"E-eh, Adik kecil, kenapa kau menangis? Apakah wajahku terlalu menakutkan bagimu?"
Pria sepuh itu menghampiri anak kecil berambut pirang yang kini menangis tanpa terisak di depan pintu sambil mencoba menenangkannya karena berpikir dia menangis gara-gara takut dengannya.
Pria sepuh itu kemudian berjongkok di depan Akira sambil mengelus-elus kepalanya sementara Akira masih mengusap-usap air matanya agar tidak mengalir lagi.
"Cup-cup-cup~ kalau begitu aku minta maaf, wajahku memang seperti ini..." Pria sepuh itu tersenyum menampilkan deretan giginya dengan sedikit kekehan mencoba menghibur Akira.
"Siapa yang menangis? Aku tidak menangis, hanya saja aku terkejut melihat kakek ada di sini. Dan siapa yang kakek sebut adik kecil! "
Akira kemudian menatap wajah pria sepuh yang jaraknya hanya beberapa senti di depannya dengan tampang jengkel.
"Kakek, ini Ak...u..." Kata-katanya seketika terhenti bersamaan dengan wajahnya yang kembali terkejut saat melihat wajah pria sepuh yang dia pikir adalah kakeknya tampak berbeda.
"Hm? Ada apa adik kecil? apa kau mengenalku?" Pria sepuh itu berhenti mengelus kepala Akira beralih mengelus jenggot tipisnya dan bertanya dengan mata menyipit, meneliti wajah Akira.
"Apa dulu kita pernah mempunyai semacam hubungan…?"
"Heh?" Saat meneliti wajah pria sepuh di hadapannya lebih jauh barulah Akira menyadari kalau dia bukanlah kakeknya.
'Lukanya hilang? Tidak, dia bukan kakek...'
Akira bisa mengetahui kalau dia bukan kakeknya karena dia sama sekali tidak menemukan ada bekas luka bakar di dahi pria sepuh itu—luka bakar yang sewaktu dulu didapat kakeknya akibat menolong dirinya dikala dia sedang mencoba memasak untuk adiknya yang sedang sakit.
Yang dia lihat malahan lebih banyak luka goresan-goresan kecil di dahi, pipi dan hidung yang terkesan membuat wajah pria sepuh itu sedikit menakutkan, dan setahu Akira luka-luka seperti itu tidak pernah ada pada wajah kakeknya.
"Ah maaf, sepertinya aku salah orang. " Akira buru-buru memalingkan wajahnya merasa malu karena terlalu terbawa suasana.
Kini Akira tidak tahu bagaimana harus bersikap. Di satu sisi hatinya masih sangat marah dan enggan untuk berhubungan dengan orang lain dikarenakan kejadian yang pernah dia alami di kehidupan sebelumnya.
Tetapi disisi lain wajah manusia di depannya saat ini sangatlah mirip dengan kakeknya sehingga dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.
Tidak mau terlalu memikirkannya pada akhirnya Akira memilih memasang ekspresi datar dan bersikap bodo amat.
Pria sepuh itu mendesah sebelum bertanya sambil berdiri, "Apa wajahku mengingatkanmu pada seseorang sampai harus membuatmu sedih seperti itu? "
"Tidak juga. Hanya saja kau sedikit mirip dengan kakekku," ucap Akira dalam posisi membuang muka.
Pria sepuh itu menanggapi dengan tertawa ringan, "Hahaha, benarkah? biar kutebak, pasti dia sosok yang sangat berharga bagimu, benarkan?"
"Ya, bisa dibilang begitu. Lebih tepatnya tidak ada orang lain di dunia ini yang bisa kupercayai selain dia." Akira menggerakan wajahnya menatap pria sepuh itu dengan raut wajah yang kini berubah serius. Dia sampai harus mendongakan kepalanya karena ukuran tubuh pria sepuh itu terlalu tinggi. Saking tingginya dia tidak sampai seukuran lututnya.
"Satu-satunya, ya…" Pria sepuh itu berhenti tertawa saat menatap dalam tatapan Akira.
'Anak ini….Dilihat dari usianya yang masih belia, perihal seperti apa yang dia alami sampai membuatnya berpikir demikian?' Itu yang pria sepuh itu pikirkan ketika menatap mata Akira yang terlihat sungguh-sungguh dengan apa yang baru saja dia katakan. Dari tatapannya dia juga menemukan kebencian yang sangat mendalam yang menurutnya tidak sepantasnya dimiliki oleh orang seusianya.
"Omong-ngomong kau siapa, pak tua? Dari mana asalmu?Mengapa orang sepertimu bisa ada di sini?" Akira bertanya dengan sudut alis meninggi dan logat datar yang membuatnya terkesan tidak sopan.
"Bahasamu kurang pantas untuk seusiamu adik kecil. Apa orang tuamu tidak mengajarkanmu sopan santun? Dan seharusnya Aku yang lebih dulu bertanya seperti itu. " Pria sepuh itu terkekeh dengan kedua tangan memegang pinggang sambil menggeleng pelan menanggapi sikap bocah di hadapannya ini yang dirasa tidak tahu tata krama. Sikapnya yang seperti ini seolah mengingatkannya pada seseorang.
