Bab 5 Mungkin Salah Mengira

Rayyan baru kembali dari bulan madunya dengan Manda hari ini. Karena Alex dan Eve juga sempat pergi bulan madu, Rayyan tak mungkin meninggalkan perusahaan kosong.

Jadi, begitu Alex kembali, giliran Rayyan yang pergi bersama Manda. Ia bahkan tidak hanya mengambil cuti beberapa hari—melainkan satu bulan penuh.

Mengingat selama ini Rayyan nyaris tak pernah mengambil cuti, Alex memberikannya tanpa banyak tanya.

Namun sebelum Rayyan benar-benar kembali ke rumah, Alex sempat mengirimnya ke cabang perusahaan untuk menyelesaikan sedikit masalah di sana. Maka, baru hari ini Rayyan dan Manda benar-benar pulang.

Sebenarnya Manda sudah sangat lelah sejak tadi, tapi matanya langsung terbuka saat menyadari mobil mereka tidak mengambil jalan menuju apartemen Rayyan.

“Ray, kau mau mengajakku ke mana lagi?” tanyanya curiga.

“Pulang.”

“Tapi ini bukan jalan pulang.” Manda melirik sopir di depan, namun pria itu tetap diam. Ia menatap Rayyan lagi, dan suaminya hanya membalas dengan senyum samar.

Ini memang bukan jalan ke apartemen Rayyan—bukan juga ke apartemennya sendiri. Tapi Manda mulai mengenali arah itu. Mereka menuju kawasan tempat Alex tinggal.

Ia sempat berpikir kalau Rayyan hanya ingin mampir, tapi mobil itu malah terus melaju, melewati rumah Alex begitu saja.

“Ray, kita tidak—”

“Tidak. Aku sudah bilang, aku akan membawamu pulang.”

Mobil berbelok ke gang kedua, lalu melambat. Seorang penjaga gerbang segera membuka pintu begitu melihat mobil mereka datang.

Rumah itu berdiri anggun, dengan gaya yang mengingatkan Manda pada rumah Alex.

Halamannya luas, rerumputan hijau menutupi tanah, dan sebuah taman kecil mempermanis sudutnya.

Bukan rumah yang terlalu besar, tapi bagi Manda, tempat itu terasa sangat mewah dan hangat. Warna putih mendominasi seluruh bagian, memberi kesan bersih dan tenang.

“Ray … rumah siapa ini?” tanyanya, masih menatap bangunan itu dengan mata berbinar.

“Rumah kita. Mulai hari ini, kita akan tinggal di sini. Semua barang-barangmu sudah ada di dalam.” Rayyan tersenyum tipis. Tatapannya dalam, penuh kasih.

“Ray ….” Suara Manda bergetar. Air matanya menggenang, berkilau di bawah lampu halaman. Tanpa sadar, kedua tangannya melingkari leher Rayyan, memeluk pria itu erat-erat. “Terima kasih ….”

“Tidak. Aku yang berterima kasih karena kau sudah memilihku. Memberi rumah ini—itu kewajibanku sebagai suami.”

“Tetap saja aku ingin berterima kasih,” ucap Manda lembut, mencium pipi Rayyan sekilas.

“Hanya itu?”

“Apa?”

“Aku butuh ucapan terima kasih yang lebih dari itu.”

Manda terkekeh kecil. “Rayyan, kau sadar tidak? Sekarang kau jadi lebih cerewet.”

“Aku hanya cerewet pada orang-orang tertentu,” balas Rayyan sambil mengangkat tubuh mungil istrinya ke dalam gendongan. “Ayo, kita lihat kamar baru kita. Aku penasaran, kasurnya cukup nyaman atau tidak.”

“Jangan berpikir aneh-aneh. Kita baru sampai, dan aku tidak mau melakukannya. Lagipula, kau berkeringat.”

“Kau menolak, tapi di saat yang sama memberiku ide,” ujar Rayyan dengan senyum nakal. “Sekarang aku justru tertarik mencoba kamar mandinya.”

Para pelayan baru di rumah mereka berdiri berbaris di depan pintu, membungkukkan badan dalam sapaan hormat.

