#Lantai Sembilan
Selesai mengisi perut, mereka berdua kembali melanjutkan pembahasan sebelumnya yang sempat terpotong.
Tidak butuh waktu lama bagi Akira memahami konsep peraturan tata cara bermain catur karena pada dasarnya itu adalah hal yang sederhana dan mudah untuk dipahami.
Kakek Ryu kemudian mengajak Akira bertanding untuk mengetes seberapa baik pemahaman yang berhasil dia serap dalam satu kali penjelasan tadi.
Tidak terlalu buruk, begitu pikir Kakek Ryu saat melihat Akira mampu bertahan beberapa langkah melawan seorang veteran yang dulunya merupakan seorang ahli strategi seperti dirinya hanya dalam satu kali percobaan.
Dia juga merasa kagum karena menurutnya Akira adalah seorang anak yang sangat cerdas dan cepat tanggap serta mempunyai intuisi yang kuat dalam memahami berbagai hal. Hal itu bisa diketahui dalam satu pertandingan tersebut. Menurut perkiraannya mungkin Akira bisa mengalahkannya hanya dalam hitungan hari saja.
Di sisi lain, Akira merasa misinya kali ini akan sangat merepotkan. Dia tidak tahu butuh waktu berapa lama untuk menyelesaikan misi kali ini. Padahal jika memungkinkan dia ingin menyelesaikan misi kali ini secepat mungkin.
Masalahnya lawannya kali ini tidak bisa dianggap remeh. Perbedaan antara dirinya dengan Kakek Ryu saat ini seperti ibarat seorang amatiran yang baru terjun ke medan pertempuran mencoba melawan seorang veteran yang sudah mengalami berpuluh-puluh pertarungan. Tentu saja akan sangat sulit untuk meraih yang namanya kemenangan.
Sepertinya Akira tidak akan bisa menyelesaikan misi kali ini dalam hitungan waktu satu-dua hari saja. Meskipun begitu, Akira akan semaksimal mungkin berusaha untuk menyelesaikan misi kali ini secepat yang dia bisa.
Dalam satu hari Akira masih belum bisa mengalahkan Kakek Ryu. Namun dia mendapatkan berbagai pemahaman serta pengalaman baru yang berguna untuk mengalahkan Kakek Ryu kedepannya.
Dalam satu hari Akira menghabiskan waktunya di tempat itu dengan terus bertanding catur, sisanya dia habiskan dengan kegiatan-kegiatan seperti biasa.
Berbeda dengan Kakek Ryu yang tidak bisa merasakan kantuk, lapar maupun haus, Akira bisa merasakannya. Oleh karena itu ketika dia merasa lapar sehabis bertanding, dia akan makan, begitupun ketika dia mengantuk atau merasa mules ingin buang air besar.
Akira mendirikan tenda di luar sebagai tempat tinggal untuknya sebab dia tidak mau tinggal di tempat kecil itu. Sementara Kakek Ryu tetap tinggal di tempat itu sambil mengawasi Akira dari balik jendela.
Kakek Ryu yang melihat aksi Akira dari waktu ke waktu sudah tidak bisa terkejut lagi, bahkan ketika Akira mengeluarkan sesuatu yang ukurannya besar dalam sebuah kapsul yang berukuran kecil. Dia hanya bisa terpana melihatnya.
Pengaruh sihir distorsi ruang dan waktu membuat tempat itu tidak pernah mengalami malam. Sesekali Akira keluar untuk menyegarkan otaknya dengan memandangi keindahan alam di tempat tersebut yang begitu menakjubkan. Sesekali Akira juga menyempatkan diri berlatih demi memperkuat kembali organ tubuhnya yang masih rapuh dengan mengajak Kakek Ryu berlatih tanding.
Biarpun sikap Akira pada Kakek Ryu sedikit dingin serta tidak sopan, Kakek Ryu bisa melihat sebenarnya Akira adalah orang yang baik. Hanya saja dia tidak tahu penyebab kenapa Akira bersikap demikian.
Sikapnya yang seperti itu seakan mengingatkannya pada anaknya sendiri. Yang dia lakukan saat ini seakan dia sedang mewujudkan keinginannya yang belum tuntas di kehidupan sebelumnya, yaitu dia ingin melatih anaknya agar dia bisa menjadi orang yang hebat seperti dirinya.
Mungkin ini alasan mengapa aku bisa berada di tempat ini... begitu pikir Kakek Ryu.
Dalam keadaan tertentu, Kakek Ryu sempat menceritakan kembali pada Akira cerita sebelum dirinya berakhir di sini. Meski awalnya Akira tidak terlalu merasa tertarik namun ketika Kakek Ryu menceritakan kisahnya di bagian-bagian tertentu yang menurutnya menarik untuk didengar membuatnya menjadi sedikit antusias ingin mendengarnya.
