"Jodoh itu kayak 'Alif Lam Mim' ayat pertama surat Al-Baqarah, artinya yaitu hanya Allah yang tahu."
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Hari semakin siang waktu sudah menunjukkan pukul 12:15 WIB. Adzan dzuhur pun sudah terdengar sedari tadi. Zhivana sudah dalam perjalanan pulang ke rumah.
drrrtttt...
Ponsel zhivana bergetar didalam tas! Rupanya umi yang menelpon.
"Assalamualaikum. Umi"
"Waalaikumsalam."
"Iya. Ada apa, umi?"
"Nak, kamu sedang dalam perjalanan pulangkan?"
"Iya umi. Ini zhi sedang diperjalanan mau pulang, sepertinya sebentar lagi sampai."
"Alhamdulilhah. Kalau begitu hati-hati! Dirumah sedang ada tamu, dan kami semua menunggu kamu, pulang"
"Bentar lagi zhivana sampai."
"Kalau begitu umi tutup dulu teleponnya. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Bingung? Zhivana bingung dan heran kata uminya ada tamu dirumah dan semua orang sedang menunggu dirinya pulang. Tidak biasanya seperti ini! Ada apa? Pikirnya.
Setibanya, zhivana langsung turun dari taksi, berjalan memasuki pekarangan rumahnya. Ada dua mobil mewah berwarna hitam terpakir di depan rumahn.
Zhivana mulai berpikir, Kira-kira siapa yang datang bertamu? Mobilnya saja terlihat mewah. Orang kaya pasti ini mah.
Tidak mau ambil pusing, zhivana langsung masuk kedalam rumah seraya mengucap.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
"Nah ini dia zhivana. Sini nak duduk dulu!"
Zhivana mengangguk pelan seraya ikut duduk bergabung.
"Wahh, ini zhivana, udah besar, rupanya?" Ucap seorang pria. Yang zhivana ingat pria itu bernama reno.
"Iya ini zhivana. Apakah kamu ingat dengan reno dia anak sahabat papah. Dulu waktu kecil, kalian sering bermain bersama."
"Iya. Zhivana, ingat kok. Bi"
"Apa kabar kak reno dan kak luchia?" Lanjutnya kembali, seraya tersenyum ramah.
"Alhamdulillah kami baik. Rupanya kamu masih ingat!" Canda reno, dengan tertawa kecil.
"Maklum aja. Kitakan udah lama gak ketemu" Komentar luchia.
Zhivana hanya mengangguk saja.
"Eh zhi. Apakah kamu masih ingat! Arrsyad bayi kecil yang selalu kita jahili?"
Reno tertawa. Tangannya menepuk pundak seorang pria yang duduk disebelahnya. Terlihat masih sangat muda dan tampan.
Zhivana mulai mengingat kembali. Lalu menatap pria itu sebentar.
"Apa dia, Arrsyad?"
"Iya benar. Dulu dia manis dan menggemaskan! Tapi sekarang, dingin, datar, dan irit bicara."
Emang iya sih. Mukanya dingin dan datar! Zhivana pernah mendengar saat abi berbicara pada umi, katanya anak bungsu dari alm sahabatnya itu menjadi berubah, sering banyak diam dan dingin. Tapi sikapnya seperti itu semenjak kedua orang tuanya meninggal saat kecelakaan mobil. Kasihan sekali apalagi dia masih remaja masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang dari kedua orang tua.
"Iyakah?"
"Iya zhi. Kamu lihat sendiri"
Tiba-tiba, rama memanggil zhivana.
"Zhivana"
Buru-buru zhivana menoleh.
Rasa gugup dan cemas langsung menyeruak begitu saja. Zhivana menghela napas. Supaya tenang.
"Dengar dengan baik! Zhivana, abi hanya menyampaikan amanah dari mendingan orang tuanya reno dan arrsyad dan arrsyad pun memiliki niat baik kepada mu nak." Ucap rama, seraya mengenggam tangan zhivana.
Deg
"Apa ma-maksudnya?"
Zhivana mulai berpikir, kalau seseorang akan mengkhitbahnya.
"Alm. Wijaya ayah arrsyad. Ingin menjodohkan kamu dengan arrsyad. Abi tau arrsyad masih sekolah dan usianya masih muda! Tapi ini amanah, abi dan umipun sudah menyetujuinya. Dan arrsyad pun sekarang datang karna ingin mengkhitbah mu nak."
"ini terlalu mendadak! Aku sangat bingung, dan tidak tau harus bagaimana?"
Hiks! Rasanya zhivana, ingin menangis saja. Mendadak dan membingungkan ini amanah keinginan alm kedua orang tua arrsyad tapi arrsyad masih kecil ia masih sekolah sma mungkin usianya 18 tahun. Zhivana juga masih muda, apalagi dirinya ingin menjadi seorang dokter ahli bedah, dan perjalanan juga masih panjang.
Umi mengusap punggung tangan zhivana lembut.
"Tidak perlu dijawab sekarang. Kamu bisa pikirkan dulu nanti. "
"Maaf. Aku pamit dulu, aku sangat lelah sekali mau ke kamar. Soalnya belum shalat dzuhur. Assalamualaikum." Ucap zhivana.
Langsung beranjak pergi tidak peduli dengan mereka.
Mengunci pintu kamar, dan berlalu ke kamar mandi berwudhu rasanya ingin segara mencurahkan segala isi hati ada sang khaliq. Meminta petunjuk.
Zhivana juga tak boleh egois! Dirinya juga harus memikirkan perasaan semua orang. Apalagi ini amanah dan sudah dijodohkan saat mendiang orang tuanya arrsyad masih hidup. Huft ini sungguh membingungkan.
Zhivana menghembuskan napas beratnya. Hendak memakai mukena dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu melaksanakan shalat lima waktu.
'
'
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Nurliah Kisarani Lia
wah lbh muda...
gpp kok...blm tentu lbh tua yg lbh dewasa...lbh muda byk hikmahnya
hi thor...aku mampir lgi.🙏😊
2021-03-22
3
Mansuhari Sari
wahh berondong... 😊😊
2020-11-30
1
Windye Indie Prakoso
Keren😎
2020-11-20
1