Rayyan hanya membalas dengan anggukan tipis sebelum melewati mereka. Ia sudah tidak sabar mencoba bathtub di kamar mandi.

“Setidaknya biarkan aku melihat rumah baru kita dulu,” kata Manda setengah protes.

“Kita punya banyak waktu untuk itu. Nanti kau bisa melihat sepuasnya. Sekarang kau juga berkeringat—aku harus membantumu membersihkan diri.”

“Aku bisa melakukannya sendiri.”

“Aku yang mengajukan diri, dan aku tidak ingat perlu meminta persetujuanmu,” balas Rayyan, sudut matanya berkilat licik.

Pria itu mendudukkan Manda di atas meja, lalu mulai melepaskan bajunya satu per satu.

“Tunggu sebentar. Jangan bergerak dari situ. Aku akan menyiapkan air untuk kita.”

Rayyan menunduk sedikit, melepas pakaiannya dengan hati-hati, lalu berjalan ke kamar mandi. Baru beberapa langkah, dia menoleh lagi—sekadar memastikan Manda tidak berpindah tempat.

“Ray, aku bukan anak kecil yang akan jatuh hanya karena duduk di sini.”

“Bukankah memang begitu?”

“Kau bilang apa tadi?”

“Tidak ada,” jawabnya cepat. Rayyan melepas kemejanya sepenuhnya, melemparkannya ke keranjang pakaian kotor sebelum menyalakan air dan mulai mengisi bak mandi.

Padahal setiap hari Manda melihat tubuh suaminya tanpa busana, tapi entah kenapa ia tak pernah merasa bosan. Punggung itu lebar, kokoh, seolah hanya tersusun dari otot dan tenaga.

“Memandangi saja tidak akan membuatmu puas,” ucap Rayyan tanpa menoleh, lalu mendekat dan mengangkat tubuh Manda, membawanya masuk ke dalam bak air.

Sementara itu, semua barang-barang mereka masih di mobil. Sopir sudah membawanya masuk, tapi hanya berani meletakkannya di sofa luar.

Pintu kamar pasangan itu tertutup rapat—tidak ada yang berani mengetuk.

Sampai waktu makan malam tiba, belum ada tanda-tanda dari mereka.

Makanan sudah siap, tapi tak seorang pun berani mengganggu. Akhirnya, pelayan memutuskan untuk menyimpan makan malam itu di lemari pendingin.

Namun belum lama mereka menutup pintu kulkas, Rayyan muncul, berjalan santai sambil mengenakan kausnya.

“Maaf, Pak. Kami pikir Anda tidak akan keluar. Kami baru saja menyimpan makan malamnya, akan kami hangatkan kembali sebentar,” ucap salah satu pelayan buru-buru.

“Tidak perlu. Istriku sudah tidur. Simpan saja di sana, hangatkan kalau nanti dia lapar. Kalau dia bangun, katakan aku pergi sebentar,” ujar Rayyan datar. Ia mengambil sebotol air dingin, meneguknya cepat, lalu pergi terburu-buru.

Baru saja Nic menghubunginya, mengatakan bahwa mereka sedang menunggunya di rumah Alex.

Untung jarak rumahnya tak jauh, jadi Rayyan tiba dalam waktu singkat.

Nic dan Alex tampak sedikit terkejut melihat kedatangannya yang begitu cepat.

“Aku baru kirim pesan, belum lima menit, tapi kau sudah muncul di sini. Apa kau memang bergentayangan di mana-mana?” Nic sambil menatapnya, menelisik.

“Kau sudah pindah ke sini, Ray?” tanya Alex.

“Baru saja.”

“Pindah? Ke mana?” Nic menatap mereka bergantian, tapi tak satu pun menjawab. Alex dan Rayyan malah berjalan melewatinya begitu saja.

“Hei! Aku masih bicara dengan kalian.” Nic mempercepat langkah, menyusul mereka.

“Aku pindah ke kawasan ini. Di gang kedua.” Akhirnya Rayyan menjawab tanpa menoleh.