Kakek Ryu bercerita sebelum dirinya mati, dia dihadapkan pada sebuah pilihan yang menyulitkan, yaitu antara memilih menolong anak-istrinya dan berperan sebagai seorang ayah, atau tetap pada pendiriannya dengan menjalankan tugas sebagai seorang komandan disaat kerajaannya diserang.
Dan pilihan yang Kakek Ryu pilih pada saat itu adalah menolong keluarganya, meninggalkan kewajibannya sebagai seorang komandan tanpa peduli dengan tugas yang sewajibnya dia laksanakan.
Akhir dari keputusannya itu membuat separuh kerajaannya hancur, jumlah korban yang berjatuhan begitu banyak, bahkan sampai merenggut pangeran mahkota kerajaan serta para bangsawan.
Semua yang terjadi pada saat itu dilimpahkan karena atas kesalahannya. Dia yang awalnya dianggap-anggap sebagai sosok panutan oleh banyak orang berakhir dicap sebagai seorang pengkhianat dan dibenci oleh banyak kalangan.
Akhir cerita dari keputusannya itu sangat tragis, dirinya berakhir dijatuhi hukuman mati. Sedangkan Anak dan istrinya diusir dari kerajaan dan tidak boleh memijakan kakinya di tempat itu lagi.
*~*
Dua hari berlalu namun Akira masih belum bisa mengalahkan Kakek Ryu, tetapi bukan berarti tidak ada perkembangan dalam dua hari itu. Dalam dua hari, Akira bisa memberikan sedikit perlawanan balik pada Kakek Ryu.
Perkembangan yang Akira perlihatkan sudah Kakek Ryu perkirakan sebelumnya. Dia berpikir mungkin tinggal satu-dua hari lagi sampai Akira bisa mengalahkannya.
"Checkmate…dengan begini aku sudah menang 20 kali melawanmu, Hahahha!" Kakek Ryu tertawa meledek Akira. Ini untuk kedua puluh kalinya dalam dua hari ini dia menang mengalahkan Akira.
"Sekali lagi." Akira mendengus kesal sambil menyusun kembali bidak catur yang berserakan.
"Bagus-bagus… itu baru yang namanya semangat muda."
Pertandingan masih terus berlanjut, waktupun terus berlalu. Akira tidak ingin menyerah begitu saja. Dia akan terus berjuang sampai bisa meraih kemenangan.
Di hari ketiga posisi berbalik dari yang semula Kakek Ryu yang mendominasi pertandingan kini dipaksa balik pada posisi bertahan. Walau demikian dengan segenap usaha Kakek Ryu masih bisa memenangkan pertandingan itu kembali.
Di pertandingan ketiga puluh lima semakin memanas karena keduanya saling mendominasi. Akira yang semula hanya seekor kelinci di hadapan Kakek Rayu sekarang berubah menjadi menjadi seekor harimau yang siap menerkam lawannya.
Perkembangan yang begitu mengerikan, pikir Kakek Ryu. Sekarang Kakek Ryu percaya akan kata-kata Akira yang sebelumnya menyatakan kalau orang berbakat di dunianya sekalipun tidak mungkin bisa meniru aksi yang dia perlihatkan saat ini.
'Sepertinya pertandingan kali ini akan menjadi pertandingan terakhirku. Aku tidak menyangka dia akan mengalahkanku secepat ini. Benar-benar anak yang luar biasa.'
Raut wajah Kakek Ryu tampak sangat sulit diartikan meliputi berbagai perasaan. Entah itu karena merasa kagum sekaligus senang terhadap perkembangan Akira, tidak menyangka dengan semua yang telah terjadi padanya saat ini ataukah itu karena dia merasa bersedih karena akhirnya dia akan berpisah dengan Akira setelah melalui tiga hari singkat namun terasa sangat lama.
"Yosh… sekarang aku akan lebih serius lagi."
Kakek Ryu menepis semua perasaan itu dan berfokus kembali ke papan catur di depannya.
"Hah? Jadi selama ini kau belum serius?"
"Hahahah, Kau bisa melihatnya nanti."
Pertandingan kembali berlanjut. Sesuai perkiraan Kakek Ryu, pertandingan kali ini akan menjadi pertandingan terakhir sekaligus akhir cerita sebelum setelah ini dia akan berpisah dengan Akira. Kakek Ryu bisa melihat posisinya saat ini sangat tidak menguntungkan. Hanya tinggal beberapa langkah lagi sampai akhirnya dia kalah.
Ketika meneliti posisi bidak caturnya lebih jauh, Kakek Ryu tersenyum prihatin. Hal yang membuatnya tersenyum seperti itu karena posisi caturnya sekarang mirip sekali dengan alur cerita sebelum dirinya berakhir di sini.
Terlihat di pojokan sana seorang menteri yang seharusnya melindungi ratunya yang sudah terkepung dan tidak bisa kemana-mana malah memisahkan diri bersama dua orang anak pion yang tidak berarti.
"Nak Tora, bagaimana menurutmu? Apa yang kulakukan saat itu sudah benar?" Kakek Ryu bertanya di sela-sela langkah terakhirnya. Suaranya terdengar sedikit sendu.