Pria sepuh itu lalu mengusap-usap belakang kepalanya,"Yah… karena kau sudah lebih dulu bertanya, aku akan menjawab pertanyaanmu."
Pria sepuh itu kemudian berbalik dan berjalan kembali ke dekat jendela, ke tempat tadi semula dia berdiri. Sambil memandang keluar jendela dia mulai menjelaskan siapa dia sebenarnya dan mengapa dia bisa berakhir di sini.
Pria sepuh itu memperkenalkan diri sebagai Ryuki.
"Terserah kau mau memanggilku seperti apa, tapi akan lebih baik kalau kau memanggilku Kakek Ryu."
Ryuki—atau sosok yang ingin dipanggil Kakek Ryu bercerita, sebelum dirinya berada di sini dulu dia adalah seorang komandan ksatria yang hebat sekaligus seorang ahli strategi yang dikagumi oleh banyak bawahannya.
Setiap strategi yang dia susun dan diatur sedemikian rupa, dengan segenap komandonya selalu membawakan hasil yang memuaskan dan mencapai sebuah kemenangan.
Semasa hidupnya namanya dikenal luas oleh khalayak orang termasuk musuh-musuhnya yang ketika mendengar namanya akan langsung bergidik ketakutan.
Dari berbagai pencapaian yang berhasil dia capai, tidak jarang dia juga sering dijadikan sebagai sosok motivator oleh banyak anak-anak maupun remaja yang bermimpi ingin menjadi seperti dirinya.
"Namun sayangnya saat itu..."
"Baik-baik sudah cukup ceritanya. Aku rasa tidak terlalu penting mendengar semua ceritamu. Intinya kau ingin bilang di dunia asalmu kau adalah sosok yang terpandang, sudah itu saja." Di tengah-tengah keasyikannya bercerita tiba-tiba Akira memotong dengan gaya bicara yang terdengar malas.
Kakek Ryu yang melihat sikap Akira yang dirasa sungguh tidak sopan karena tiba-tiba memotong ceritanya sama sekali tidak marah. Di satu sisi dia justru malah merasa sedikit lucu apalagi ketika mendengar suara Akira yang terdengar geli di telinga.
Kakek Ryu tersenyum sambil memejamkan matanya sejenak dan terkekeh pelan, di sisi yang berbeda lagi-lagi sikap Akira yang seperti ini seolah mengingatkannya pada seseorang yang tidak lain adalah anaknya sendiri.
Berbeda dengan kebanyakan orang yang mengaguminya sampai menjadikannya sebagai sosok panutan, anaknya sendiri malah berbalik sangat membencinya dan menganggap dirinya bukanlah sosok yang seharusnya disebut seorang ayah. Hubungan mereka bisa dikatakan tidak baik karena setiap bertemu mereka sering bertengkar. Sikap Akira yang seperti inilah yang menjadi ciri khas anaknya di kala itu.
Alasan mengapa anaknya bersikap demikian sederhana, lantaran Kakek Ryu jarang sekali pulang ke rumah, kebanyakan waktunya selalu dihabiskan dengan misi-misi penting dan jabatannya sebagai seorang komandan sehingga dia tidak sempat menyempatkan waktu untuk sekedar bermain atau melatih anaknya.
"Jadi, kenapa sekarang kau bisa ada di sini?" Melihat Kakek Ryu tidak lagi bersuara, Akira berinisiatif bertanya kembali sambil berjalan mengitari bagian depan rumah minimalis tersebut dan meneliti setiap isinya.
Sejauh yang Akira lihat dalam isi rumah tersebut tidak ada satupun barang atau benda berharga yang bisa dia temui. Yang dia temui di sana hanya ada rak buku kosong, satu meja dengan dua kursi usang dan satu lemari tak berisi. Terdapat satu ruangan lagi di belakang rumah yang dia pikir kondisinya tidak akan jauh berbeda dengan yang dia lihat sekarang.
Kakek Ryu menyandarkan kedua tangannya ke bagian alas jendela lalu menonjolkan sebagian tubuhnya keluar tuk menikmati pemandangan luar yang menakjubkan. Dia kemudian menjawab,"Entahlah... Setelah aku mati, tidak tahu kenapa tiba-tiba aku sudah ada di sini," ucap Kakek Ryu terdengar sendu namun tersamarkan oleh sedikit kekehan.
Akira berhenti melihat isi rumah tersebut, pandangannya kini terpaku pada Kakek Ryu, dia menatapnya dengan penuh tanda tanya, 'Apa maksudnya dengan tiba-tiba ada di sini?
Apa dia sama sepertiku?'
Yang Akira maksud adalah, apakah Kakek Ryu juga seorang Player?
Akira menggeleng keras, 'Tidak mungkin. Ya, tidak mungkin. Dia tadi bilang kalau dia sudah lama tinggal di sini. Pasti dia selama ini sudah terjebak di tempat ini dalam waktu yang lama. Mungkin sebelum aku ada disini.' pikir Akira berdasarkan apa yang dia dengar sebelumnya.