“Sungguh? Kenapa aku baru tahu? Mungkin aku juga harus pindah ke sini.”

“Tidak ada unit kosong untukmu,” potong Alex cepat.

“Kenapa tidak?”

“Karena aku yang memberikan rumah itu untuk Rayyan. Dan aku akan memastikan tidak ada unit tersisa di sekitar sini untukmu. Kalau kau tinggal di dekatku, Damien dan Daisy tidak akan pernah mau pulang. Lebih baik kau dan Nelly tetap di tempat kalian sekarang.”

“Ck! Tapi mungkin kau benar. Dua anakmu itu … semakin dewasa, semakin berbahaya.”

Mereka masuk ke ruang kerja Alex. Pintu tertutup rapat, menyisakan keheningan berat yang hanya dipecah oleh suara langkah mereka.

Mengenai Laura, Alex langsung mengambil tindakan. Saat itu juga, ia memerintahkan agar keberadaan wanita itu dilacak.

Tak lama, Rayyan mendapat kabar: Laura menaiki kereta menuju kampung halamannya—dan kereta itu telah berangkat lima menit yang lalu.

Rayyan menatap layar ponselnya beberapa saat sebelum memutus sambungan. “Dia pergi setelah mendengar kabar kematian Eldy, tanpa sekalipun menengok makamnya. Ada kemungkinan besar dia akan kembali lagi, Tuan.”

“Masukkan dia ke daftar hitam,” perintah Alex datar. “Jika dia terdeteksi memasuki kota ini lagi, segera laporkan padaku. Jangan beri dia celah, sekecil apa pun.”

Nada suaranya keras, tapi di balik itu tersimpan sesuatu yang lebih dalam—kewaspadaan dari seseorang yang sudah terlalu mengenal bahaya bernama Laura.

Ketegangan di ruangan itu terhenti sejenak ketika ponsel Nic berdering.

“Nelly.” Ia berdiri, melangkah ke dekat jendela, menjauh sedikit dari mereka.

“Iya, Nell?”

“….”

“Kenapa? Ada sesuatu?”

“….”

“Aku akan segera pulang.”

Nada suaranya berubah tajam, dan itu cukup untuk membuat Alex menatapnya serius. “Ada masalah?” tanyanya.

“Nelly memintaku pulang. Aku harus pergi sekarang.” Nic segera mengenakan blazernya, meraih kunci mobil, lalu keluar tergesa.

Nelly memang tidak menjelaskan banyak, tapi nada suaranya tadi—cemas, nyaris panik—tidak seperti biasanya. Dan itu cukup membuat Nic tak tenang.

Begitu tiba di apartemen, ia langsung menemukan Nelly duduk di ruang tamu, menunggunya.

“Nic ….”

“Ada apa? Anak-anak baik-baik saja?” tanyanya cepat.

“Mereka tidur. Tapi ….”

Nic mendekat, menarik pinggang Nelly ke dalam pelukannya. “Katakan saja.”

Nelly menatapnya dengan ragu. “Aku tidak yakin … tapi aku merasa ada seseorang di bawah sana. Dia berdiri lama, menghadap ke arah apartemen ini.”

Nic segera berjalan ke jendela, menyingkap tirai.

“Di sana, Nic!” Nelly menunjuk ke arah gang di depan apartemen. “Aku melihatnya beberapa kali. Dia berdiri di situ, menatap ke atas.”

“Kau melihat wajahnya?”

“Tidak. Dia memakai jaket hitam dengan tudung kepala dan celana panjang. Tapi … mungkin aku salah lihat. Aku tidak yakin.”

Nic memperhatikan jalan di bawah—kosong. Hanya beberapa pejalan kaki lewat dengan langkah acak.

Ia menutup tirai, mengusap punggung Nelly perlahan. “Sudahlah. Jangan khawatir. Aku di sini. Tidak ada yang akan terjadi padamu.”

Melihat wajah Nelly yang masih tegang, Nic menggandeng tangannya, membawanya ke kamar. Damien dan Daisy sudah lelap di kamar sebelah, napas keduanya tenang dan teratur.

Malam semakin larut ketika telepon dari Alex masuk.

