Sebelum pulang.
Seiring malam yang semakin larut, acara pertunangan pun berakhir dengan lancar dan tamu-tamu mulai berpamitan. Kedua keluarga mengucapkan terima kasih kepada tamu yang sudah hadir.
Keluarga Nancy akhirnya berpamitan. "Jeng Mia, terima kasih banyak, ya. Akhirnya rencana kita menjodohkan mereka berjalan lancar," ucap Nyonya Rachel-ibunda Nancy tampak bahagia sambil memeluk Mama Mia.
"Sama-sama, Jeng." Mami Mia tersenyum hangat seraya membalas pelukan calon besannya.
Sementara Ayah Nancy, Tuan Feriawan melakukan hal yang sama dengan Papi Baim.
Nancy yang bergelayut manja di lengan Darrel itupun dengan terpaksa melepaskan tangannya, "Aku pulang dulu, ya, Rel," ucapnya lirih seolah enggan untuk berpisah.
"Hu'um..." Darrel tersenyum sembari menganggukkan kepala, tangannya menggenggam erat tangan Nancy, dan mengusapnya lembut.
Setelah mobil keluarga Nancy berlalu, Mami Mia menghela napas lega. Ia lalu memandang Darrel berharap semoga kebahagiaan selalu menyertai putra sulungnya itu.
Namun, ketidakhadiran Darren, masih menyisakan teka-teki besar baginya. Mami Mia, terlihat sangat khawatir. "Aneh sekali, kenapa Bang Ren tidak hadir bahkan sampai acara selesai?" Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.
"Pi, mami takut terjadi sesuatu sama Bang Ren?" bisik Mami Mia pada Papi Baim.
Papi Baim hanya menggelengkan kepala, berusaha menenangkan istrinya. "Mami tenang saja ya, nanti kita mampir ke bengkel Bang Ren. Mungkin ada sesuatu yang urgent, sehingga dia tidak bisa datang."
Akhirnya mereka sekeluarga meninggalkan hotel. Darren dan Danish ikut dengan mobil orangtuanya, sementara Davin si bungsu mengendari motor sport-nya.
Sesampai di depan bengkel Darren, ruko dua lantai itu tertutup rapat. Bahkan lampu di lantai atas yang biasa digunakan Darren untuk beristirahat atau menginap, sudah padam. Berarti Darren tidak ada di tempat tersebut.
"Sepertinya Bang Ren nggak ada di sini deh, Mi. Buktinya lampunya udah nggak nyala di lantai dua," ujar Danish.
Mami Mia menghela napas panjang, sambil memandangi ruko yang tampak sepi itu.
"Sebaiknya kita segera pulang, barangkali Bang Ren sudah ada di rumah," pungkas Papi Baim.
*
*
"
Kembali di rumah
Semua mata tertuju pada Zeya, termasuk Darrel yang juga menatapnya serius, menunggu kelanjutan ucapannya. Mami Mia, yang sudah tidak sabar, mendekati sang menantu dan mengguncang kedua bahunya. "Apa kata Bang Ren, Sayang? Katakan, cepat!"
Zeya mengerjapkan mata, ia terkejut dengan reaksi ibu mertuanya itu.
Papi Baim segera menarik tangan istrinya dari pundak Zeya. "Mi, kendalikan dirimu."
"Ze, coba katakan dengan jelas, Bang Ren bilang apa?" tanya Papi Baim dengan lembut seraya menatap menantunya.
Zeya menghela napas lalu menjawab, "Bang Ren bilang akan keluar kota karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan."
Zeya meniupkan napasnya lega. "Ya Tuhan, maafkan hamba yang sedikit berbohong," gumamnya dalam hati.
"Maaf, Ze harus ke kamar. Sepertinya Zana dan Zando sudah ngantuk sekali. Permisi." Zeya lalu membawa kedua anaknya ke lantai atas menuju ke kamarnya.
Mami Mia tampak tidak puas dengan jawaban Zeya. Ia merasa aneh, seperti ada sesuatu yang disembunyikan. Tidak biasanya putra keduanya itu bersikap seperti itu.
