Airmata Mei Ling terburai seperti rangkaian manik-manik yang terlepas dari benangnya. Wajah pucat kusam, dengan tubuh kurus lusuh. Menjadi pemandangan ironi baginya.
Sosok Gu Jia, wanita paruhbaya yang sedang duduk termenung didepan jendela sembari memeluk erat gaun sutra kesayangan Xiao Mei Ling asli.
Sejak kepergian putri kesayangannya, Gu Jia mengurung diri dikamar. Kesehatannya menurun dratis dan tak pernah merawat diri.
Sering menjerit, mengamuk histeris. Mengabaikan suami, anak bahkan orangtuanya sendiri.
Rumor yang tersebar diluaran, Gu Jia sudah gila karena tak menerima kematian putri semata wayangnya.
"Ibu, apakah ini reinkarnasimu..? atau kalian kembar..?" ucap haru bahagia Mei Ling dalam hati.
Seperti dibentuk dalam cetakan yang sama, sosok Gu Jia benar-benar serupa dengan mendiang ibunya.
Hanya berbeda nama dan kisah saja.
Jika dialam surgawi ibu Mei Ling bernama Jing Mei dan ayahnya Xiao Long dan Mei Ling cuma memiliki satu kakak lelaki yang juga tewas bersama kedua orangtuanya.
Dengan lunglai, Mei Ling menyeret kakinya mendekati Gu Jia. Tangan ramping berjari-jari lentiknya terulur bergetar.
"Ibu...!" seru lirih Mei Ling, bersimpuh dihadapan Gu Jia.
Tubuh Gu Jia menegang, matanya bergeser cepat, menunduk menatap wajah gadis cantik yang bertumpu dipangkuannya.
Dua garis airmata luruh, menghiasi pipi keriputnya, yang perlahan menjadi deras bak banjir bandang.
"Ibu..!" isak Mei Ling.
Tangan Gu Jia terulur, menyentuh sisi wajah Mei Ling. "Putriku, Ling'er...!" panggilnya terbata.
Mei Ling mengangguk cepat "iya, ini aku putri ibu..!"
Gu Jia menoleh, menatap sang suami yang berdiri diambang pintu bersama kedua mertua dan para iparnya.
Xiao Chen tersenyum, menggangguk pelan dengan airmata meniti lambat.
Gu Jia menjerit kencang, meraih tubuh Mei Ling lalu memeluknya erat. Tangis pilunya mengiris udara, menghapus goresan luka yang selama lima tahun ini ia rasakan.
"Ling'er, putriku..! Kemana saja kau gadis nakal..?" ujarnya tergugu menepuk perlahan punggung Mei Ling, guna meluapkan segala rasa yang bercokol dijiwanya.
"Ibu...!" Xiao Mei Ling tak mampu menjawab. Dadanya sesak bak diremas tangan-tangan berduri tak kasat mata.
Antara bahagia dan luka, berpedar menyatu menggoreskan lara dalam hatinya.
Xiao Chen mendekat, sementara para adik dan ipar, keponakan serta orangtuanya, saling berpelukan menangis tergugu haru gembira.
"Suamiku, putri kita kembali. Ling'er kita pulang..!" parau Gu Jia mengadu, kala Xiao Chen memeluk tubuh lemahnya dan Mei Ling.
"Iya, putri kita sudah pulang. Jadi mulai sekarang kau tidak boleh bersedih lagi, kau harus makan dengan benar." kata Xiao Chen.
Gu Jia mengangguk "iya, aku tidak akan bersedih lagi. Aku akan memasak makanan kesukaanmu dan anak-anak kita. Aku akan makan banyak sekali, aku tidak akan mengabaikan kalian lagi." oceh bersemangat Gu Jia.
Mei Ling mengurai pelukannya, mengusap airmata yang deras mengalir dikedua pipi Gu Jia.
"Maaf sudah membuat ibu menderita, maaf..!"
Gu Jia menggeleng cepat "tidak, putriku adalah gadis yang berbakti. Kau tidak pernah membuat ibu menderita. Terimakasih sudah kembali..!"
Gu Jia memeluk erat sang putri, menghujani pucuk kepala dan wajah anak kesayangannya itu.
"Kakek tua, kali ini aku sangat berterimakasih kepadamu, karena kau membuangku kealam ini dan memberikan aku keluarga yang utuh."
Suara hati Mei Ling senang, karena bisa merasakan kembali kasih sayang keluarga yang sudah empat belas tahun hilang dari genggamannya.
