Akira merapatkan giginya kesal. Dia ingin meluapkan emosinya namun sadar dia tidak memiliki banyak tenaga hingga akhirnya dia menelannya lagi.
"Aku tidak tahu siapa sosok yang kau maksud menyuruhmu untuk melakukan semua ini, dan kenapa ini semua masih belum berakhir meski kau sudah mengalahkanku... " Meski terlihat kesakitan, Kakek Ryu memaksakan dirinya untuk berdiri sambil memegangi perut yang terkena pukulan tadi, "Sesuai dugaanku, sepertinya dia memang menyuruhmu untuk mengalahkanku, tapi bukan dengan cara seperti ini. "
Alasan mengapa Kakek Ryu dengan sengaja membuat dirinya terpukul sebenarnya ingin membuktikan apakah yang dikatakan Akira benar atau tidak. Jika tidak, berarti perkiraan yang sudah dia perkirakan sejak tadi seharusnya benar.
"Aku tidak mengerti, apa maksudmu?" Akira mengerutkan dahinya tidak mengerti.
Sebelum menjawab pertanyaan Akira pandangan Kakek Ryu sejenak menyisir keadaan rumah yang semula tertata rapi kini tampak porak-poranda sambil menggeleng pelan.
"Ikuti aku…" Kakek Ryu menyuruh Akira untuk mengikutinya. Dia berjalan ke ruangan belakang yang belum terjamah oleh Akira.
"Kemana?" Akira bertanya namun Kakek Ryu tidak menjawab.
Akira yang tidak tahu apa-apa akhirnya hanya bisa menurut. Dia memaksakan kakinya untuk berdiri lalu mengikuti Kakek Ryu dari belakang.
"Semua yang terjadi pada kita saat ini pasti ada hubungannya dengan sesuatu yang ada di depanmu sekarang. "
Ketika berada di ruangan belakang, Kakek Ryu menunjuk ke sebuah meja ceper dengan dua kursi saling berhadap-hadapan. Di atas meja terdapat sesuatu berbentuk kotak dengan di atas kotaknya lagi terdapat beberapa bidak yang berjajar rapi.
"Catur?"
Akira tentu mengenali sesuatu yang Kakek Ryu tunjuk, itu tidak lain adalah catur, permainan strategi yang umum ditemui di dunia asalnya.
"Oh, kau mengenalnya ternyata, jadi aku tidak perlu menjelaskannya lagi. "
Mengamati keadaan ruangan tersebut yang tampak tidak ada apa-apa selain meja di depannya, mereka berdua kemudian beriringan mendekati meja tersebut.
"Seperti yang Nak Tora lihat, benda ini sudah ada semenjak aku berada di sini... "
Akira mengamati kotak catur dengan bidak yang tersusun rapi seperti sama sekali belum tersentuh itu. Dia kini memahami maksud dari apa yang ingin Kakek Ryu sampaikan. Dia juga merasa ini ada hubungannya dengan misi yang harus dia selesaikan di lantai kesembilan ini, mengingat di lantai-lantai sebelumnya juga dia dihadapkan dengan misi yang berkaitan dengan penggunaan pikiran.
"Sepertinya kau harus menang melawanku lewat cara ini." Kakek Ryu lalu menarik salah satu kursi dan menjatuhkan tubuhnya di sana, "Apa kau bisa memainkannya?" tanya Kakek Ryu mencoba tetap tersenyum biarpun dirinya sedang menahan rasa sakit.
Akira menghela nafas sebelum menjawab,
"Aku memang mengenalnya tapi bukan berarti aku bisa memainkannya," ucapnya terdengar lesu sambil ikut menduduki kursi yang satunya.
Akira belum pernah sama sekali bermain catur. Alasan mengapa dia belum pernah memainkannya karena dia tidak bisa memainkan permainan seperti ini seorang diri. Tentu saja hal itu lantaran dia tidak mempunyai teman yang bisa diajak bermain. Dan alasan lainnya karena dia tidak terlalu menyukai permainan tersebut.
"Oh, jadi Nak Tora tidak memahaminya, ya…"
Akira tidak menjawab. Begitupun dengan Kakek Ryu. Mereka berdua saling terdiam beberapa saat sebelum Kakek Ryu lebih dulu memecah keheningan.
"Kalau begitu aku akan mengajarimu, bagaimana?" tanya Kakek Ryu sambil menampilkan senyuman.
"Hah?"