Papi Baim berusaha menenangkan sang istri dengan mengusap lembut punggungnya. "Kita ke kamar yuk, Mi. Ini sudah malam, sebaiknya kita tidur. Besok kita bisa bertanya pada Kakak, apa yang terjadi dengan Bang Ren."
Mami Mia pun menurut, tetapi sebelum masuk ke kamarnya, ia menoleh ke arah Darrel yang sejak tadi hanya berdiri diam mendengarkan, tanpa sedikitpun mengeluarkan suara. Namun, sebagai seorang ibu, ia tahu putra sulungnya itu merasakan kekecewaan dan kekhawatiran yang sama dengannya.
"Sebaiknya Abang tidur, ya. Pasti sangat capek, kita bisa bicarakan ini besok lagi," ucapnya lembut sambil tersenyum.
"Iya, Mi." Darrel mengangguk, lalu naik ke lantai atas di mana kamarnya berada.
*
Daniel baru saja tiba di rumah dan langsung masuk setelah melihat mobil Papi Baim sudah ada di garasi. Mami Mia, yang sedang menuju ke kamar, mengurungkan niatnya, lalu bergegas menghampiri putra ketiganya itu dengan mata berbinar penuh harapan.
"Sayang, apa benar Bang Ren pergi keluar kota karena ada pekerjaan?" tanyanya dengan nada penasaran, berharap mendapatkan jawaban yang pasti dari Daniel.
"Kakak baru datang, Mi. Biarkan dia duduk dulu," tegur Papi Baim, mencoba meredakan situasi.
"Mami hanya khawatir, Pi," sahut Mami Mia berusaha membela diri
"Katakan, Kak. Jangan membuat mami penasaran," desak Mami Mia.
Daniel menggaruk kepalanya, tampak bingung. Sesaat kemudian menatap ke lantai atas, lalu kembali menatap orangtuanya dengan pandangan yang ambigu. "Mami, Papi... Lebih baik kita bicara di tempat lain, karena ini mengenai Bang Ren," kata Daniel, suaranya pelan seakan tak ingin yang lain mendengarnya.
Mami Mia dan Papi Baim saling pandang dengan tatapan tak mengerti. Namun, Papi Baim kemudian mengangguk. " Baiklah, kita ngobrol di ruang kerja papi saja," katanya, lalu membimbing sang istri masuk ke ruang kerjanya, diikuti oleh Daniel di belakangnya.
Suasana menjadi sangat tegang, dan rasa penasaran Mami Mia semakin memuncak. Daniel menatap kedua orangtuanya dengan serius, lalu mengambil napas dalam sebelum berbicara. "Sejujurnya, Bang Ren memang ada masalah, Mi, Pi. Tapi kakak tidak bisa mengatakan apa-apa tanpa izin darinya..."
"Apa-apaan ini, Kak?" sambar Mami Mia cepat. "Kenapa tidak mau bilang? Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan?" suaranya mulai meninggi.
Papi Baim meletakkan tangan pada bahu istrinya, memberi isyarat untuk menahan diri. "Kakak, tolong beritahu kami apa yang sebenarnya terjadi."
Daniel memijat pelipisnya, dia merasa lelah, tetapi tidak tega melihat wajah kedua orangtuanya yang tampak khawatir. Dia lalu melanjutkan ucapannya.
"Sebenarnya... Bang Ren pergi bukan karena pekerjaan. Tapi dia bilang, butuh waktu sendiri untuk menata hatinya."
Mami Mia tersentak kaget sambil mengernyit bingung, sementara Papi Baim meminta klarifikasi. "Apa maksudnya, Kak? Bicaralah yang jelas biar kami paham."
"Bang Ren, dia...." Daniel tampak ragu.
.
Tolong, jangan lompat bab, ya gaes.
Jangan lupa like 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Aditya hp/ bunda Lia
bilang ajah Daniel biar jelas
2025-10-12
1
Patrick Khan
nama nya hampir sm q kadang bingung 🤭danil daren darel trs sapa lg😁
2025-10-12
1
ora
Ini menoleh ke arah Darren atau Darrel/CoolGuy/
2025-10-11
1