Banyak pengalaman lainnya lagi yang mungkin lebih menyakitkan dari perihal seperti tadi. Baik itu pengkhianatan, kecaman maupun ketidakadilan yang mereka berikan membawa kehidupannya ke jalan yang dipenuhi kesialan. Meski begitu, sekali lagi, Akira masih bisa mengilhami hatinya untuk selalu bersabar karena dia yakin suatu saat yang di atas pasti akan membalas semuanya.
Benar saja, sewaktu Akira lulus sma dan melanjutkan kuliah di universitas terbaik, dia dipertemukan dengan seseorang yang berhasil membuat hidupnya menjadi sedikit lebih berwarna serta lebih berarti.
Namanya Yui. Dia merupakan sosok yang telah membuat dirinya kembali lagi percaya akan yang namanya suatu hubungan setelah sebelumnya dia sudah muak untuk mempercayainya lagi.
Dia menjadi orang kedua yang bisa dia percayai di dunia ini dan juga sosok yang menjadi segalanya baginya. Berkat kehadirannya, hari-hari yang dia lalui terasa begitu indah.
Namun, segala hal yang membuat hidupnya kembali mempunyai arti itu tidak bertahan terlalu lama. Seiring termakannya waktu, seiring bertambahnya perasaan yang semula hanya seukuran biji jeruk hingga berubah sebesar buah kelapa, lagi dan lagi sesuatu yang tidak ingin terjadi padanya kembali terulang.
Dari semua perihal yang begitu menyesakkan hatinya, perihal yang satu ini bahkan jauh lebih menyakitkan dibanding yang lain.
Bagaimana tidak, sosok yang sudah sangat dia percayai melebihi apapun yang ada di dunia ini, kini tertangkap basah telah berkhianat di hari yang begitu penting baginya, yakni di hari anniversary-nya.
Akira saat itu melihat dengan jelas kekasihnya tengah bercumbu mesra di sebuah taman yang tampak sepi dengan seorang laki-laki dewasa yang tidak dia kenali.
Akira masih tidak mau percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. Hatinya berkecamuk menyaksikan dengan jelas pengkhianatan dari orang terkasihnya itu. Tatapan lemah lembut yang biasa terlukis di wajah Akira seketika berubah 180 derajat menjadi tatapan dingin kelam yang dipenuhi emosi yang membludak.
Hari itu menjadi hari dimana Akira tidak ingin lagi percaya dengan yang namanya suatu hubungan. Dia bersumpah tidak akan lagi percaya dengan semua orang yang ada di dunia ini. Dia juga sudah muak jika harus terus-terusan bersabar, bersabar dan bersabar menerima segala yang terjadi.
Karena pada akhirnya semuanya saja...
Pengkhianat...
Penjilat...
Pembohong...
Bedebah...
Sialan...
Semua emosi yang sudah Akira pendam selama ini dia luapkan dalam kalimat cacian tersebut. Wajah orang-orang yang tidak ingin dia lihat kembali terlintas di pikirannya, dan itu semakin menambah emosi yang ada pada dalam dirinya.
Dengan membawa perasaan tersebut, Akira mendekati kedua orang yang tengah bercumbu itu. Dia meraih kerah baju laki-laki itu, membalikkan tubuhnya secara kasar dan melepaskan sebuah pukulan telak yang berisi seluruh emosi yang sudah dia pendam selama ini.
Pukulan itu mendarat tepat di tepian bibirnya membuat laki-laki itu terkejut bukan main karena tidak sempat bereaksi.
Tangan Akira bergetar setelah menghempaskan pukulan yang begitu keras, diikuti nafas memburu dan gigi gemertak.
Sementara si pengkhianat menjerit histeris meliputi rasa takut dan terkejut, terlebih ketika melihat raut wajah Akira yang begitu mengintimidasi.
"Akira! Maaf! Ini tidak seperti yang kamu lihat! " Yui mencoba menjelaskan, tetapi segera dipotong oleh Akira.
"Diam kau jalangg! " Akira menunjuk kekasihnya yang telah berkhianat itu dengan tatapan dingin dipenuhi amarah.
Kata-kata tersebut tidak pernah Yui sangka akan keluar dari mulut Akira yang dikenal dengan tuturnya yang halus. Dia sampai bergidik ketakutan tidak tahu harus melakukan apa karena telah tertangkap basah.
Disaat fokus Akira lebih terarah pada Yui, laki-laki yang tadi terjatuh karena pukulannya kembali berdiri.
"Aw… sial! Siapa kau! Berani sekali kau melakukan ini padaku!" Laki-laki itu murka sambil menyeka darah yang keluar di tepian bibirnya.
Akira membelalakan matanya terkejut sewaktu melihat laki-laki itu masih bisa berdiri, padahal pukulannya tadi sudah dia kerahkan sekuat tenaga sampai-sampai tangannya pun menjadi bergetar serta mati rasa karenanya.
"Badjingan!! " Akira mengepalkan tangannya lagi dan melesatkan kembali sebuah pukulan pada laki-laki itu. Namun, sebelum pukulannya itu sampai, laki-laki itu sudah lebih dulu menghindar kemudian segera disusul dengan sebuah pukulan balasan darinya.
