Perubahan Qing Mei

Qing Mei baru saja keluar dari ruang ajaib yang misterius. Napasnya masih belum teratur setelah pengalaman luar biasa itu. Namun begitu ia melangkah ke luar kamar, suara gaduh dari luar rumah sederhana mereka langsung membuat jantungnya berdegup kencang.

Suara jeritan ibunya terdengar pilu.

“Tolong! Jangan pukul anak-anakku!”

Qing Mei berlari keluar. Begitu ia membuka pintu, pemandangan di depan rumah membuat darahnya mendidih. Sang ibu, Qing Rong, berlutut sambil menangis, sementara kedua kakaknya, Qing Wei dan Qing Dao, tengah dipukuli oleh beberapa pria bertubuh besar.

Di sisi lain, seorang wanita gemuk mengenakan hanfu mahal berdiri sambil tertawa puas.

“Inilah akibatnya kalau berani berutang tanpa bisa membayar!” serunya dengan nada menghina.

“Berhenti!” suara Qing Mei menggema tajam di udara.

Semua orang serentak menoleh. Bahkan Qing Rong yang tengah menangis, mendongak kaget melihat putrinya keluar dari rumah.

“Mei’er! Kenapa kamu keluar, nak? Masuk lagi! Cepat!” seru Qing Rong panik sambil berusaha berdiri.

Qing Mei menatap ibunya yang pucat, lalu melihat luka di wajah kedua kakaknya. Dadanya terasa sesak. “Bu, apa yang terjadi? Siapa mereka?” tanyanya dengan suara gemetar tapi tegas.

Wanita gemuk itu melirik Qing Mei dari atas ke bawah, matanya menyipit penuh niat jahat.

“Ohh … ternyata putrimu ini masih hidup rupanya. Cantik juga.” Ia tertawa pelan, lalu melanjutkan dengan nada keji, “Lumayan untuk dijadikan pekerja di rumah bordil. Setidaknya bisa menutupi sedikit utang kalian.”

“Jangan!” Qing Rong berteriak histeris sambil memeluk kaki wanita itu. “Jangan ambil anakku! Dia tidak tahu apa-apa, tolong!”

“Ambil aku saja!” Qing Wei yang babak belur berseru. “Jangan sentuh adik kami!”

“Benar! Kami akan kerja lembur, akan cari koin, asal jangan ambil adik kami!” tambah Qing Dao, berdiri dengan tubuh gemetar menahan sakit.

Namun wanita gemuk itu hanya mendengus sinis.

“Sampah miskin seperti kalian tak punya pilihan. Bawa gadis itu!” perintahnya pada para pengawal.

Dua pengawal bertubuh besar langsung maju dan meraih lengan Qing Mei. Tapi sekejap kemudian.

Krak!

“Arghhh!!”

Salah satu pengawal menjerit ketika Qing Mei dengan gerakan cepat memutar lengannya hingga terdengar bunyi patah dari sendinya. Tubuh besar itu langsung terpelanting ke tanah.

Semua orang terpaku.

“M–Mei’er?” suara Qing Rong lirih, matanya membelalak tak percaya.

“Adik bisa bela diri?” gumam Qing Wei terkejut sambil mengusap darah di bibirnya.

Qing Mei berdiri tegap, pandangan matanya tajam dan dingin. Ia mengambil posisi kuda-kuda yang pernah ia pelajari di dunia modern. Aura kepercayaan diri terpancar kuat darinya.

Meskipun dia sering dikatakan anak pembawa sial, tanpa diketahui keluarganya, Mei Lan merupakan gadis yang berbakat dan multitalenta.

“Siapa pun yang berani maju selangkah lagi,” katanya dengan suara rendah tapi tajam seperti pisau, “akan kutebas tanpa ampun.”

Wanita gemuk itu melotot geram.

“Dasar sombong! Tangkap dia, hei pengawal bodoh! Dia hanya seorang gadis kecil!” teriaknya panik namun masih berlagak berani.

Kelima pengawal maju bersamaan, menghunus pedang. Qing Mei menghela napas dalam.

Bugh!

Dalam sekejap, ia melompat ke depan, menendang dada salah satu pengawal hingga terjengkang, lalu merebut pedangnya. Pedang berkilat di tangannya, gerakannya cepat, ringan, dan penuh ketepatan.

Setiap ayunan menghasilkan jeritan, pengawal-pengawal itu tumbang satu demi satu, meringis menahan sakit di tanah.

Saat pedang terakhir terayun, hanya suara napas berat Qing Mei yang terdengar.

Wanita gemuk itu mundur dengan wajah pucat pasi.

“Kalian … kalian tidak akan bisa lolos dari ini! Kalian akan menyesal melawanku!” teriaknya sebelum kabur terbirit-birit bersama beberapa pengawalnya yang masih bisa berjalan.