Bug Bug Bug Brak
"Adik. Ling'er...!" teriak Xiao Fang Lee, berlari kencang menerabas para saudara sepupu, paman dan bibinya.
Pemuda berusia sembilan belas tahun itu, langsung melesat pulang. Setelah dikabari oleh Xiao Kang, jika adik perempuannya telah kembali.
"Gadis nakal, kau masih ingat pulang rupanya..?" pekik Fang Lee mendelik dengan tubuh bergetar.
Matanya memerah antara sedih bahagia bercampur syukur.
Mei Ling terkekeh, mengusap airmatanya. Berdiri lalu berlari menubruk tubuh tinggi menjulang Fang Lee.
"Kakak...!"
Fang Lee membalas, mendekap Mei Ling tak kalah erat. Mulutnya mengomel sengit, meluapkan kebahagiaan yang membuncah didadanya.
"Kemana saja kau ini...?" tanya Fang Lee menelisik wajah merona rupawan sang adik.
Mei Ling tersenyum, menatap pahatan tampan kakak keduanya. Baru akan menjawab, derap langkah mengalihkan atensi kesemua orang.
"Tuan, nyonya..! benarkah Ling'er kembali..?"
"Kakak Ling...!"
Dua sosok wanita cantik berbeda generasi, menatap Mei Ling dengan mata mebulat sempurna.
Wajah Xiao Mei Ling menggelap, menatap nyalang penuh dendam pada dua sosok perempuan itu. Rahang tirusnya mengeras perlahan, dengan aura membunuh yang merembes tipis menguar dari tubuhnya.
Tapi tiga detik kemudian, air wajahnya kembali ceria. Senyum manis sejuta makna tersemat dikemanisan ranumnya.
"Ling'er...!"
"Kakak...!"
"Selir Dong, adik Jing..! Bagaimana kabar kalian..?" tanya Mei Ling.
"Jing'er, ini sungguh dirimu..? Kau masih hidup..?" tanya tergagap selir Dong.
"Iya, ini aku Xiao Mei Ling." jawabnya menyeringai.
"Sayangnya kumpulan lalat itu tidak berhasil membunuhku, jadi aku masih hidup dan harus mengecewakan orang-orang yang menginginkan kematianku." sambung Mei Ling mencibir.
"Ling'er, apa maksudmu..?" tanya kaget Xiao Chen, ketua Xiao, para paman dan Fang Lee kompak.
Sementara para wanita mendelik tegang, saling melirik sembari merengkuh lengan para suami dan kakak serta adik mereka.
Selir Dong dan Xiao Jing, mengepalkan tangan masing-masing sembari mengumpat kesal dalam hati.
Mei Ling tersenyum ramah, menatap satu persatu wajah orang-orang yang amat menyayangi sosok Xiao Mei Ling asli.
"Nanti aku akan menceritakan semuanya, sekarang bolehkah aku meminta makanan. Aku lapar..!" katanya manja dengan bibir mengerucut.
Semua terkekeh.
Dengan bersemangat Gu Jia bangkit, berucap girang jika ia yang akan memasak.
Nyonya Xiao tua, Xiao Rong dan para istri serta selir putra Xiao. Juga ikut menyahut, lalu bersama-sama pergi kedapur.
Selir Dong dan Xiao Jing pun turut serta.
Netra tajam Mei Ling terhunus tajam menguliti punggung Selir Dong dan Xiao Jing.
Tak lama tuan dan nyonya Gu tua tiba disana, bersama kakak dan adik Gu Jia.
Keluarga Klan Gu langsung pergi mendatangi kediaman besan mereka, setelah Xiao Kang memberi kabar.
Aula tamu klan Xiao riuh ramai, berselimut kehangatan dan keharuan. Obrolan penuh untaian kasih menguar ringan disana.
Nyonya Gu tua berulang kali mencium pipi Xiao Mei Ling. Wanita berusia enam puluh sembilan tahun itu, tak jua berhenti menitikan airmata bahagia.
JANGAN LUPA UNTUK SELALU 👇
👍 Like disetiap bab.
❤️ Subscribe.
⭐️ Rate bintang lima.
👑 Vote setiap hari senin.
🌹Kalau ada poin, boleh setangkai mawarnya.
🔔 Tinggalkan komentar penyemangat.
Terimakasih...!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Lia raga Lomi
lanjut kk jgn trllu lma upnya kk🥰🥰😍🤭🤭🌹🌹🌷🌷💐
2025-10-27
0