Bab 4. Kecil-kecil Drama

Camelia yang sedang makan di temani oleh pengasuhnya karena memang kalau siang hari ayah dan ibunya pasti sibuk kerja di rumah sakit, bertanya pada pengasuhnya itu.

"Bibi Uni. Sekarang jam berapa?" tanya Camelia sambil mengunyah makanannya.

Uni yang berada di sebelah Camelia. Membantu gadis kecil itu memotong sayuran dan daging yang ukurannya masih terlalu besar ingin bisa di makan dalam satu suapan segera melihat ke arah jam tangan di pergelangan tangannya.

"Jam 1 nona, kenapa nona bertanya jam? nona mau nonton film kartun Smurfs kesukaan nona itu ya? atau Upin dan Ipin?" tanya Uni yang memang setiap harinya setelah makan siang menemani nona kecilnya itu menonton film kartun televisi.

Karena setelah makan, Vania selalu mengatakan pada Uni. Agar Camelia jangan langsung tidur. Harus duduk bersandar dulu, atau berdiri paling tidak satu jam. Itu akan sangat baik untuk menjaga asam lambung tidak naik.

Namun mendengar pertanyaan dari pengasuhnya itu, Camelia kecil menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak bibi Uni, kakak meminjam boneka panda milikku, hadiah yang kemarin diberikan oleh nenek. Kata kakak hanya satu jam. Tadi, dia pinjam saat ibu belum berangkat kerja. Sampai sekarang, bukannya sudah satu jam ya bibi Uni. Aku rasa lebih dari satu jam!"

Camelia terlihat berpikir dengan keras. Karena sebenarnya dia merasa kalau memang waktu berjalan begitu lama, dan dia yakin kalau waktu itu lebih daripada satu jam.

Uni yang mendengar perkataan Camelia, dan selama 5 tahun dia bekerja di tempat ini. Camelia memang tidak pernah bicara bohong. Segera menghela nafas panjang.

"Non, kenapa non Caca meminjamkan boneka itu pada nona Raisa. Bukannya saat nyonya besar Vivian, memberikan boneka itu kemarin. Nyonya sudah bilang jangan berikan pada siapapun, jangan biarkan siapapun mengambilnya..."

"Caca tidak berikan bibi, kakak bilang pinjam. Kakak bilang kalau Caca tidak kasih pinjam. Itu artinya Caca pelit. Kakak bilang, kalau Caca pelit nanti Ibu akan sangat kecewa dan marah pada Caca" jelas Camelia kecil dengan mata berkaca-kaca.

Uni sampai tidak tega. Uni segera mengusap punggung Camelia yang terlihat sedih.

"Ya sudah, nona habiskan makanannya ya. Biar bibi Uni yang ambil bonekanya. Yang putih hitam itu kan?" tanya bibi Uni yang langsung diangguki penuh semangat oleh Camelia.

Uni pun pergi ke kamar Raisa. Dan Camelia melanjutkan makannya dengan lebih semangat. Karena dia akan segera bertemu dengan Miao-Miao kesayangannya itu lagi.

Uni meraih gagang pintu kamar Raisa. Tapi pengasuh Camelia itu terkejut. Karena kamar Raisa di kunci. Camelia saja tidak pernah mengunci kamarnya.

Kening Uni sedikit mengernyit. Lalu wanita yang usianya sekitar 35 tahunan itu segera mengetuk pintu kamar Raisa itu.

Tok tok tok

"Non, non Raisa!" panggil Uni.

Di dalam kamarnya, Raisa yang sedang melakukan eksperimen mengenaskan pada boneka panda Camelia terkejut bukan main mendengar suara pengasuh Camelia.

Raisa pun segera mengangkat boneka itu dan membawanya ke arah jendela kamarnya.

Raisa meletakkan boneka itu di bawah, membuka pintu kamarnya dan melemparkannya dari kamarnya yang ada di lantai dua ke bawah.

Raisa melihat boneka itu terjatuh ke bawah, dia tampak tersenyum lalu dengan cepat menutup jendela.

Uni yang berada di luar kamar menjadi tidak sabar.

'Apa nona Raisa tidur siang ya. Tapi harusnya dia bangun kan dengar ketukan pintuku. Aku sudah mengetuk pintu enam kali' gumamnya dalam hati.

"Non!"

Tok tok tok

Uni makin khawatir.

"Jangan-jangan pingsan..." ujarnya cemas.

"Non"

Ceklek

Melihat Raisa akhirnya membuka pintu. Dan melihat kondisi anak itu sepertinya baik-baik saja. Uni menghela nafas lega.