Akira menghela nafas sebelum menjawab, "Bukankah kau melakukan semua itu berdasar kata hatimu? Jika kau menganggap semua yang kau lakukan itu salah dengan mengatakan kalau kau telah berkhianat karena telah meninggalkan kewajiban yang seharusnya kau lakukan, bukankah itu berarti kau juga telah berkhianat dengan hatimu sendiri? Dengan tidak percaya pada pilihan yang telah kau pilih. Tidak percaya dengan apa yang hatimu ingin sampaikan...
Kakek ku pernah bilang, percayalah pada kata hatimu, karena hatimu tidak akan pernah membohongimu…" Kata-kata yang Akira sampaikan pada Kakek Ryu seperti bumerang baginya, karena itu juga berlaku pada dirinya.
Dikarenakan dirinya yang terlalu fanatik pada sebuah pemikiran anatomi yang mengatakan jika seseorang berbuat baik maka kebaikan itu akan dibalas dengan hal yang serupa tanpa pernah berdiskusi dengan hatinya, membuat dirinya termakan oleh kepercayaan itu sendiri hingga berakhir dirinya dikhianati oleh lingkungannya. Ironis sekali bukan?
Mendengar pernyataan yang Akira sampai membuat pikiran Kakek Ryu seketika tercerahkan, beban yang selama ini memberatkan pundaknya pun akhirnya terangkat.
Kakek Ryu memejamkan matanya diikuti helaan nafas panjang sebelum berkata,
"Aku tidak pernah berpikir jika orang yang akan mencerahkan hatiku adalah orang sepertimu, tapi… "Kakek Ryu kemudian bangkit dari kursinya lalu membungkukkan tubuhnya dan melanjutkan, "Nak Tora. Terima Kasih atas pencerahannya. Berkatmu sekarang aku bisa menemui keluargaku dengan tenang."
Akira terdiam beberapa saat menatap Kakek Ryu yang tampak dipenuhi binar kebahagiaan. Dia kemudian menjawab,"Ya. Sama-sama... Duduklah kita lanjutkan kembali pertandingan ini sampai selesai."
Kakek Ryu menatap Akira sambil tersenyum sejenak lalu mengangguk dan duduk. Pandangannya kembali pada papan catur di depannya yang hanya tinggal beberapa langkah lagi berakhir. Dia hanya bisa pasrah karena tidak ada jalan lagi untuk dirinya menang.
Beberapa langkah berikutnya, Akira mengangkat bidaknya ke arah ratu yang sudah terkepung itu, "Dengan begini berakhir sudah," Dia kemudian meletakkan bidak tersebut sebagai penentu kemenangannya, "Checkmate…"
Sesaat berikutnya sebuah panel muncul pertanda Akira telah selesai menuntaskan misinya di lantai sembilan ini.
{Pria di depanmu telah berhasil dikalahkan. Selamat misi di lantai sembilan ini telah selesai.}
"Akhirnya kau berhasil mengalahkanku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
Semau Gue
..oooO..............
...(....).....Oooo...
....\..(.......(...)....
.....\_).......)../.....
...............(_/......
2023-03-17
1
Yan Wix
terharu... mantap ceritanya thir👍👍👍
2021-07-29
1
Moonchild
⠀⠀⣠⣶⡾⠏⠉⠙⠳⢦⡀⠀⠀⠀⢠⠞⠉⠙⠲⡀⠀ ⠀⠀⠀⣴⠿⠏⠀⠀⠀⠀⠀⠀⢳⡀⠀⡏⠀⠀⠀⠀ ⢷ ⠀⠀⢠⣟⣋⡀⢀⣀⣀⡀⠀⣀⡀⣧⠀⢸ ⠀ ⡇ ⠀⠀⢸⣯⡭⠁⠸⣛⣟⠆⡴⣻⡲⣿ ⣸ Jangan! ⡇ ⠀⠀⣟⣿⡭⠀⠀⠀⠀⠀⢱⠀⠀⣿ ⢹ lupa like! ⡇ ⠀⠀⠙⢿⣯⠄⠀⠀⠀⢀⡀⠀⠀⡿⠀⡇ woi! ⡼ ⠀⠀⠀⠀⠹⣶⠆⠀⠀⠀⠀⠀⡴⠃⠀⠀⠘.⠤⣄⣠ ⠞⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⢸⣷⡦⢤⡤⢤⣞⣁⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⢀⣤⣴⣿⣏⠁⠀⠀⠸⣏⢯⣷⣖⣦⡀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⢀⣾⣽⣿⣿⣿⣿⠛⢲⣶⣾⢉⡷⣿⣿⠵⣿⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⣼⣿⠍⠉⣿⡭⠉⠙⢺⣇⣼⡏⠀⠀⠀⣄⢸⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⣿⣿⣧⣀⣿.........⣀⣰⣏⣘⣆⣀⠀⠀⠀⠀⠀
2021-01-09
4