[Tidak tahu. Pikir saja sendiri]
Akira sampai tersedak nafasnya sendiri ketika mendengar jawaban dari Sistem. Ini untuk kedua kalinya Sistem bersikap seperti ini padanya, bedanya kali ini Akira benar-benar emosi!
Dia mengumpat dalam hati dan memaki-maki Sistem tetapi Sistem sama sekali tidak menanggapi dan seolah tidak mendengarnya. Andai saja Sistem memiliki bentuk dan kini berdiri di depannya, Akira ingin sekali menghajarnya saat itu juga. Masalahnya Sistem hanyalah sebuah program.
Lamunan Kakek Ryu pun terpecah begitu mendengar Akira tiba-tiba terbatuk seperti orang yang tersedak. Dia sedikit terkejut dan selebihnya merasa heran saat melihat raut wajah Akira yang semula cuek kini mengeras seperti orang yang sedang marah.
"Kenapa, Nak Tora?" Kakek Ryu bertanya dengan raut wajah heran.
"Tidak apa-apa." Akira mengusap wajahnya mencoba kembali bersikap seperti biasa.
Kakek Ryu sejenak masih memandang Akira dengan heran sebelum sesaat berikutnya mencoba tidak terlalu memikirkannya. Dia kembali berpikir seperti semula.
'Cih, Apa memang tidak ada pilihan lain selain harus mengalahkannya.'
Untuk kali ini Akira tidak tahu bagaimana harus mengambil langkah menyangkut misi yang harus dia jalani di lantai kesembilan ini. Pandangannya kemudian tertuju pada Kakek Ryu yang jaraknya hanya beberapa meter darinya mencoba berpikir dan mengamati situasi terlebih dahulu sebelum bertindak.
'Dilihat dari postur tubuh maupun tinggi badannya dia pasti seorang petarung yang ahli. Tidak salah mengapa dulunya dia bisa menyandang gelar seorang komandan. Dia memang tidak sedang membual. Kira-kira apa aku bisa mengalahkan orang sepertinya.'
Akira tampak begitu ragu dan tidak yakin bisa menang mengalahkan sosok yang dulunya adalah seorang komandan ksatria yang dibandingkan dirinya tentunya pengalaman bertarungnya jauh lebih baik.
Sekalipun sebelumnya Akira telah menyerap berbagai teknik tingkat tinggi hingga pada batas mampu menguasainya, tapi tetap saja, yang kurang darinya yaitu dia sama sekali belum pernah merasakan atmosfer pertarungan yang sesungguhnya dan bisa dibilang masih seorang amatiran.
Apalagi jika harus membandingkan postur tubuhnya sekarang dengan Kakek Ryu, menurut Akira persentase kemenangan yang mungkin bisa dia raih hanya mencapai satu persen, dengan konsekuensi terluka parah itu juga.
Meski demikian keadaannya sekarang benar-benar mendorong Akira untuk mengambil langkah pada pilihan tersebut karena dia tidak ingin menghabiskan waktu dengan berlama-lama berada di sini. Bagaimanapun caranya dia harus menang agar bisa secepatnya menaiki lantai berikutnya.
'Aku tidak memiliki banyak waktu untuk meladeni permainan konyol ini. Jika memang tidak ada pilihan lain apa boleh buat, aku hanya perlu menghajarnya. Lagian dia bukan kakek. Sekalian aku juga ingin mengetes seberapa kuatkah diriku sekarang.' Dengan tangan terkepal erat, Akira membulatkan tekadnya hingga benar-benar bulat.
Setelah benar-benar yakin, Akira kemudian memasang kuda-kudanya dan bersiap untuk menyerang. Sesaat berikutnya dia berlari secepat yang dia bisa menggunakan skill Shadow Moving-nya mendekati Kakek Ryu, dan begitu jaraknya dekat, Akira melompat lalu mendaratkan satu tendangan ke arah perut.
"Dragon Kick!"
Kakek Ryu yang saat itu tengah sibuk berpikir, terkejut saat tiba-tiba mendapat serangan dadakan dari Akira. Beruntungnya insting bertarungnya masih ada, secara reflek Kakek Ryu bisa menahan tendangan Akira dengan kedua tangannya meski harus dia akui tendangan yang Akira lepaskan cukup kuat sampai harus membuatnya terpukul mundur dua langkah dan tangannya pun menjadi sedikit bergetar.
Menyadari serangannya tidak berbekas, Akira mundur beberapa langkah mengambil jarak dalam posisi siaga.