"Apa kau tidak dengar, aku akan mengajarimu."
Wajah Akira terlihat skeptis saat mendengar penawaran tersebut. Dia tampak ragu untuk menerimanya. Pasalnya setelah mengetahui jika misinya yang sebenarnya adalah sesuatu yang ada di depannya sekarang, Akira merasa bersalah atas kejadian tadi, apalagi sampai harus membuat Kakek Ryu terluka— ya, meskipun semua itu tidak sepenuhnya salah dirinya.
{Kalahkan pria di depanmu!}
Di tengah keraguannya tiba-tiba panel misi kembali muncul di depan Akira. Hal itu seolah-olah seperti menyuruh Akira untuk menerima tawaran dari Kakek Ryu.
'Apa aku harus menerimanya…" Akira menimbang kembali penawaran tersebut.
'Kalau begitu…Sistem Call: buka menu inventory.'
[Baik]
Menu inventory ditampilkan di samping Akira.
"Baiklah, aku sangat senang kalau kau mau membantuku, tapi sebelum itu…" Akira melambaikan tangannya ke samping lalu mengeluarkan sesuatu dari ruang kosong, "Obati dulu lukamu." Dia mengambil satu botol kecil potion pemulih tubuh kemudian melemparkannya ke Kakek Ryu dan secara spontan Kakek Ryu menangkapnya.
Melihat hal yang baru saja Akira lakukan membuat mata Kakek Ryu terbelalak tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.
"Kau bahkan bisa menggunakan sihir spatial? Benar-benar tidak bisa dipercaya." Aksi yang baru saja Akira lakukan adalah suatu hal yang mengejutkan bagi Kakek Ryu.
"Sihir spatial? Oh, barusan... "
"Benar, itu salah satu sihir tingkat tinggi. Aku tidak habis pikir, kau bahkan bisa menguasai hal seperti itu juga." Kakek Ryu mendecak-decakan lidah sambil menggeleng tidak percaya.
Akira menanggapi keterkejutan Kakek Ryu dengan senyuman hambar, 'Padahal aku sama sekali tidak menggunakan sihir. Aku hanya mengambil sesuatu di inventory-ku saja. Apa sebegitu hebatkah sihir spatial ini? ' Jika saja dia tidak sedang dalam kondisi menjaga muka, dia ingin sekali tertawa, menganggap betapa istimewanya dirinya.
"Jangan terlalu dipermasalahkan. " Akira mengibaskan tangannya, "Maaf soal masalah tadi. Dan juga maaf kalau potion yang kuberikan tidak terlalu bagus. Itu hanya akan memulihkan ¼ kondisimu kembali seperti semula." Akira meminta maaf dengan posisi membuang muka merasa malu.
"Tidak apa-apa. Lagian itu tidak sepenuhnya salahmu. Aku justru berterima kasih. Setidaknya dengan ini aku bisa meredakan rasa sakit yang tadi kau berikan." Kakek Ryu tertawa saat membahas kejadian tadi seperti bermaksud menyindir Akira.
Akira tidak terlalu memperdulikannya lagi. Dia juga mengambil sesuatu di menu inventory-nya berupa potion pemulih stamina untuk memulihkan keadaannya yang terasa letih kembali seperti semula.
Mereka berdua mengkonsumsi potion tersebut dan mulai meresap khasiatnya sampai habis.
"Baiklah, apa kau ingin memulainya sekarang?" tanya Kakek Ryu setelah selesai meresap khasiat potion yang Akira berikan.
"Ya, jika bisa aku ingin mempelajarinya secepat mungkin. Aku tidak punya banyak waktu di sini." Akira juga telah selesai mengkonsumsi potionnya.
Kakek Ryu terkekeh mendengar jawaban Akira yang seperti menggambarkan orang yang super sibuk terlepas dari usianya yang masih sangat belia. Dia tidak ingin bertanya lebih jauh mengapa alasan Akira terburu-buru seperti itu.
"Kalau begitu kita mulai dari peraturannya terlebih dulu. Apa kau memahami peraturan permainannya?"
"Sedikit. "
Kakek Ryu mulai menjabarkan satu demi satu peraturan tata cara bermain catur dari mulai memperkenalkan bidak, fungsi dari masing-masing bidak, dan perbedaan setiap bidak dalam melangkah.
