100 Chapter 100 : Udah Belum
101 Chapter 101 : Minta Dipeluk
102 Chapter 102 : Dibalik Gorden
103 Chapter 103 : Hanya Ingin Kamu
104 Chapter 104 : Makan Malam
105 Chapter 105 : Penampilan
106 Chapter 106 : Azwar dan Almira
107 Chapter 107 : Apa Separah Itu
108 Chapter 108 : Lantunan Surah Ar-Rahman
109 Chapter 109 : Aku Bisa Mati Kapan Saja
110 Chapter 110 : Keputusan
111 Chapter 111 : Pergiku Tanpa Pamit
112 Chapter 112 : Akanku Beri Tahu
113 Chapter 113 : Dia Orangnya
114 Chapter 114 : Kecewa Padamu
115 Chapter 115 : Kenapa Kau Pergi
116 Chapter 116 : Sakit Hati Terindah
117 Chapter 117 : Berpura-pura Kuat
Episodes

Updated 117 Episodes

1
Chapter 1 : Pengenalan Tokoh
2
Chapter 2 : Keluarga
3
Chapter 3 : Memanah
4
Chapter 4 : Mendadak Khitbah
5
Chapter 5 : Bukannya Egois
6
Chapter 6 : Mencintai Dalam Diam
7
Chapter 7 : Kehidupan Arrsyad
8
Chapter 8 : Gara-gara Uang
9
Chapter 9 : Kue Coklat
10
Chapter 10 : Kecelakaan
11
Chapter 11 : Pemakaman
12
Chapter 12 : Kenapa Gelap
13
Chapter 13 : Berusaha Ikhlas
14
Chapter 14 : Janji
15
Chapter 15 : Rindu
16
Chapter 16 : Kepergian Arrsyad
17
Chapter 17 : Rencana
18
Chapter 18 : Taqdir
19
Chapter 19 : Pondok Pesantren
20
Chapter 20 : Cinta Dalam Diam
21
Chapter 21 : Rencana Ta'aruf
22
Chapter 22 : Rahasia Azwar
23
Chapter 23 : Ketulusan Azwar
24
Chapter 24 : Syal Dari Seina
25
Chapter 25 : Angin musim semi
26
Chapter 26 : Kebahagiaan Seina
27
Chapter 27 : Waktu Yang Berlalu
28
Chapter 28 : Panggilan Mas
29
Chapter 29 : Rencana Pulang
30
Chapter 30 : Jadi Penguntit
31
Chapter 31 : Pertemuan
32
Chapter 32 : Calon Suami
33
Chapter 33 : Kecewa
34
Chapter 34 : Hujan
35
Chapter 35 : Gelisah
36
Chapter 36 : Perdebatan
37
Chapter 37 : Kedatangan Seina
38
Chapter 38 : Ungkapan Manis
39
Chapter 39 : Rindu Yang Curang
40
Chapter 40 : Racun Mematikan
41
Chapter 41 : Gedung Tua
42
Chapter 42 : Seorang Bidadari
43
Chapter 43 : Minum Racun
44
Chapter 44 : Seina Kazumi (Part 1)
45
Chapter 45 : Seina Kazumi (Part 2)
46
Chapter 46 : Operasi
47
Chapter 47 : Jodoh Orang
48
Chapter 48 : Masih Rindu
49
Chapter 49 : Cahaya
50
Chapter 50 : Pulang
51
Chapter 51 : Gantikan Saya
52
Chapter 52 : Dukung Kita
53
Chapter 53 : Aku Tadi Nungguin
54
Chapter 54 : Penjelasan Azwar
55
Chapter 55 : Pernikahan
56
Chapter 56 : Panggilan Sayang Aku, Ke Kamu
57
Chapter 57 : Kamu Cantik
58
Chapter 58 : First kiss
59
Chapter 59 : See You Suamiku
60
Chapter 60 : Imannya Kuat Juga
61
Chapter 61 : Aku Butuh Kamu
62
Chapter 62 : Oh Zhivana
63
Chapter 63 : Kebablasan
64
Chapter 64 : First Love
65
Chapter 65 : Morning Kiss
66
Chapter 66 : Salah Paham
67
Chapter 67 : Aku Cemburu
68
Chapter 68 : Andre
69
Chapter 69 : Sepeda
70
Chapter 70 : Aku Harus Bagaimana
71
Chapter 71 : Sensitif
72
Chapter 72 : Permintaan Aneh
73
Chapter 73 : Lift
74
Chapter 74 : Terganggu
75
Chapter 75 : Bidadari Bermata Cantik
76
Chapter 76 : Sepertinya
77
Chapter 77 : Aku Hamil
78
Chapter 78 : Ikan Bakar
79
Chapter 79 : Kamu Bagian Dari Diriku
80
Chapter 80 : Aku ingin Melamarnya
81
Chapter 81 : Kenapa
82
Chapter 82 : Aku Tidak Percaya
83
Chapter 83 : Datang Untuk Mengambil
84
Chapter 84 : Memborong
85
Chapter 85 : Jauhi Dia
86
Chapter 86 : Dimana Istriku
87
Chapter 87 : Presedir Yang Arogan
88
Chapter 88 : Positif
89
Chapter 89 : Tunggu Aku Datang
90
Chapter 90 : Suaminya Zhivana
91
Chapter 91 : Jangan Ulangi Lagi
92
Chapter 92 : Semacam Kode Rahasia
93
Chapter 93 : Aroma Rambut
94
Chapter 94 : Mau Pacaran
95
Chapter 95 : Untuk Kamu (Part 1)
96
Chapter 96 : Untuk Kamu (Part 2)
97
Chapter 97 : Kontraksi
98
Chapter 98 : Bayi Mungil Kembar
99
Chapter 99 : Nama Yang Indah
100
Chapter 100 : Udah Belum
101
Chapter 101 : Minta Dipeluk
102
Chapter 102 : Dibalik Gorden
103
Chapter 103 : Hanya Ingin Kamu
104
Chapter 104 : Makan Malam
105
Chapter 105 : Penampilan
106
Chapter 106 : Azwar dan Almira
107
Chapter 107 : Apa Separah Itu
108
Chapter 108 : Lantunan Surah Ar-Rahman
109
Chapter 109 : Aku Bisa Mati Kapan Saja
110
Chapter 110 : Keputusan
111
Chapter 111 : Pergiku Tanpa Pamit
112
Chapter 112 : Akanku Beri Tahu
113
Chapter 113 : Dia Orangnya
114
Chapter 114 : Kecewa Padamu
115
Chapter 115 : Kenapa Kau Pergi
116
Chapter 116 : Sakit Hati Terindah
117
Chapter 117 : Berpura-pura Kuat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!