'Aw. Sepertinya kakiku masih belum benar-benar kuat.'
Selepas menggunakan salah satu skill tangan kosong yang dia miliki, Akira merasakan sedikit rasa sakit pada kakinya.
'Sesuai dugaanku, serangan seperti itu tidak akan berbekas padanya. Aku tahu dia memang kuat, tapi aku tidak menyangka dia akan sekuat ini.' Pikir Akira saat melihat bagaimana tadi Kakek Ryu menahan serangannya. Padahal menurutnya dia sudah mendapatkan celah yang bagus untuk menyerang namun Kakek Ryu dapat dengan mudah menangkis serangannya meski saat itu fokusnya sedang tidak terarah.
'Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?' Akira meneliti kembali posisi Kakek Ryu untuk mencari celah sebelum menyerang.
"Kenapa Nak Tora menyerangku?" Kakek Ryu yang mendapat serangan dadakan dari Akira bertanya dengan raut wajah terkejut.
Jelas dia sangat terkejut mengingat bukan hanya serangan dadakannya saja yang membuatnya terkejut melainkan dampak dari serangan yang Akira lepaskan ternyata akan begitu kuat terlepas dari usianya yang tampak masih belia, dan menurutnya itu benar-benar tidak bisa dipercaya.
"Bagaimana cara menjelaskannya…" Sejenak Akira mengusap belakang kepalanya lalu memasang kuda-kudanya kembali.
Tidak ingin menjelaskan, Akira memilih menyerang Kakek Ryu kembali. Kali ini dia menggunakan beberapa pola serangan yang berpusat pada pukulan ke arah yang bisa dia jangkau. Pukulan yang dia lepaskan jauh lebih kuat daripada tendangan sebelumnya karena efek dari Senjata Sarung Tangan Penghancur yang dia gunakan.
"Tunggu dulu! Memangnya kenapa?"
Saat mendapat beberapa serangan pukulan dari Akira, Kakek Ryu tidak berniat menyerang balik, dia lebih memilih untuk terus menghindar dan menangkis setiap serangannya.
Bisa saja Kakek Ryu mengalahkan bocah yang menyerangnya ini dengan satu serangan, tetapi dia ingin mencari tahu terlebih dahulu maksud dan tujuan Akira mengapa dia bertindak demikian tanpa perlu harus melukainya.
Namun tidak ada jawaban dari Akira. Dia terus menyerang Kakek Ryu dengan berbagai pola serangan yang beragam sampai membuat Kakek Ryu sedikit kesulitan mengikuti arah serangan tersebut.
'Anak ini...Bagaimana bisa dia bergerak seperti ini? Teknik yang dia gunakan juga sangat tinggi. Baru kali ini aku melihat pola gerakan yang akurat dan tertata sedemikian ini. Bagaimana caranya dia mempelajari semua ini diusia yang masih sangat belia? Apa dia benar-benar manusia?"
Lagi-lagi Kakek Ryu terkejut sekaligus tidak menyangka dan juga terpana saat menyaksikan aksi yang tidak wajar dari Akira. Setiap pola serangan yang Akira tunjukan cukup sulit untuk ditebak dalam sekali lihat, bahkan untuk seorang veteran seperti Kakek Ryu sekalipun.
Dari beberapa pengalaman bertarung yang pernah Kakek Ryu alami baru kali ini dia melihat pola gerakan yang rumit namun tertata rapi dan akurat seperti yang Akira lakukan. Terlebih hal itu didukung dengan postur tubuh Akira yang kecil, membuat gerakannya semakin lincah serta menambah setiap serangannya menjadi semakin lebih sulit untuk ditebak.
Tidak cukup sampai disitu saja Kakek Ryu dibuat terkejut. Begitu melihat pukulan demi pukulan Akira mendarat pada tembok dan benda-benda sekitar, Kakek Ryu bisa melihat setiap pukulan tersebut mampu memberikan kerusakan yang cukup besar di sana.
Kakek Ryu menelan ludahnya. Dia tidak pernah menyangka kalau sosok bocah di hadapannya ini akan mempunyai kekuatan yang begitu menakutkan. Selain tendangan yang tadi dia tahan harus dia akui pukulannya ternyata jauh begitu kuat untuk menghancurkan segala benda yang ada di dalam rumah kecil tersebut.