Nic menjelaskan apa yang baru saja terjadi.

Setelah mendengarnya, Alex terdiam lama, matanya menatap ke satu titik tanpa fokus.

“Ada masalah dengan anak-anak?” Rayyan memecah diam itu.

“Tidak.” Alex menatapnya sekilas. “Di mana Edgar sekarang?”

***

Episodes
1 Bab 1 Kesalahan Fatal
2 Bab 2 Bertingkah Aneh
3 Bab 3 Tidak Akan Mengganggu Kalian Lagi
4 Bab 4 Seseorang Mengirimnya
5 Bab 5 Mungkin Salah Mengira
6 Bab 6 Sesuatu yang Salah
7 Bab 7 Paket Teror
8 Bab 8 I'm The Queen
9 Bab 9 Terjebak Dengan Masa Lalu
10 Bab 10 Hanya Mengambil Langkah Mundur
11 Bab 11 Pindah ke Regalsen
12 Bab 12 Terlalu Memanjakannya
13 Bab 13 Hanya Semakin Tertekan
14 Bab 14 Tidak Akan Rela
15 Bab 15 Aborsi
16 Bab 16 Ayah Jahat dan Kejam
17 Bab 17 Itu Adalah Karma
18 Bab 18 Tidak Membiarkannya Menyerah
19 Bab 19 Melukai Hatinya
20 Bab 20 Jaga Dia Dengan Baik
21 Bab 21 Tidak Tertolong
22 Bab 22 Terlambat
23 Bab 23 Bangunlah, Ayah ...!
24 Bab 24 Tidak Ingin Menyakiti Hatinya
25 Bab 25 Bawa Aku ke Regalsen
26 Bab 26 Regalsen
27 Bab 27 Sangat Membingungkan
28 Bab 28 Mau Berkhianat Padaku, Ed?
29 Bab 29 Damien
30 Bab 30 Dia Belum Meninggal
31 Bab 31 Ayah Berbeda
32 Bab 32 Pria yang Malang
33 Bab 33 Tergoda Olehnya
34 Bab 34 Kembali dengan Sendirinya
35 Bab 35 Menjadikan Damien Miliknya
36 Bab 36 Andai Memilihnya
37 Bab 37 Anak Kita Masih Hidup
38 Bab 38 Dia di Sekitar Kita
39 Bab 39 Tidak Mungkin Orang yang Sama
40 Bab 40 Mendengarnya Dengan Jelas
41 Bab 41 Mulai Gelisah
42 Bab 42 Kau Harus Pulang, Damien
43 Bab 43 Damien ....
44 Bab 44 Mempermainkannya Terlalu Jauh
45 Bab 45 Kecewa Padamu
46 Bab 46 Sangat Membencinya
47 Bab 47 Pergilah ke Neraka
48 Bab 48 Tidak Memiliki Simpati
49 Bab 49 Selalu Melindunginya
50 Bab 50 Tidak Bisa Kehilangan
51 Bab 51 Hanya Sebatas Kontrak
52 Bab 52 Sang Pewaris
53 Bab 53 Terlalu Menyiksa
54 Bab 54 Sesuatu yang Salah
55 Bab 55 Kau Berkhianat!
56 Bab 56 Bisa Mengubah Apapun
57 Bab 57 Selamat Bersenang-senang
58 Bab 58 Mengabulkan Keinginannya
59 Bab 59 Pasti Akan Memuaskannya
60 Bab 60 Membuangnya ke Laut
61 Bab 61 Memiliki Nasib yang Sama
62 Bab 62 Membawa Tanggung Jawab yang Besar
63 Bab 63 Melihatnya Lagi
64 Bab 64 Sebagai Perusak Hubungan
65 Bab 65 Menghancurkannya Sampai Tak Tersisa
66 Bab 66 Membuat Hatinya Kecewa
67 Bab 67 Sedikit Kacau
68 Bab 68 Ini Sudah Cukup
69 Bab 69 Memandangnya Begitu Rendah
70 Bab 70 Ada Untuknya
71 Bab 71 Kejahatan Abadi
72 Bab 72 Melepaskannya