Pukulan yang mendarat tepat di wajah itu membuat Akira terpental hingga terjatuh. Akira yang tidak mempunyai keterampilan beladiri terlebih fisiknya yang lemah tentu saja kalah refleks sama laki-laki dewasa yang tampak seperti sudah ahli dalam berkelahi.
Sebelum Akira mencoba kembali berdiri, laki-laki itu sudah mengunci tubuhnya terlebih dulu dan mendaratkan beberapa pukulan ke wajahnya hingga membuat wajahnya itu hancur tak berbentuk.
"Hentikan! Sudah kumohon hentikan!"
Yui sendiri tak dapat menghentikan aksi beringas yang dilakukan laki-laki itu meski dia sudah berteriak memohon untuk berhenti, bahkan sampai menangis.
Setelah merasa puas memukuli Akira, barulah laki-laki itu menyudahi aksinya dan berdiri kemudian menyeret paksa Yui untuk meninggalkan Akira yang sudah dalam kondisi yang menyedihkan.
Meskipun dalam kondisi yang sudah babak belur, Akira masih tersadar dan sekilas masih bisa melihat kekasihnya yang telah berkhianat itu melambaikan tangan meninggalkan dia sambil menangis selagi terus diseret paksa oleh laki-laki itu. Raut wajahnya seperti mengartikan sebuah kata maaf yang sangat mendalam untuknya, tetapi Akira tidak bisa menangkap arti dari maksud tersebut.
"Sialan...sakit...sakit sekali...sialan...sialan..." Akira mengumpat kesal. Satu bulir air mata mengalir di pelipisnya.
"Kenapa selalu seperti ini... " Akira mempertanyakan takdirnya yang begitu kejam.
Akira terbaring lemah tak berdaya beberapa saat sebelum rasa sakit yang begitu hebat tiba-tiba menyerang dadanya sehingga memaksa dia harus bangkit.
"Agh..."
Akira mengeluarkan seteguk darah segar dari mulutnya dan mulai merasakan penyakit yang selama ini bersemayam di tubuhnya kembali muncul. Mungkin hal itu terjadi lantaran kejadian barusan.
Akira memaksakan kakinya untuk berdiri melawan rasa sakit yang menyelimuti seluruh tubuh. Dia berjalan tergontai-gontai mencoba mencari bantuan seseorang. Memaksakan tubuhnya untuk tetap fokus.
"Pak, bisa bantu saya tidak? Bisa tolong antar saya ke rumah sakit... " Setelah lama berjalan di atas trotoar yang tampak lengang, Akira akhirnya menemukan seseorang yang bisa dimintai tolong.
"Maaf saya sedang buru-buru. " Alih-alih merasa kasihan melihat kondisi Akira yang babak belur, orang itu malah lebih sibuk dengan ponselnya sambil berjalan mengabaikan permintaan Akira.
"Kak, tolongin saya kak, penyakit saya kambuh lagi... " Akira menemukan kembali orang lain yang bisa dimintai tolong. Dia memohon sambil mengerang kesakitan.
"Urus saja urusanmu sendiri, saya lagi sibuk. " Orang itu juga sama mengabaikan Akira, bahkan terlihat tidak peduli. Akira ingin sekali menghajar orang itu jika kondisinya tidak seperti ini.
Dia kembali mencari bantuan yang lain.
"Kak, tolong saya sebentar… saja... " Kali ini Akira memohon dengan sungguh-sungguh berharap orang yang dia temui kali ini iba dan mau membantunya.
"Aduh, maaf kak tidak bisa. Saya sedang dikejar deadline, nih. Kalau kakak mau cari rumah sakit, tidak jauh lagi kok dari sini… "
"Cih!"
Akira menggertakan giginya kesal dan membuat orang itu terkejut pada perubahan sikapnya yang tampak begitu menakutkan. Dengan segera Akira mengikuti arah yang tadi orang itu tunjuk.
Berjalan di atas trotoar sendirian dengan tubuh yang sudah kacau balau tanpa ada satupun orang yang bisa dimintai tolong membuat Akira merasa hidupnya ini sangat menyedihkan. Satu-dua kendaraan yang hilir mudik pun tidak ada yang mau berhenti untuk menolong.
Akira sungguh mengutuk semua orang yang ada di dunia ini termasuk penciptanya sendiri. Seluruh perasaanya kini diselimuti oleh amarah yang begitu besar. Untuk kali ini dia menyesal telah menjadi orang baik setelah mengetahui kebaikannya sama sekali tidak berarti.
Akira menggigit bibirnya hingga berdarah mencoba mempertahankan kesadarannya lewat rasa sakit tersebut. Dia sebisa mungkin memaksakan kakinya untuk melangkah selagi terus mengumpat dalam hatinya, menyesali apa yang telah dia perbuat selama ini.
Beberapa langkah kemudian, di seberang jalan akhirnya Akira menemukan sebuah bangunan rumah sakit yang tampak dari luar dalam keadaan sepi. Tanpa mau menunda waktu, Akira mulai melangkahkan kakinya menyebrangi jalan setelah merasa aman dari kendaraan yang lewat.