"Nak Tora, jawab dulu pertanyaanku. Apa yang membuatmu bertindak seperti ini?" Kakek Ryu berusaha mendapatkan jawaban dari Akira selagi terus menahan serangannya.
{Fatigue: 34} Sebuah panel kecil muncul di samping Akira memperlihatkan tingkat kelelahannya. Ini akan terjadi ketika tingkat kelelahannya berada di atas tiga puluhan sebagai peringatan awal.
Akira berhenti menyerang dan mundur beberapa langkah tuk mengambil jarak. Dia sejenak beristirahat untuk sekedar mengatur nafasnya yang mulai memburu.
Setelah nafasnya stabil, Akira kali ini menjawab pertanyaan Kakek Ryu.
"Aku tidak memiliki penjelasan yang cukup. Singkatnya ada seseorang yang menyuruhku untuk mengalahkanmu."
"Seseorang?Siapa yang kau maksud?"
"Mungkin dia sama dengan orang yang kau maksud tadi. Dia berkata, dengan aku mengalahkanmu, kau dan aku bisa terbebas dari tempat ini."
Mendengar jawaban Akira, Kakek Ryu terdiam. Dia menganalisa wajah Akira untuk mencari tahu apakah dia sedang berbohong atau tidak hingga dia menemukan kalau yang Akira katakan adalah sebuah kebenaran.
Usai beristirahat sejenak, Akira memasang kuda-kudanya kembali kemudian menyerang Kakek Ryu. Kakek Ryu menggeleng pelan sebelum menyambut serangan Akira seperti biasa.
Akira terus menyerang ke bagian yang bisa dia jangkau antara perut dan betis. Meski gerakannya sangat lincah namun kakinya masih belum memungkinkan untuk dirinya bisa meloncat lebih tinggi lagi sehingga dia hanya bisa menyerang di bagian tertentu saja.
Sementara Kakek Ryu masih dalam posisi bertahan selagi mengamati setiap gerakan Akira yang tidak henti-hentinya membuatnya terpana. Meski sedikit kesulitan dia masih mampu menahan setiap serangan Akira dengan baik tanpa harus menyerang balik.
'Sejak tadi dia terus bertahan. Apa dia sedang meremehkanku?'
Setiap serangan yang Akira tujukan selalu mampu ditahan oleh Kakek Ryu dengan baik tanpa sama sekali dirinya menyerangnya balik. Akira berpikir kalau Kakek Ryu sedang mempermainkannya. Terlihat dari cara Kakek Ryu menangkis serangannya sambil tersenyum seakan dia menikmati setiap serangan yang Akira kerahkan.
'Kalau begitu bagaimana dengan ini!'
Melihat hal itu, Akira kemudian mengubah pola gerakannya ke tingkat yang lebih rumit dan berhasil membuat Kakek Ryu kecolongan hingga menemukan sedikit celah untuk menyerang.
"Ini dia!"
Segera dia mengambil keuntungan itu untuk menyerang Kakek Ryu dengan menggunakan salah satu skill tangan kosongnya.
"One Deadly Blow!"
Pukulan tersebut mengarah ke bagian yang tidak pernah Kakek Ryu sangka.
"Celaka!"
Mata Kakek Ryu melebar, kali ini dia bereaksi karena kecolongan sehingga memberikan sedikit celah bagi Akira untuk mendaratkan serangan yang mematikan apalagi serangan tersebut mengarah ke bagian sangkar burungnya!
"Protection!"
Sebelum pukulan Akira sampai, sesuatu yang tak kasat mata menghalangi bagian yang ingin dia pukul dan beralih membuat pukulannya itu berhenti mendarat pada sebuah tembok transparan yang keras hingga membuatnya pecah.
Giliran Kakek Ryu yang kali ini mundur mengambil jarak. Dia mengelus dadanya merasa lega seakan-akan nyawanya berhasil selamat dari kematian, biarpun kenyataannya memang seperti itu.
"Hampir saja…"
Gerakan jarinya :)
Like+vote+rate
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
Semau Gue
..oooO..............
...(....).....Oooo...
....\..(.......(...)....
.....\_).......)../.....
...............(_/......
2023-03-16
1
farway
kata 'megalahkan' bisa berarti banyak, misal mengalahkan dalam pertarungan, bermain, lomba, dll
2021-07-10
3
Syahrizal
mo nayak itu umur si MC udh brpa bulan/ tahun ya pas dia ngelawan kakek Ryu yang di eps ini ( jika ad yang berbaik hati boleh di jawab )
2021-07-03
2