"Syukurlah, bibi kira non Raisa pingsan!"

Raisa tersenyum.

"Aku dari kamar mandi, bi!" jawabnya dengan ramah.

Gadis kecil itu sungguh pandai membuat alasan. Dia juga bisa merubah ekspresi wajahnya dengan sangat cepat. Sangat mengerikan.

"Oh begitu, oh ya non. Bibi kemari itu, mau ambil bonekanya nona Caca. Boneka panda nona Caca yang katanya nona Raisa pinjam!" kata bibi Uni dengan cepat.

Raisa mendengus kesal.

'Ck, untung aku sudah lempar boneka itu ke bawah!' batin Raisa.

"Bibi, tadi ada kucing masuk kamarku. Dan dia menarik boneka panda itu keluar jendela..."

Uni mengernyitkan keningnya. Kenapa dia merasa apa yang dikatakan gadis kecil di depannya itu janggal sekali. Mana ada kucing pernah masuk ke kamar anak-anak. Kamar anak-anak kan di lantai dua. Sedangkan kucing, ada di kandangnya yang berukuran 3 kali 3 meteran di halaman belakang tidak pernah dibiarkan lepas.

"Non, mana bisa si belang manjat. Kan si belang selalu di kandang!"

"Bibi tidak percaya padaku. Apa karena aku memang bukan anak kandung keluarga ini? aku hanya anak adopsi, makanya bibi merendahkan aku. Apa karena bibi pengasuh Camelia, makanya bibi pilih kasih dan tidak suka padaku hiks hiks!"

Raisa bisa membuat dirinya menangis dengan sangat cepat.

Uni sampai kebingungan. Dia tidak bermaksud membuat Raisa menangis. Dia hanya mengatakan kalau kucing rasanya tidak mungkin masuk kamar apalagi bisa membawa boneka yang ukurannya lebih besar dari tubuh kucing itu sendiri.

Gadis kecil di depannya malah mengatakan soal merendahkan, anak adopsi, soal pengasih yang pilih kasih. Uni yang bingung menghadapi anak di depannya itu. Segera mengusap wajahnya. Dia pikir, daripada meladeni drama anak di depannya itu. Lebih baik dia segera mencari boneka nona kecilnya.

"Ya ampun non, jangan menangis. Bibi sama sekali tidak merendahkan non. Kita ini sama lah non, manusia biasa. Siapa yang bisa merendahkan manusia lainnya. Ya sudah, bibi mau ke bawah, ambil bonekanya!" ucap Uni yang langsung pergi dari tempat itu.

Sementara Raisa segera menyeka air matanya dengan cepat. Bahkan setelah menangis seperti itu. Gadis itu bisa dengan cepat tersenyum.

"Ambil saja!" katanya yang mengisyaratkan makna lain di balik kata-kata itu.

Uni sudah berada di dekat kolam renang. Dimana jendela kamar anak-anak terlihat terbuka dari bawah.

Uni melihat boneka itu persis di bawah jendela kamar Raisa. Namun saat Uni mendekat, Uni dibuat kaget bukan main.

"Ya ampun, boneka non Caca! kenapa jadi kayak gini?" tanyanya cemas.

Masalahnya boneka itu sudah tidak utuh lagi. Matanya tinggal satu. Tangannya sudah putus sebelah, kakinya juga sudah tidak utuh lagi, sudah compang-camping. Bahkan dakron kualitas premium yang ada di dalam boneka itu sudah banyak keluar dari bagian ketiak, dari bagian perut dan leher. Lehernya juga nyaris putuss.

"Aduh, gimana ini? non Caca pasti sedih sekali. Masa iya sih, ini perbuatan kucing. Rasanya tidak mungkin!" keluh Uni yang merasa tidak mungkin seekor kucing bisa membuat kerusakan sebanyak itu pada boneka panda Camelia.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Camelia pasti sedih boneka pandannya rusak, raisanya pgn aku getok pake gayung tuh nakal bingit boneka kesayangan Camelia dirusak
m...

