01. kepulangan Ning Azzahra

Mentari senja merayap malu di balik tembok tinggi Pesantren Al-Ikhlas, Surabaya. Cahayanya yang keemasan menimpa dedaunan pohon mangga yang tumbuh rindang di halaman ndalem, kediaman keluarga Kyai Ahmad Ghozali Al-Hasyimi. Suasana sore itu terasa lebih sepi dari biasanya. Para santri sudah bergegas menuju masjid untuk melaksanakan shalat Ashar berjamaah dan mengaji kitab kuning, sementara para mbak-mbak sibuk menyiapkan hidangan makan malam di dapur ndalem.

Di tengah kesibukan itu, sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan pintu ndalem. Seorang pria berjas rapi keluar dari mobil, diikuti oleh seorang laki laki yg umurnya tidak jauh beda dgn Gus Farhan yang tampak cemas. Mereka adalah Gus Ahmad Farhan Al-Hasyimi, putra ketiga Kyai Ghozali, dan adiknya, Gus Ahmad Rahman Al - Hasyimi.

"Assalamualaikum," ucap Gus Farhan sambil mengetuk pintu ndalem.

"Waalaikumsalam," jawab seorang mbak dari dalam. Pintu pun terbuka, dan mbak tersebut mempersilakan Gus Farhan dan Gus rahman masuk.

"Ada apa, Gus? Tumben sore-sore pulang ke pondok, biasanya ke kost" tanya mbak tersebut.

"Ning Azzahra sakit, Mbak. Kami jemput dari asrama," jawab Gus Farhan dengan nada khawatir.

Mendengar nama Ning Azzahra, mbak tersebut terkejut. "Ya Allah, Ning Azzahra sakit? Sakit apa, Gus?"

"Kata dokter, Ning Azzahra kecapekan dan kurang istirahat. Badannya panas tinggi dan kondisinya lemas sekali," jelas Gus rahman.

Mbak tersebut mengangguk-angguk prihatin. "Ya sudah, mari saya antar ke dalam. Abah Kyai dan umi Nyai pasti sudah menunggu."

Gus Farhan dan Gus rahman mengikuti mbak tersebut masuk ke dalam ndalem. Mereka melewati ruang tamu yang luas dan mewah, dengan perabotan antik dan hiasan kaligrafi yang indah. Di ruang tengah, Kyai Ghozali dan Nyai Afiqah sudah menunggu dengan wajah cemas.

"Assalamualaikum, Abah, Umi," ucap Gus Farhan sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

"Waalaikumsalam, Le. Bagaimana keadaan Aza?" tanya Kyai Ghozali dengan nada khawatir.

"Azzahra masih lemas, Abah. Ini kami bawa pulang ke ndalem supaya bisa istirahat dengan tenang," jawab Gus Farhan.

"Ya Allah, anak kesayangan Abah sakit," ucap Nyai Afiqah sambil mengusap air mata yang mulai menetes.

Tak lama kemudian, Ning Azzahra muncul dengan dipapah oleh Gus rahman. Wajahnya pucat pasi, bibirnya kering, dan matanya sayu. Tubuhnya dibalut selimut tebal, namun tetap saja menggigil kedinginan.

"Assalamualaikum, Abah, Umi," ucap Ning Azzahra dengan suara lirih.

"Waalaikumsalam, Ning. Ya Allah, anakku, kenapa bisa sampai sakit begini?" tanya Kyai Ghozali sambil memeluk Ning Azzahra dengan erat.

"Azzahra kecapekan, Abah. Tugas sekolah banyak sekali, ditambah lagi kegiatan pesantren yang padat," jawab Ning Azzahra dengan suara lemah.

"Sudah, jangan banyak bicara dulu. Sekarang Ning istirahat saja di kamar," ucap Nyai Afiqah sambil menuntun Ning Azzahra menuju kamarnya.

Kamar Ning Azzahra terletak di bagian belakang ndalem, menghadap ke taman yang asri. Kamar itu ditata dengan indah dan rapi, sesuai dengan selera Ning Azzahra yang feminin dan artistik. Di dinding kamar, terdapat lukisan-lukisan hasil karya Ning Azzahra sendiri, serta foto-foto kenangan bersama keluarga dan teman-temannya.