Kruk~
Sebelum Kakek Ryu hendak memulai pembahasannya lebih jauh tiba-tiba terdengar suara yang tidak lain berasal dari perut Akira, membuatnya seketika berhenti menjelaskan dan tertawa. Wajah cuek Akira sedikit memerah karena malu.
"Sepertinya pertarungan tadi membuatku lapar. Kita tunda dulu penjelasannya sampai sini. Sampai aku selesai mengisi perutku." Akira segera bangkit dari kursinya dan berjalan ke sudut ruangan.
Kakek Ryu mengangguk pelan mengiyakan. Dia memilih untuk tetap duduk dan mengamati Akira dari kejauhan sambil menatapnya dengan tatapan penuh rasa tidak percaya atas segala yang terjadi padanya saat ini.
Di sudut ruangan Akira kemudian duduk bersandar di tembok lalu mengeluarkan makanan serta minuman dalam inventory-nya.
"Hei, apa kau tidak merasa lapar?" tanya Akira saat pandangannya bertemu dengan Kakek Ryu yang tampak tengah ternyum santai menatapnya. Dia tidak enak hati kalau dia makan seorang diri dan ingin menawarkan sedikit makanan untuk Kakek Ryu.
"Tidak. Selama berada di tempat ini, aku tidak pernah merasakan rasa lapar, haus maupun ngantuk."
"Lah?Memangnya kenapa?" Akira bertanya merasa heran dan tidak mengerti.
"Entah, mungkin itu karena pengaruh sihir distorsi ruang dan waktu yang menyelimuti tempat ini."
"Sihir distorsi...Tapi kenapa hal itu tidak berpengaruh padaku?" tanya nya lagi.
"Tidak tahu," jawab Kakek Ryu sambil mengangkat bahu.
Lagi-lagi Akira kembali dibuat ganjil oleh keadaanya saat ini. Dia tidak mengerti alasan pasti mengapa hanya dia yang merasakan rasa lapar sedangkan Kakek Ryu tidak. Apa karena aku seorang player? Begitu pikir Akira.
"Hanya karena kau tidak merasa lapar, bukan berarti kau tidak bisa memakan sesuatu..." Akira membuka menu store-nya dan membeli beberapa makan khusus orang dewasa di sana. Makan-makanan yang Akira beli dia keluarkan satu-persatu dalam ruang kosong.
Kakek Ryu yang melihat Akira dapat dengan mudahnya mengeluarkan makanan sebanyak itu dari ruang kosong hanya bisa terpana.
"Kemarilah, ikut makan denganku," suruh Akira sambil memperlihatkan makanan-makanan yang telah dia beli dan dia jejerkan di sekelilingnya.
Kakek Ryu mengangguk menuruti permintaan Akira. Dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati Akira kemudian duduk di sampingnya.
Dilihat dari semua makanan yang Akira beli tidak ada satupun yang Kakek Ryu kenali dan setahunya baru pertama kali dia melihat ada makanan dengan bentuk aneh seperti ini, diantaranya seperti pizza, hamburger, takoyaki, hotdog, pasta, odading dan makanan lainnya lagi yang menurutnya mungkin berasal dari dunia Akira.
"Apa semua ini bisa dimakan?" tanya Kakek Ryu ragu-ragu menatap semua makanan di sekitarnya.
"Kenapa? Apa di dunia asalmu tidak ada makanan seperti ini?" tanya balik Akira dengan diselingi kekehan kecil.
Akira lalu mengambil makanan berbentuk bulat di sampingnya dan menyodorkannya pada Kakek Ryu, "Tidak perlu ragu. Kau hanya perlu mencobanya terlebih dulu."
Kakek Ryu mengambilnya. Dia meneliti sejenak makanan tersebut dengan rasa ragu sebelum mulai mencoba memakannya. Setelah memakannya seketika keraguan yang sempat dia rasakan lenyap begitu merasakan betapa lezatnya makanan yang baru saja dia makan. Dalam sekali gigitan saja rasanya seperti seolah-olah indra pengecapnya kembali hidup.
"Enak! Makanan apa ini?" tanya Kakek Ryu dengan raut kekaguman.
"Oh, itu namanya odading."
"Odading?"
"Ya. "
----
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
cupa
🤣😂 my pavorit odading
2024-01-23
0
Semau Gue
..oooO..............
...(....).....Oooo...
....\..(.......(...)....
.....\_).......)../.....
...............(_/......
2023-03-16
1
Phepheng Why
wah....ada mang oleh....🤣🤣🤣
2022-04-24
0