73 Bab 73 Memutus Semua Hubungan
74 Bab 74 Fantasinya
75 Bab 75 Eropa
76 Bab 76 Bukan Ilusi
77 Bab 77 Menamparnya Sampai Puas
78 Bab 78 Dia Sangat S3ksi
79 Bab 79 Terlalu Fatal
80 Bab 80 Bunuh Saja Aku
81 Bab 81 Bukankah Itu Rencananya?
82 Bab 82 Akui Kejahatanmu
83 Bab 83 Mari Membuat B4yi
84 Bab 84 Foto Tel4nj4ng
85 Bab 85 Rindu Damien
86 Bab 86 Hadiah dari Damien
87 Bab 87 Tidak Ingin Dia Menderita
88 Bab 88 Mendapatkan Kakak Laki-laki
89 Bab 89 Bukan Mimpi
90 Bab 90 Daisy, Adikku
91 Bab 91 Tuan Muda Kami, Damien Ace
92 Bab 92 Dia Berbahaya
93 Bab 93 Kotak Musik Merah Muda
94 Bab 94 Mengejar Kebenaran
95 Bab 95 Memenuhi Sebuah Undangan
96 Bab 96 Mengenal Ayah Dengan Baik
97 Bab 97 Hanya Masalah Anak-anak
98 Bab 98 Membalas Dendam Untuknya
99 Bab 99 Membawanya Kembali
100 Bab 100 Menginginkan Hal yang Sama
101 Bab 101 Ayah ....
102 Bab 102 Akan Sangat Memalukan
103 Bab 103 Begitu Buta dan Tuli
104 Bab 104 Dia Sangat M3sum
105 Bab 105 Dia, Edgar
106 Bab 106 Tato Bunga Kematian
107 Bab 107 Tertarik Dengan Kematian Damien
108 Bab 108 Mengejar Kematian Damien
109 Bab 109 Hanya Anak Sek4r4t
110 Bab 110 Tidak Akan Menarik
111 Bab 111 Sebuah Tanggung Jawab
112 Bab 112 Aku Menunggumu Pulang, Damien
113 Bab 113 Mempertaruhkan Nyawa Untuknya
114 Bab 114 Damien, Iblis Kecil
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Bab 1 Kesalahan Fatal
2
Bab 2 Bertingkah Aneh
3
Bab 3 Tidak Akan Mengganggu Kalian Lagi
4
Bab 4 Seseorang Mengirimnya
5
Bab 5 Mungkin Salah Mengira
6
Bab 6 Sesuatu yang Salah
7
Bab 7 Paket Teror
8
Bab 8 I'm The Queen
9
Bab 9 Terjebak Dengan Masa Lalu
10
Bab 10 Hanya Mengambil Langkah Mundur
11
Bab 11 Pindah ke Regalsen
12
Bab 12 Terlalu Memanjakannya
13
Bab 13 Hanya Semakin Tertekan
14
Bab 14 Tidak Akan Rela
15
Bab 15 Aborsi
16
Bab 16 Ayah Jahat dan Kejam
17
Bab 17 Itu Adalah Karma
18
Bab 18 Tidak Membiarkannya Menyerah
19
Bab 19 Melukai Hatinya
20
Bab 20 Jaga Dia Dengan Baik
21
Bab 21 Tidak Tertolong
22
Bab 22 Terlambat
23
Bab 23 Bangunlah, Ayah ...!
24
Bab 24 Tidak Ingin Menyakiti Hatinya
25
Bab 25 Bawa Aku ke Regalsen
26
Bab 26 Regalsen
27
Bab 27 Sangat Membingungkan
28
Bab 28 Mau Berkhianat Padaku, Ed?
29
Bab 29 Damien
30
Bab 30 Dia Belum Meninggal
31
Bab 31 Ayah Berbeda
32
Bab 32 Pria yang Malang
33
Bab 33 Tergoda Olehnya
34
Bab 34 Kembali dengan Sendirinya
35
Bab 35 Menjadikan Damien Miliknya
36
Bab 36 Andai Memilihnya
37
Bab 37 Anak Kita Masih Hidup
38