Qing Mei berdiri di tengah halaman, napasnya terengah-engah. Tangannya yang memegang pedang sedikit gemetar. Tubuh ini terlalu lemah. Aku harus melatihnya secepat mungkin.

Ia melempar pedang ke tanah dan segera berlari ke arah keluarganya.

“Bu, Kakak! Kalian tidak apa-apa?” katanya sambil berlutut di depan mereka.

Qing Rong langsung memeluk putrinya erat-erat, menangis di bahunya.

“Nak apa yang kau lakukan? Dari mana kau belajar semua itu?” suaranya serak karena tangis.

Qing Mei mengusap air mata di wajah ibunya dengan lembut.

“Nanti aku jelaskan, Bu. Sekarang yang penting kalian aman dulu.”

Qing Wei menatap adiknya tak percaya.

“Aku … aku tidak pernah tahu adikku yang lemah bisa seperti itu,” katanya setengah bercanda untuk menutupi haru di dadanya.

Qing Dao tersenyum tipis meski bibirnya pecah berdarah.

“Sepertinya adik kecil kita bukan gadis biasa lagi.”

Qing Mei hanya tersenyum kecil, tapi dalam hatinya ia bertekad kuat. Mulai sekarang, aku tidak akan biarkan siapa pun menyakiti keluargaku lagi.

Setelah wanita gemuk itu kabur bersama pengawalnya, suasana rumah kecil keluarga Qing kembali hening. Hanya suara jangkrik dan napas berat Qing Mei yang terdengar. Darah dari luka kedua kakaknya menetes ke tanah, dan wajah sang ibu masih pucat ketakutan.

“Masuk, Bu. Kakak juga. Ayo, kita ke dalam dulu,” ucap Qing Mei lembut, menopang tubuh ibunya yang gemetar.

Mereka bertiga perlahan masuk ke rumah. Di ruang tengah yang sederhana, Qing Wei dan Qing Dao duduk bersandar di dinding, wajah mereka lebam dan tangan mereka penuh luka.

Qing Rong menatap mereka dengan mata berkaca-kaca, sementara Qing Mei bergegas masuk ke kamarnya.

Beberapa saat kemudian, ia kembali membawa sebuah kotak putih kecil.

“Mei’er, itu apa?” tanya Qing Rong heran. “Kotak aneh apa itu?” tambah Qing Dao, menatap benda itu curiga.

Qing Mei tersenyum samar. “Mei'er menemukannya di hutan waktu mencari kayu bakar, Bu. Seorang pengelana memberikannya padaku sebelum pergi.”

Qing Rong tampak ragu, tapi ia terlalu lelah untuk bertanya lebih jauh. “Hati-hati ya, jangan sampai benda itu berbahaya.”

“Tidak apa-apa, Bu. Percayalah padaku.”

Qing Mei membuka kotak P3K yang sebenarnya berasal dari ruang ajaib gelang peraknya. Aroma antiseptik langsung tercium, sesuatu yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Ia mengeluarkan kapas, alkohol, dan perban steril.

Dengan hati-hati, ia mulai membersihkan luka di pipi Qing Wei.

“Agh … perih!” Qing Wei mengerutkan dahi, tapi tidak bergerak.

“Tahan sedikit, Kak. Ini untuk mencegah infeksi,” kata Qing Mei lembut.

“Infek … apa?” Qing Dao mengernyit heran.

“Hmm … semacam luka yang bisa membusuk kalau tidak dibersihkan,” jawab Qing Mei cepat, mencoba mencari kata sederhana.

Qing Rong memperhatikan setiap gerakan putrinya. Dari mana dia belajar hal-hal seperti ini? pikirnya, tapi ia hanya diam.

Hati seorang ibu tahu, ada sesuatu yang berbeda pada putrinya sejak sang putri sadar, tapi untuk saat ini, ia hanya merasa bersyukur.

Setelah membalut luka-luka mereka, Qing Mei menutup kotaknya dan tersenyum puas.

“Sudah. Besok pasti agak membaik,” katanya sambil mengusap tangan.

Qing Wei menatapnya takjub. “Aneh sekali, tidak terasa sakit lagi,” ucapnya, memandangi perbannya.

“Aku juga,” tambah Qing Dao, menggerak-gerakkan tangannya pelan. “Apa benar ini dari pengelana, Mei’er?”

Qing Mei tersenyum samar. “Ya, sepertinya benda ini memang ajaib.”

Suasana sempat tenang sejenak, sampai akhirnya Qing Mei menatap ibunya serius.

“Bu, siapa sebenarnya orang-orang tadi? Kenapa mereka memukul Kakak dan menagih utang?”