Nyai Afiqah membantu Ning Azzahra berbaring di tempat tidur. Ia menyelimuti tubuh Ning Azzahra dengan selimut tebal dan mengusap-usap rambutnya dengan lembut.

"Ning istirahat yang tenang ya. Umi akan selalu ada di sini menemani Ning," ucap Nyai Afiqah dengan penuh kasih sayang.

Ning Azzahra tersenyum lemah dan mengangguk pelan. Ia memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur. Namun, rasa sakit di seluruh tubuhnya membuatnya sulit untuk terlelap.

Di luar kamar, Gus Farhan dan Kyai Ghozali sedang berbicara serius.

"Bagaimana ini, Le? Abah khawatir sekali dengan keadaan Azzahra," ucap Kyai Ghozali.

"Saya juga khawatir, Abah. Azzahra itu terlalu memaksakan diri. Dia ingin menjadi yang terbaik di segala bidang, tapi dia lupa dengan kesehatannya sendiri," jawab Gus Farhan.

"Abah sudah sering menasihati Azzahra untuk tidak terlalu memaksakan diri, tapi dia selalu saja ngeyel. Dia itu memang keras kepala seperti Abahnya," ucap Kyai Ghozali sambil tersenyum kecil.

"Mungkin sebaiknya Azzahra dikurangi kegiatannya di pesantren, Abah. Biar dia fokus dulu dengan sekolahnya," saran Gus Farhan.

"Abah setuju dengan usulmu, Le. Nanti Abah akan bicara dengan Ustadz dan Ustadzah di pesantren," jawab Kyai Ghozali.

Gus Farhan mengangguk lega. Ia berharap dengan mengurangi kegiatan di pesantren, Ning Azzahra bisa lebih fokus pada pemulihan kesehatannya.

Senja semakin larut, dan malam pun tiba. Lampu-lampu di ndalem mulai dinyalakan, menerangi setiap sudut ruangan dengan cahaya yang hangat. Di kamar Ning Azzahra, Nyai Afiqah masih setia menemani anaknya. Ia membacakan ayat-ayat suci Al-Quran dengan suara yang merdu, berharap agar Ning Azzahra bisa segera sembuh dan kembali ceria seperti sedia kala.

Di tengah keheningan malam, terdengar suara adzan Isya dari masjid pesantren. Kyai Ghozali bergegas menuju masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah. Ia berdoa kepada Allah SWT agar anaknya segera diberi kesembuhan dan selalu dilindungi dari segala macam penyakit.

Kyai Ghozali tahu bahwa Ning Azzahra adalah anugerah terindah bagi keluarganya. Ia adalah anak yang cerdas, salehah, dan berbakat. Ia adalah harapan masa depan pesantren dan keluarga Al-Hasyimi. Oleh karena itu, Kyai Ghozali akan melakukan segala cara untuk menjaga dan melindungi Ning Azzahra dari segala macam bahaya.