Bab 38 Dia di Sekitar Kita
39
Bab 39 Tidak Mungkin Orang yang Sama
40
Bab 40 Mendengarnya Dengan Jelas
41
Bab 41 Mulai Gelisah
42
Bab 42 Kau Harus Pulang, Damien
43
Bab 43 Damien ....
44
Bab 44 Mempermainkannya Terlalu Jauh
45
Bab 45 Kecewa Padamu
46
Bab 46 Sangat Membencinya
47
Bab 47 Pergilah ke Neraka
48
Bab 48 Tidak Memiliki Simpati
49
Bab 49 Selalu Melindunginya
50
Bab 50 Tidak Bisa Kehilangan
51
Bab 51 Hanya Sebatas Kontrak
52
Bab 52 Sang Pewaris
53
Bab 53 Terlalu Menyiksa
54
Bab 54 Sesuatu yang Salah
55
Bab 55 Kau Berkhianat!
56
Bab 56 Bisa Mengubah Apapun
57
Bab 57 Selamat Bersenang-senang
58
Bab 58 Mengabulkan Keinginannya
59
Bab 59 Pasti Akan Memuaskannya
60
Bab 60 Membuangnya ke Laut
61
Bab 61 Memiliki Nasib yang Sama
62
Bab 62 Membawa Tanggung Jawab yang Besar
63
Bab 63 Melihatnya Lagi
64
Bab 64 Sebagai Perusak Hubungan
65
Bab 65 Menghancurkannya Sampai Tak Tersisa
66
Bab 66 Membuat Hatinya Kecewa
67
Bab 67 Sedikit Kacau
68
Bab 68 Ini Sudah Cukup
69
Bab 69 Memandangnya Begitu Rendah
70
Bab 70 Ada Untuknya
71
Bab 71 Kejahatan Abadi
72
Bab 72 Melepaskannya
73
Bab 73 Memutus Semua Hubungan
74
Bab 74 Fantasinya
75
Bab 75 Eropa
76
Bab 76 Bukan Ilusi
77
Bab 77 Menamparnya Sampai Puas
78
Bab 78 Dia Sangat S3ksi
79
Bab 79 Terlalu Fatal
80
Bab 80 Bunuh Saja Aku
81
Bab 81 Bukankah Itu Rencananya?
82
Bab 82 Akui Kejahatanmu
83
Bab 83 Mari Membuat B4yi
84
Bab 84 Foto Tel4nj4ng
85
Bab 85 Rindu Damien
86
Bab 86 Hadiah dari Damien
87
Bab 87 Tidak Ingin Dia Menderita
88
Bab 88 Mendapatkan Kakak Laki-laki
89
Bab 89 Bukan Mimpi
90
Bab 90 Daisy, Adikku
91
Bab 91 Tuan Muda Kami, Damien Ace
92
Bab 92 Dia Berbahaya
93
Bab 93 Kotak Musik Merah Muda
94
Bab 94 Mengejar Kebenaran
95
Bab 95 Memenuhi Sebuah Undangan
96
Bab 96 Mengenal Ayah Dengan Baik
97
Bab 97 Hanya Masalah Anak-anak
98
Bab 98 Membalas Dendam Untuknya
99
Bab 99 Membawanya Kembali
100
Bab 100 Menginginkan Hal yang Sama
101
Bab 101 Ayah ....
102
Bab 102 Akan Sangat Memalukan
103
Bab 103 Begitu Buta dan Tuli
104
Bab 104 Dia Sangat M3sum
105
Bab 105 Dia, Edgar
106
Bab 106 Tato Bunga Kematian
107
Bab 107 Tertarik Dengan Kematian Damien
108
Bab 108 Mengejar Kematian Damien
109
Bab 109 Hanya Anak Sek4r4t
110
Bab 110 Tidak Akan Menarik
111
Bab 111 Sebuah Tanggung Jawab
112
Bab 112 Aku Menunggumu Pulang, Damien
113
Bab 113 Mempertaruhkan Nyawa Untuknya
114
Bab 114 Damien, Iblis Kecil

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!