Naasnya di tengah-tengah langkahnya, tiba-tiba rasa sakit di dadanya kembali menyerang, memaksa Akira harus berhenti tepat di pertengahan jalan. Dia kembali mengeluarkan seteguk darah segar ke jalanan. Tidak satu dua kali, Akira terus mengeluarkannya berkali kali sambil terbatuk-batuk hingga membuat seluruh badannya kesakitan dan terjatuh.
"Agh! Sial! " Akira mengumpat pada keadaannya sekarang, "Aku tidak mau mati di sini…" Merasa panik mengetahui posisinya tidaklah baik, pandangan Akira segera berputar ke segala arah, berharap ada seseorang yang iba dengan keadaannya dan segera menolong.
Lengang...
Tidak ada sama sekali orang maupun kendaraan yang lewat. Seakan takdir memang sudah merencanakan skenario kesialan yang kali ini terjadi padanya.
"Sial!… Arggh! Berdiri! Kumohon berdiri… aku tidak mau mati di sini… " Akira menyeret kakinya yang tidak lagi mau berdiri itu menuju ke tepian jalan sambil mengerang meminta pertolongan. Darah segar yang keluar dari mulutnya bertumpahan di jalanan.
"Dewa sialan… kenapa kau begitu kejam? Apa ini balasan atas semua kebaikan yang selama ini telah aku berikan? Hah! Mengapa kau bertindak tidak adil seperti ini? Apa masih belum cukup kau membuatku menderita, hah? " Akira masih menyeret kakinya sedikit demi sedikit sambil terus mengumpat keras untuk kesekian kalinya.
"Sial! Setidaknya beri aku kesempatan untuk membalas perbuatan mereka… "
Harapannya untuk tetap hidup hanya satu, jika kali ini dia bisa selamat, dia bersumpah akan membalas semua orang yang pernah membuatnya menderita.
Namun sepertinya keinginannya untuk tetap hidup itu tidak akan pernah tercapai begitu dia menyadari dari kejauhan sebuah mobil melesat dengan kecepatan tinggi mendekatinya sambil terus membunyikan klaksonnya berkali-kali sampai memekakan telinga.
"Tidak! Aku masih ingin tetap hidup! Kakek tolong bantu aku! Aku sudah berjanji untuk tidak cepat-cepat menyusulmu! Aku akan tetap hidup dan mencari arti kehidupan yang pernah kau ucapkan, tetapi sebelum itu aku ingin membalas perbuatan mereka terlebih dahulu… "
Setelah sepuluh tahun berlalu, di detik kematiannya sekarang, Akira teringat kembali pada kakeknya yang telah tiada. Kakeknya menjadi alasan utama mengapa sampai sekarang Akira tidak pernah menyerah dan terus hidup.
"Sial! Sial! Sial! Sial!!! Kumohon Berdiri! Aku tidak mau mati seperti ini! "
Di detik-detik kematiannya, bayangan para bedebah yang tidak lagi ingin dia lihat tiba-tiba muncul berdiri di depannya dan tampak tersenyum mengejek menghalangi jalannya.
"Bedebah! Awas! jangan menghalangi jalanku sialan! Aku tidak ingin mati…
Awas! Kubilang Awas!!
Aku tidak ingin…
Tit!!!
Mati…
Bruk!!
Akira tidak bisa menghindari mobil yang melaju kencang itu sehingga pada akhirnya dia pun tertabrak. Mobil yang melaju kencang itu pun berakhir menabrak sebuah pohon di persimpangan jalan hingga meledak.
"Kakek, maaf… "
Darah segar mengalir deras keluar dari tubuhnya yang kini hanya tinggal setengah setelah terlindas membasahi jalanan. Kesadarannya mulai meredup diantara suara samar hiruk pikuk orang-orang yang mulai berkumpul penasaran menyaksikan apa yang baru saja terjadi.
"Kenapa kalian baru datang sekarang..." Akira menatap lemah orang-orang yang mengerubunginya.
"Kumohon…tolong aku...Aku...masih ingin… tetap hidup…" Meski dalam keadaan seperti itu, Akira masih berharap dirinya bisa hidup.
[Apa Anda sungguh ingin tetap hidup? ]
Di detik-detik kematiannya, disaat pandangannya mulai menggelap suara seorang wanita dengan logat yang terdengar kaku tiba-tiba muncul entah dari mana menjawab permintaan Akira.
"Ya…aku… ingin… tetap hidup…aku ingin membalas perbuatan mereka...aku ingin tetap hidup..."
Tring!
[Baik, permintaan untuk tetap hidup akan segera dikonfirmasi]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
Semau Gue
..oooO..............
...(....).....Oooo...
....\..(.......(...)....
.....\_).......)../.....
...............(_/......
2023-03-14
1
hakim
kena darah tinggi aku kalau baca novel ni
2022-10-05
0
marselino
babi itu supir ada lia orang di tengah jalan bukan berenti eh tapi,
tambah melaju bikin emosi😡😤
2022-05-26
0