2025-10-16

2

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

M⃠Ꮶ͢ᮉ᳟Asti 𝆯⃟ ଓεᵉᶜ✿🌱🐛⒋ⷨ͢⚤

Raisa gemesin banget sih kamu, saking gemesinnya aq pengen nenggelamin kamu kelaut 🤣🤣

2025-10-15

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Pertemuan Mereka
2 Bab 2. Sempat Ditentang
3 Bab 3. Licik Sejak Kecil
4 Bab 4. Kecil-kecil Drama
5 Bab 5. Tak Sesuai Usia
6 Bab 6. Menghasutt
7 Bab 7. Bermuka Dua
8 Bab 8. Makin Jadi
9 Bab 9. Cari Gara-gara Lagi
10 Bab 10. Terungkap
11 Bab 11. Akan di Sekolahkan di Asrama
12 Bab 12. Merasa Disingkirkan
13 Bab 13. Sampai di Asrama
14 Bab 14. Tegas
15 Bab 15. 11 tahun Kemudian
16 Bab 16. Pertemuan Pertama dengan Rayyan
17 Bab 17. Pendekatan
18 Bab 18. Selalu Kalah
19 Bab 19. Ke Perusahaan Rayyan
20 Bab 20. Semakin Dekat
21 Bab 21. Semakin Hilang Akal
22 Bab 22. Jahatnya Raisa
23 Bab 23. Senjata Makan Tuan
24 Bab 24. Semakin Tak Punya Hati Nurani
25 Bab 25. Sudah Mendekati Sikopet
26 Bab 26. Senyum yang Mengerikan
27 Bab 27. Benar-benar Kejam
28 Bab 28. Mencuri Identitas Camelia
29 Bab 29. Pernikahan
30 Bab 30. Camelia Selamat
31 Bab 31. Eren Walisson
32 Bab 32. Awal Pembalasan
33 Bab 33. Bosan Pura-pura
34 Bab 34. Pertemuan Eren dan Rayyan
35 Bab 35. Berpura-pura itu Tidak Menyenangkan
36 Bab 36. Sebenarnya Sedih
37 Bab 37. Mulai Memperhatikan
38 Bab 38. Kebetulannya Terlalu Banyak
39 Bab 39. Tak Sesuai Rencana
40 Bab 40. Merasa Bersalah
41 Bab 41. Perawat Magang
42 Bab 42. Merasa Berbeda
43 Bab 43. Bertemu Lagi
44 Bab 44. Ketahuan
45 Bab 45. Hamil
46 Bab 46. Meminta Maaf
47 Bab 47. Obsesi
48 Bab 48. Pembalasan
49 Bab 49. Akhirnya
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1. Awal Pertemuan Mereka
2
Bab 2. Sempat Ditentang
3
Bab 3. Licik Sejak Kecil
4
Bab 4. Kecil-kecil Drama
5
Bab 5. Tak Sesuai Usia
6
Bab 6. Menghasutt
7
Bab 7. Bermuka Dua
8
Bab 8. Makin Jadi
9
Bab 9. Cari Gara-gara Lagi
10
Bab 10. Terungkap
11
Bab 11. Akan di Sekolahkan di Asrama
12
Bab 12. Merasa Disingkirkan
13
Bab 13. Sampai di Asrama
14
Bab 14. Tegas
15
Bab 15. 11 tahun Kemudian
16
Bab 16. Pertemuan Pertama dengan Rayyan
17
Bab 17. Pendekatan
18
Bab 18. Selalu Kalah
19
Bab 19. Ke Perusahaan Rayyan
20
Bab 20. Semakin Dekat
21
Bab 21. Semakin Hilang Akal
22
Bab 22. Jahatnya Raisa
23
Bab 23. Senjata Makan Tuan
24
Bab 24. Semakin Tak Punya Hati Nurani
25
Bab 25. Sudah Mendekati Sikopet
26
Bab 26. Senyum yang Mengerikan
27
Bab 27. Benar-benar Kejam
28
Bab 28. Mencuri Identitas Camelia
29
Bab 29. Pernikahan
30
Bab 30. Camelia Selamat
31
Bab 31. Eren Walisson
32
Bab 32. Awal Pembalasan
33
Bab 33. Bosan Pura-pura
34
Bab 34. Pertemuan Eren dan Rayyan
35
Bab 35. Berpura-pura itu Tidak Menyenangkan
36
Bab 36. Sebenarnya Sedih
37
Bab 37. Mulai Memperhatikan
38
Bab 38. Kebetulannya Terlalu Banyak
39
Bab 39. Tak Sesuai Rencana
40
Bab 40. Merasa Bersalah
41
Bab 41. Perawat Magang
42
Bab 42. Merasa Berbeda
43
Bab 43. Bertemu Lagi
44
Bab 44. Ketahuan
45
Bab 45. Hamil
46
Bab 46. Meminta Maaf
47
Bab 47. Obsesi
48
Bab 48. Pembalasan
49
Bab 49. Akhirnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!