Wajah Qing Rong berubah muram. Ia menunduk, jemarinya saling menggenggam erat.

“Mereka penagih utang, nak.” suaranya bergetar. “Sudah beberapa bulan ini mereka datang ke rumah.”

Qing Mei mengernyit. “Utang? Tapi dari mana asalnya? Dalam ingatan—” Ia terhenti sejenak, lalu mengubah kalimatnya, “Maksud Mei'er, bukankah Ibu tidak pernah berutang pada siapa pun?”

Qing Wei menatap adiknya, lalu menarik napas panjang. “Sebenarnya itu bukan utang Ibu,” katanya dengan nada getir.

Qing Mei menatapnya tajam. “Lalu siapa?”

Qing Dao menjawab dengan wajah penuh amarah.

“Nenek. Dan juga Bibi. Mereka yang berutang, tapi yang dikejar justru kita.”

“Apa?!” suara Qing Mei meninggi tanpa sadar.

“Ya,” sahut Qing Wei. “Beberapa waktu lalu mereka pinjam koin untuk membuka usaha, tapi gagal. Mereka beralasan kalau Ibu bagian dari keluarga, jadi penagih datang ke kita.”

“Tapi kenapa mereka tidak membayar sendiri?” tanya Qing Mei menahan emosi.

“Karena mereka menganggap kita beban,” jawab Qing Dao lirih.

Qing Rong menunduk lebih dalam, matanya mulai berkaca-kaca. “Maafkan Ibu,” katanya pelan.

Dia memang selalu sisihkan oleh keluarganya. Karena menikahi pria miskin yang sekarang keberadaannya entah ke mana.

Hening sejenak, hanya suara api dari tungku dapur kecil terdengar lembut, seolah menyayat ketenangan yang rapuh itu.

Qing Mei menggenggam erat tangannya. Di dalam pikirannya, ingatan Qing Mei asli muncul satu per satu kenangan keluarga yang menindas, ejekan, dan rasa tak berdaya.

Matanya menatap tajam ke luar jendela.

“Jadi begitu,” katanya pelan tapi dingin. “Mereka berani menindas Ibu hanya karena kita miskin.”

Qing Wei menatap adiknya khawatir. “Mei’er, jangan macam-macam. Kita tidak bisa melawan mereka. Mereka punya hubungan dengan pejabat desa.”

Tapi Qing Mei tersenyum tipis, senyum yang tidak pernah dilihat oleh siapa pun sebelumnya.

“Tenang saja, Kak. Aku tidak akan gegabah.”

Ia menatap gelang perak di pergelangan tangannya, yang berkilau samar. “Tapi aku juga tidak akan diam. Orang-orang itu harus belajar apa artinya membayar harga atas perbuatan mereka.”

Qing Rong memegang tangan putrinya, menatapnya lembut tapi penuh kekhawatiran.

“Mei’er, jangan melibatkan diri dalam urusan kotor itu. Ibu tidak ingin kehilanganmu juga.”

Qing Mei menatap ibunya, lalu tersenyum lembut. “Aku janji, Bu. Aku tidak akan meninggalkan Ibu dan Kakak. Tapi kali ini, biarkan aku melindungi kalian.”

Terpopuler

Comments

Kusii Yaati

Kusii Yaati

yang aq suka dari novel kak Yul adalah di samping ceritanya yang bagus tata bahasanya juga enak di baca dan mudah di pahami, jarang menemukan typo.semangat kak Yul 💪😘

2025-10-15

4

Ayudya

Ayudya

na ini yg aku suka dari karya thor cewe nya Badas dan ga gampang di tindas lanjut ka

2025-10-08

5

Ida Kurniasari

Ida Kurniasari

gimana nasib keluarga di zaman modern thor apa tidak ada penyesalan ?