Episodes
1 Nama" pemain
2 01. kepulangan Ning Azzahra
3 02. Bab 2: Antara Kewajiban dan Kesehatan
4 03. Bab 3: Jatuh dalam Kelelahan
5 04. Cahaya yang Tumbang di Malam Purnama
6 05. bayang bayang malam purnama
7 06. api dalam jiwa yg terkungkung
8 07. Lirboyo, Harapan Baru di Tengah Luka Lama
9 08. Takdir Cinta di Balik Kitab Kuning
10 09. Takdir Bersemi di Tengah Badai
11 10.Keputusan Berisiko dan Harga Sebuah Ambisi
12 11. Cahaya di Ujung Penantian
13 12. Ngidam yang Tak Terduga dan Razia Penuh Kekhawatiran
14 13. Bentakan yang Melukai Hati, Aksi Protes dan Pilihan yang Berbahaya
15 14. Pertemuan di Asrama Putra, Godaan Tak Henti dan Kepedulian yang Terl
16 15. Aula yang Menanti, Teguran yang Berlanjut dan Harapan akan Perubahan
17 16. Hukuman yang Setimpal, Keadilan yang Ditegakkan dan Harapan akan Perubahan
18 17. Hukuman Tuntas, Kembali ke Ndalem dan Malam yang Penuh Berkah
19 18. Menggantikan Tugas, Kekhawatiran yang Jadi Kenyataan dan Kepanikan di Pesant
20 19. Kram Tengah Malam, Perjalanan Cemas dan Pertanyaan di Benak Santri
21 20. Malam Mencekam, Teriakan Memilukan dan Kepanikan Tak Terkendali
22 21. Pulang ke Pondok, Doa Bersama dan Harapan yang Menguat
23 22. Kembali ke Rumah Sakit, Godaan di Asrama Putra dan Laporan Tengah Malam
24 23. "Berkah Kehamilan di Ndalem: Siraman Ning Aza"
25 24. Air Mata Ning Aza: Mengajar di Balik Larangan
26 25. Ketika Ning Aza 'Ro'an' di Asrama Putra
27 26. Penantian Gender: USG 4D Ning Aza
28 27. Fathul Izhar Terhenti: Ning Aza Sakit Mendadak
29 28. Ning Aza sakit, Fathul Izhar terhenti
30 29. Ngidam di Mega Mart: Adab Santri Diuji
31 30.Pecel Lele Ambyar: Ngidam Berujung Kecele
32 31. Ngidam Terkunci: Mogok Makan di Balik Pintu
33 32. Dobrak pintu hati: Cinta Gus Arga untuk Ning aza
34 33. menjelang lahiran, ngidam perlengkapan bayi
Episodes

Updated 34 Episodes

1
Nama" pemain
2
01. kepulangan Ning Azzahra
3
02. Bab 2: Antara Kewajiban dan Kesehatan
4
03. Bab 3: Jatuh dalam Kelelahan
5
04. Cahaya yang Tumbang di Malam Purnama
6
05. bayang bayang malam purnama
7
06. api dalam jiwa yg terkungkung
8
07. Lirboyo, Harapan Baru di Tengah Luka Lama
9
08. Takdir Cinta di Balik Kitab Kuning
10
09. Takdir Bersemi di Tengah Badai
11
10.Keputusan Berisiko dan Harga Sebuah Ambisi
12
11. Cahaya di Ujung Penantian
13
12. Ngidam yang Tak Terduga dan Razia Penuh Kekhawatiran
14
13. Bentakan yang Melukai Hati, Aksi Protes dan Pilihan yang Berbahaya
15
14. Pertemuan di Asrama Putra, Godaan Tak Henti dan Kepedulian yang Terl
16
15. Aula yang Menanti, Teguran yang Berlanjut dan Harapan akan Perubahan
17
16. Hukuman yang Setimpal, Keadilan yang Ditegakkan dan Harapan akan Perubahan
18
17. Hukuman Tuntas, Kembali ke Ndalem dan Malam yang Penuh Berkah
19
18. Menggantikan Tugas, Kekhawatiran yang Jadi Kenyataan dan Kepanikan di Pesant
20
19. Kram Tengah Malam, Perjalanan Cemas dan Pertanyaan di Benak Santri
21
20. Malam Mencekam, Teriakan Memilukan dan Kepanikan Tak Terkendali
22
21. Pulang ke Pondok, Doa Bersama dan Harapan yang Menguat
23
22. Kembali ke Rumah Sakit, Godaan di Asrama Putra dan Laporan Tengah Malam
24
23. "Berkah Kehamilan di Ndalem: Siraman Ning Aza"
25
24. Air Mata Ning Aza: Mengajar di Balik Larangan
26
25. Ketika Ning Aza 'Ro'an' di Asrama Putra
27
26. Penantian Gender: USG 4D Ning Aza
28
27. Fathul Izhar Terhenti: Ning Aza Sakit Mendadak
29
28. Ning Aza sakit, Fathul Izhar terhenti
30
29. Ngidam di Mega Mart: Adab Santri Diuji
31
30.Pecel Lele Ambyar: Ngidam Berujung Kecele
32
31. Ngidam Terkunci: Mogok Makan di Balik Pintu
33
32. Dobrak pintu hati: Cinta Gus Arga untuk Ning aza
34
33. menjelang lahiran, ngidam perlengkapan bayi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!