...~Hidup memang penuh dengan ketidakpastian, namun perpindahan merupakan salah satu hal yang pasti~ Raditya Dika....
Happy Reading !!!
Jam telah menunjukan pukul 9 pagi menurut waktu Amerika Serikat. Zizi saat ini terlihat duduk dikursi kebersarannya di Rumah Sakit. Sepertinya wanita itu baru saja memeriksa rekam medis milik salah satu pasiennya.
Drrtttt….
Drrtttt….
Drrtttt….
Handphone Zizi bordering diatas meja kerjanya. Gadis itu langsung melihat siapa yang sedang menghubunginya saat ini. “My Mom” Nama itu yang ternyata tertera dilayar hapenya. Dengan segera, Zizi langsung mengangkatnya. Ia tidak mau sang mama menunggunya terlalu lama.
‘Iya. Assalamualaikum Ma.” Sahut Zizi setelah sambungannya tersambung.
“Waalaikumsalam sayang, kamu lagi dimana ?.”Tanya sang mama dengan penuh kelembutan.
“Zizi lagi di Rumah Sakit ma, biasa kerja.” Jawab Zizi.
“Oo gitu.. Sayang, mama mau ngomong sesuatu sama kamu.” Ucap sang mama dengan ragu. Tampak dari nada bicaranya, ada keraguan yang terselip. Entah apa yang akan dibicarakan oleh sang mama padanya.
“Mama mau ngomong apa ? Ngomong aja kali ma.” Ucap Zizi dengan sedikit tertawa mencoba mencairkan ketenangan.
“Hhaha.. Kamu ini bisa aja mencairkan suasana.” Sahut sang mama. “Jadi gini sayang, semalam mama dan papa sempat ngobrol-.”
“Ngobrolin apa ma ?.” Tanya Zizi menyela ucapan sang mama.
“Makanya dengerin dulu, jangan langsung menyela. Kamu ih kebiasaan banget.” Kesal mama Jihan.
“Hhehe.. Iya maap mah.” Ucap Zizi dengan terkekeh kecil. Ia memang senang jika membuat mama nya kesal seperti ini. “Silakan dilanjutkan lagi nyonya.” Ujar Zizi.
“Aduh tadi sampai mana ya.” Ucap mama Jihan lupa.
‘Sampai Belanda ma.” Sahut zizi yang semakin gencar menggoda sang mama.
“Aduh jauh banget tuh. Semalam mama dan papa sempat ngobrol, papa minta kamu untuk segera pulang ke Indonesia.” Seru mama Jihan.
“Kenapa ma ? Mau ada acara apa memangnya ?.” Tanya Zizi heran.
‘Ngak ada acara apapun sih. Tapi papa mau kamu kerja di Indonesia aja mulai sekarang.” Jawab sang mama.
Mendengar itu, Zizi terdiam. Sebenarnya ia masih ingin berada di Amrik namun ia juga tidak mau menentang kemauan orang tuanya. “Tapi ma, zizi masih mau disini.” Gadis itu mencoba mengutakan keinginannya.
“Sayang, dengarin mama. Kamu udah lama banget tinggal disana nak, apa kamu ngak mau dekat sama mama dan papa ?.” Tanya sang mama.
“Huft.. Ya udah deh ma. Zizi akan ikutin kemauan mama dan papa. Zizi akan pulang beberapa hari lagi, karena zizi harus urus surat pengunduran diri dulu.” Jawab Zizi memilih mengikuti kemauan orang taunya.
“Nah, gitu dong. Itu baru anaknya mama.” Seru mama Jihan.
“Yaudah kalau gitu zizi lanjut kerja dulu ya ma. Assalamualaikum.” Ucap zizi sebelum menutup sambungan telefonnya.
“Waalaikumsalam.” Jawab sang mama lalu segera mematikan sambungannya.
Setelah menerima telefon dari sang mama, Zizi langsung terdiam di ruangannya. Sepertinya gadis itu saat ini sedang termenung. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang ini, ia begitu enggan meninggalkan kota ini namun ia juga tidak bisa membantah perkataan orang tuanya. Mungkin dengan mengikuti keinginan orang tuanya, itu lebih baik menurut Zizi.
***
Saat ini Zizi sedang berjalan dikoridor Rumah Sakit tempat ia bekerja bersama dengan Tristan. Mereka sedang mencari keberadaan Nana yang sejak tadi tidak tau entah kemana. Gadis itu seakan menghilang dari penglihatan mereka sejak tadi pagi.
“Kemana perginya Nana ?.” Tanya Tristan disela-sela langkah kakinya.
“Entahlah.. Gue juga ngak tau, gue ngak lihat dia dari tadi pagi.” Sahut Zizi dengan mengangkat kedua bahunya.
“Ya sudah, kita cari dikantin Rumah Sakit aja, mana tau dia ada disana.” Seru Tristan yang diangguki oleh gadis itu. Mereka berjalan menulusuri jalanan hingga tiba disebuah kantin Rumah Sakit. Mereka mengedarkan pandangan mereka untuk mencari keberadaan seorang gadis yang sedangmereka cari.