"Kupikir saat ini aku sedang berada di surga. Tetapi sebelum aku berada sini, seseorang sempat memberitahukan kepadaku bahwa akan ada satu orang yang akan membebaskanku dari tempat ini. Disaat itulah aku menganggap bahwa aku memang tidak seharusnya berada di sini."
Kakek Ryu menghela nafas dengan jeda yang lama sebelum berbalik dan tersenyum menatap Akira, "Aku tidak pernah menyangka sosok yang dia maksud ternyata adalah kau, adik kecil."
Wajah Akira semakin mengerut dipenuhi dengan pertanyaan mengenai pernyataan yang Kakek Ryu ucapkan.
"Siapa sosok yang kau maksud itu?"
Kakek Ryu tidak langsung menjawab, dia bertopang dagu dengan pandangan sedikit ke atas mencoba mengingat sosok tersebut lalu menjawab pertanyaan Akira "Hm...Kurasa dia pemilik tempat ini. "
"Pemilik tempat ini? Apa kau mengenalnya?" Akira terkejut mendengarnya.
'Cih, kenapa Sistem tidak pernah memberitahuku kalau tempat ini ternyata ada pemiliknya.' gerutu Akira kesal dalam hati dengan tangan terkepal.
"Tidak tahu."
Akira yang tidak puas dengan jawaban tersebut ingin bertanya kembali namun sebelum itu Kakek Ryu sudah lebih dulu memotong.
"Stop...Sudah berapa banyak pertanyaan yang kau lontarkan padaku. Sekarang giliranku yang bertanya. Siapa namamu? Dari mana asalmu?Kenapa orang sepertimu bisa ada di sini? Apa kau benar-benar orang yang akan membebaskanku dari tempat ini?"
Akira menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa risih dengan semua pertanyaan itu,"Pertanyaanmu terlalu banyak,"
Kakek Ryu menaikan satu alisnya, urat emosi di dahinya sedikit keluar, "Hah?Bukannya pertanyaanmu barusan lebih banyak dariku?" Nada bicaranya sedikit meninggi.
Akira berdecak lalu menjawab, "Baik-baik aku akan menjawab pertanyaanmu. Namaku Tora. Tora Akira. Mengenai bagaimana caranya aku bisa ada di sini, singkatnya aku juga sama sepertimu. "
Mata Kakek Ryu terbelalak karena terkejut, "Sama sepertiku? Jadi sebelumnya Nak Tora juga sudah mati?"
"Ya, tetapi bedanya…ah kau mungkin tidak akan mengerti." Akira kesulitan untuk menjelaskannya karena dirinya tahu kalau dia dan Kakek Ryu adalah seseorang yang berasal dari dunia yang berbeda.
"Kenapa?"
"Bukannya aku tidak ingin menjelaskan, tetapi Aku sungguh tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya, dan mungkin kau tidak akan memahaminya."
"Terlalu rumit untuk dijelaskan, ya..."
"Begitulah..."
Setelah itu Kakek Ryu tidak lagi melontarkan pertanyaan, begitupun dengan Akira, mereka berdua kini saling terdiam dan larut dalam pikirannya masing-masing mencoba mencerna keadaan mereka sekarang yang benar-benar tidak masuk akal.
Akira memikirkan kembali hal terkait sebelum dirinya bisa ada di sini. Kakek Ryu pun memikirkan hal yang sama. Di pikiran mereka berdua kini dipenuhi oleh berbagai pertanyaan yang tidak masuk akal dan pastinya akan sangat sulit untuk dijawab.
Beberapa saat kemudian secara tiba-tiba sebuah panel misi muncul di depan Akira membuyarkan pikirannya sekaligus membuatnya terkejut.
Mata Akira melebar, satu hal yang membuatnya terkejut yaitu setelah sejak tadi Sistem terdiam tanpa memberikan arahan apapun, kini secara tiba-tiba menjelaskan misi yang harus dia selesaikan di lantai kesembilan ini yang membuatnya bertanya-tanya mengenai maksud dari misi tersebut.
[Quest lantai sembilan — Misi : Kalahkan sosok pria di depanmu!]
Akira ingin mengumpat dan memaki-maki Sistem saat itu juga namun ketika melihat ada Kakek Ryu di hadapannya dia akhirnya menelan keinginannya itu kembali.
'Sistem Call: Oi, sialan! Yang benar saja! Kalahkan apanya? Kau tiba-tiba muncul dan sekarang langsung menyuruhku untuk melawannya? apa maksudnya ini?'
[Tidak tahu. Pikir saja sendiri.]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
Razali Azli
tiba² jadi benci pada sikap mc. kebalikan saat masih hidup. patutnya mc sadar diri. mc terlalu kurang ajar. biadap
2023-09-01
0
Semau Gue
..oooO..............
...(....).....Oooo...
....\..(.......(...)....
.....\_).......)../.....
...............(_/......
2023-03-15
1
[Reader]
kakek Ryu itu reinkarnasinya Naruto ya
sama-sama dibenci anaknya gara-gara jarang pulang kerumah,lebih mentingin tugas-tugasnya
2021-10-23
1