2025-10-10

1

lihat semua
Episodes
1 Mei Lan
2 Transmigrasi Dan Ruang Ajaib
3 Perubahan Qing Mei
4 Meningkatkan Kekuatan
5 Identitas?
6 Nenek Dan Bibi Qing
7 Berlatih
8 Menolong
9 Kecerdasan Qing Mei
10 Makanan Baru
11 Ambisi Kakek Qing
12 Penyusup
13 Kedatangan Tamu Tak Diundang
14 Dekret Kaisar
15 Pencuri
16 Hilang
17 Hukuman
18 Ganti Rugi
19 Rahasia
20 Meninggalkan Desa Pao
21 Dihadang Keluarga Qing
22 Hukuman Untuk Tetua Qing
23 Seorang Budak?
24 Pemuda itu Chen
25 Tiba di Kekaisaran Giok Surgawi
26 Pendaftaran Akademi
27 Tes Pendaftaran Sekte Surgawi
28 Undangan Jamuan
29 Jamuan Makan
30 Dari Zaman Modern?
31 Teman Masa Lalu?
32 Kejadian Masa Depan
33 Keluarga Gila
34 Awal Mula Kehancuran
35 Kenyataan Terungkap
36 Hancur
37 Teman Sekamar
38 Musuh Baru
39 Kutukan
40 Siapa Dia?
41 Pedang Patah?
42 Kumbang Api
43 Toko Misterius
44 Zhu Shu Sembuh
45 Identitas Yang Terbongkar
46 Akan Membalas Mereka
47 Menolong Putri Zhu Shu
48 Menyembuhkan Permaisuri
49 Menyembuhkan Permaisuri 2
50 Permaisuri Sembuh
51 Permaisuri Sadar
52 Dua Fenomena
53 Menerobos Dewa Perang
54 Membelokkan Petir Surgawi
55 Siapa Pria Bertopeng?
56 Putra Mahkota Zhu Jin
57 Memberikan Pelajaran
58 Sesuatu Mengejutkan
59 Para Dewa Tersembunyi
60 Hukuman Para Selir
61 Adu Domba
62 Permintaan Yang Ditolak
63 Bertemu Lagi Keluarga Qing
64 Pertarungan
65 Rencana Jahat
66 Diculik
67 Kedatangan Mei
68 Kedatangan Wei dan Dao
69 Kehancuran Keluarga Lian
70 Hukuman
71 Desas Desus
72 Reruntuhan Kuno
73 Petunjuk
74 Pria Bertopeng Itu Adalah ...
75 Menyamar?
76 Penyamaran Tetua Yuan Zhao
77 Ciuman Pertama
78 Pesan Tetua Yuan Zhao
79 Menyempurnakan Tubuh Dewa
80 Keadaan Darurat
81 Serahkan Mei!
82 Pertarungan Berlanjut
83 Kemunculan Seseorang
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Mei Lan
2
Transmigrasi Dan Ruang Ajaib
3
Perubahan Qing Mei
4
Meningkatkan Kekuatan
5
Identitas?
6
Nenek Dan Bibi Qing
7
Berlatih
8
Menolong
9
Kecerdasan Qing Mei
10
Makanan Baru
11
Ambisi Kakek Qing
12
Penyusup
13
Kedatangan Tamu Tak Diundang
14
Dekret Kaisar
15
Pencuri
16
Hilang
17
Hukuman
18
Ganti Rugi
19
Rahasia
20
Meninggalkan Desa Pao
21
Dihadang Keluarga Qing
22
Hukuman Untuk Tetua Qing
23
Seorang Budak?
24
Pemuda itu Chen
25
Tiba di Kekaisaran Giok Surgawi
26
Pendaftaran Akademi
27
Tes Pendaftaran Sekte Surgawi
28
Undangan Jamuan
29
Jamuan Makan
30
Dari Zaman Modern?
31
Teman Masa Lalu?
32
Kejadian Masa Depan
33
Keluarga Gila
34
Awal Mula Kehancuran
35
Kenyataan Terungkap
36
Hancur
37
Teman Sekamar
38
Musuh Baru
39
Kutukan
40
Siapa Dia?
41
Pedang Patah?
42
Kumbang Api
43
Toko Misterius
44
Zhu Shu Sembuh
45
Identitas Yang Terbongkar
46
Akan Membalas Mereka
47
Menolong Putri Zhu Shu
48
Menyembuhkan Permaisuri
49
Menyembuhkan Permaisuri 2
50
Permaisuri Sembuh
51
Permaisuri Sadar
52
Dua Fenomena
53
Menerobos Dewa Perang
54
Membelokkan Petir Surgawi
55
Siapa Pria Bertopeng?
56
Putra Mahkota Zhu Jin
57
Memberikan Pelajaran
58
Sesuatu Mengejutkan
59
Para Dewa Tersembunyi
60
Hukuman Para Selir
61
Adu Domba
62
Permintaan Yang Ditolak
63
Bertemu Lagi Keluarga Qing
64
Pertarungan
65
Rencana Jahat
66
Diculik
67
Kedatangan Mei
68
Kedatangan Wei dan Dao
69
Kehancuran Keluarga Lian
70
Hukuman
71
Desas Desus
72
Reruntuhan Kuno
73
Petunjuk
74
Pria Bertopeng Itu Adalah ...
75
Menyamar?
76
Penyamaran Tetua Yuan Zhao
77
Ciuman Pertama
78
Pesan Tetua Yuan Zhao
79
Menyempurnakan Tubuh Dewa
80
Keadaan Darurat
81
Serahkan Mei!
82
Pertarungan Berlanjut
83
Kemunculan Seseorang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!