Zizi langsung menoleh tak kala ekor matanya menemukan keberadaan sahabatnya itu. “Prince itu dia.” Tunjuk Zizi menunjuk sebuah tempat yang agak jauh dari tempat mereka berdiri.
“Oh iya, ayo kita kesana.” Sahut Tristan mengajak Zizi mendekati Nana yang saat itu terlihat sedang termenung. Entah apa yang sedang gadis itu pikirkan saat ini, hanya dialah yang tau.
“Hey, Queen. Kenapa melamun ?.” Seru Tristan membuyarkan lamunan Nana. Dan benar saja, Nana pun terlonjak kaget saat mendengar suara dari sahabat laki-laki nya itu.
‘Tau tuh, nanti kesambet baru tau rasa lo.” Timpal Zizi dengan kekehan kecilnya.
Zizi melihat raut wajah sedih dari sahabatnya itu, ia pun semakin penasaran apa yang membuat Nana seperti ini. “Ada apa sih na ? Ada masalah ? kalau ada masalah cerita aja sama kita.” Ucap Zizi yang kini tengah duduk disamping Nana.
“Mama sama papa minta gue untuk segera pulang ke Indonesia. Mereka bilang, gue udah terlalu lama disini dan udah terlalu lama jauh dari mereka.” Jawab Nana dengan ekspresi datarnya.
“Lalu ?.” Tanya Zizi lagi sementara Tristan hanya menyimak saja obrolan mereka dari tadi tanpa berniat untuk menyautinya.
“Sebenarnya gue masih belum mau pulang. Gue masih mau disini dan mengejar impian gue. Tapi gue juga ngak mau buat mereka sedih. Kalian pasti tau kan, gue sangat sayang sama mereka.” Sahut Nana dengan nada Frustasi. Jujur saja ia bingung harus melakukan apa sekarang ini.
Suasana pun hening seketika, karena tidak ada yang berbicara. “Kalau menurut gue sih, mending lo ikutin aja kemauan orang tua lo itu. Mungkin mereka udah benar-benar kangen sama lo. Lagipula lo juga bisa wujudkan impian lo di Indonesia bukan !! Gue yakin meraka ngak akan halangin impian lo.” Zizi akhirnya membuka suaranya, gadis itu tampak memberikan pendapatnya pada masalah yang dihadapi oleh Nana. Walau bagaimana pun, ia juga merasakan hal yang sama.
Nana terdiam mencerna ucapan dari sahabatnya itu. Ia pikir apa yang dikatakan oleh zizi adalah hal yang benar. Lagi pula setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya.
“Tapi itu artinya kita akan berpisah.” Ucap nana dengan sendu.
Zizi menggelengkan kepalanya dengan tersenyum kecil. “Kita tidak akan berpisah dan lo ngak akan sendiri.” Jawab Zizi.
“Maksud lo ? Tanya Nana bingung. karena ia sungguh bingung dengan apa yang dimaksud oleh Zizi saat ini.
“Karena gue juga akan pulang ke Indonesia bersama lo.” Jawab Zizi. “Mama gue juga telfon dan minta gue untuk segera pulang. Sama kayak lo, gue juga ngak bisa menolak permintan mereka.” Sambung Zizi menjawab pertanyaan yang ada didalam otak sahabatnya itu meskipun sebenarnya Nana tidak mengatakan pertanyaan itu secara langsung.
“Beneran ? Wah lo memang sahabat gue yang ter the best deh.” Seru Nana kegirangan dan langsung memeluk Zizi dengan erat.
“Iya sayang ku.” Zizi pun membalas pelukan Nana. Mereka berdua sangat bahagia namun tidak halnya dengan Tristan. Ia tampak sedih mendengar ucapan dari kedua sahabatnya itu.
“Berarti gue dong yang tinggal sendirian.” Sahut Tristan dengan nada kecewa.
“Ya udah, kita pulang bertiga aja dan cari kerja dirumah sakit yang sama.” Timpal Zizi.
Tristan tersenyum. “Gue pasti akan pulang tapi ngak sekarang. Ada hal penting yang harus gue lakukan disini. Tapi gue janji akan segera menyusul kalian ke Indonesia.” Jawab Tristan.
Mulai hari ini, baik Zizi maupun Nana sudah sibuk mengurus surat pengunduran diri mereka di Rumah Sakit. Tentu saja pihak Rumah Sakit tidak akan mengizinkan mereka pergi dengan begitu mudahnya. Mereka berdua adalah dokter terbaik dirumah sakit itu. Karena kecerdasan otak mereka, mereka berdua dipercaya dan dinobatkan sebagai dokter favorite dan dokter terhebat di Rumah Sakit tempat mereka bekerja.
Hallo Readers !!!
Ketemu lagi di ceritanya Dokter Zizi dan perjalanan kisah cintanya. Jangan lupa tinggalin jejaknya ya dengan cara Vote, Like, dan Koment.
With Love,
Author ☺
21.10.2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nadia Ayu Alhasani Sitorus
seru
2020-10-26
0
Umi Yan
Semangat kak..., ditunggu lagi up terbarunya😊
Salam dari "Cinta Sang Desainer" terimakasih🙏
2020-10-22
0
Nova Indri
lanjut lg thor..
2020-10-21
0