.
“Bukan berada di rumah sakit, ya? Berarti kamu sedang ada di apartemen Vivian?. Apa tebakanku ini benar?”
Hening lagi-lagi tak ada jawaban membuat Sharmila semakin terkekeh.
“Maafkan aku, Mila. Kemarin aku nggak kasih tahu kamu. Itu karena aku takut kamu salah paham.” Devan mencoba menenangkan calon istrinya.
Sharmila kembali terkekeh. “Takut aku salah paham? Di saat genting seperti ini kamu tidak datang tetapi malah memilih menemaninya, lalu kamu bilang takut aku salah paham? Kalau takut aku salah paham, kamu tidak akan pergi ke sana!” Sharmila sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.
“Sharmila. Kenapa kamu tidak suka pada Vivian? Dia adalah adikmu. Aku menjaganya hanya karena dia adalah adikmu. Tidak ada yang lebih. Tidak ada hubungan apa-apa antara aku dan Vivian.” Devan memberikan alasan. “Dia terluka dan aku ada di sana. Mana mungkin aku pura-pura tidak lihat? Apalagi dia adalah salah satu model di perusahaanku.”
Sharmila tertawa, menertawakan kebodohannya sendiri. “Iya kamu benar. Vivian adalah adikku. Tapi ini juga benar, dia adalah mantanmu. Kamu pergi mengurusi dia sebelum hari pernikahan kita, lalu kamu bilang aku yang nggak suka sama dia?”
Devan mendesah frustrasi. Kenapa Sharmila sama sekali tak mau mendengar alasannya. Bukankah ini terlalu kekanakan? Bagaimana bisa cemburu pada adik sendiri?
“Sharmila... pergi ke luar kota menjelang hari pernikahan memang adalah salahku. Tapi yang terpenting sekarang adalah menjelaskan kepada pihak WO dan para tamu yang terlanjur datang. Oke?”
Sharmila menarik nafas dalam-dalam. Ia harus membuat keputusan. Ini bukan sekali dua kali Devan. Lebih mementingkan Vivian. Ia tak mau terus berada dalam bayang-bayang Vivian. Bahkan untuk bersama dengan calon suaminya, dia harus mengalah pada Vivian. Menunggu Vivian selesai dengan urusannya dan melepas Devan . Tidak. Ia tak mau seperti itu.
“Devan pernikahan ini batal. Kita putus!”
“Sharmila, jangan bicara sembarangan!” Devan berteriak tidak terima dengan ucapan Sharmila.
“Aku akui. Seharusnya aku tidak boleh tidak datang di acara sakral seperti ini. Aku ngerti kamu marah. Aku akan jelaskan semua saat aku kembali nanti. Tapi tolong, jangan jadikan batal nikah dan putus itu sebagai candaan. kamu keterlaluan!”
Sharmila berdecak sinis. “Kamu kira aku bercanda? Kamu sudah melakukan hal seperti ini dan Kamu kira aku bercanda? Sejak kapan kamu jadi naif seperti itu?” Sharmila tertawa terbahak-bahak.
Devan merasa panik mendengar ucapan Sharmila, apalagi mendengar tawa wanita itu yang tak seperti biasanya. Tawa penuh cemooh menertawakan kebodohannya menertawakan kekonyolannya.
“Sharmila, tolong pikir dengan tenang! aku benar-benar minta maaf. Aku akan perbaiki semuanya. Aku yang akan tanggung semua ganti rugi pada pihak hotel dan WO yang harus bekerja dua kali.”
“Devan, jadi kau pikir ini hanya soal uang? Apa kau tidak pernah berpikir sedikitpun tentang harga diriku? Apa kau tidak berpikir aku sedang menjadi bahan lelucon? Apa kau tidak berpikir bahwa seluruh dunia sedang mencemooh aku?”
“Sharmila, aku tahu ini salah, tapi… “
Sudah cukup, Devan. Keputusanku sudah bulat. Mulai saat ini, tidak ada hubungan apa-apa di antara kita!”
“Sharmila, tunggu…!”
Mendengar Devan yang terus memohon kepada Sharmila, membuat Vivian merasa kesal.
“Kak Devan, pinggangku sakit sekali. Bisakah kakak tolong panggilkan dokter?”
Dengan susah payah Devan mencoba membujuk Sharmila, tapi dengan liciknya wanita itu memperburuk keadaan. Vivian ingin Sharmila semakin salah paham kepada Devan.
Dan benar, Sharmila yang mendengar suara Vivian semakin terkekeh. “Itu dengar! Kekasihmu sedang ingin dibelai. Sana layani dia!” ucap wanita itu sinis, lalu menutup panggilan.
*
Sementara itu di luar gedung, di area parkir hotel yang akan dijadikan tempat resepsi pernikahan.
Di dalam sebuah mobil mewah yang sedang terparkir, seorang pria tampan dengan wajah dingin menatap kaca di depannya dengan tatapan kosong. Dia adalah, Zayden Arya Pratama. Musuh bebuyutan Sharmila sejak mereka masih duduk di bangku SMA.
“Sharmila, apa akhirnya aku benar-benar tak memiliki kesempatan?” gumamnya.
“Setelah hari ini kamu akan bahagia dengan pria itu. Kenapa kau tak pernah melihat ke arahku?” Kedua mata itu sedang menatap ponsel di mana layarnya menampilkan berita yang sedang beredar saat ini.
“Kalau saja aku membongkar kedok pria itu di hadapanmu, kau akan berterima kasih, atau semakin membenciku?”
*
Kembali ke dalam hotel.
Sharmila meletakkan ponselnya di meja rias, lalu mengambil duduk dengan tenang. Ia harus berpikir tenang. Tidak boleh terbawa emosi.
“Vivian, kamu menang. Kamu berhasil membuktikan ucapanmu yang ingin merebut segalanya dariku.”
Sharmila memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Dia bisa saja berbicara dengan tegas dan kuat, seolah tak terjadi apa-apa. Namun, sebenarnya ia merasa sakit yang luar biasa.
Mengambil nafas dalam-dalam, tak masalah baginya jika batal menikah dengan Devan. Namun, bukan itu masalah yang ia pikirkan. Tapi tentang kakeknya. Kakek Julian sudah tua, dan sudah sangat lama menantikan pernikahan Sharmila. Pernikahan mereka sebelumnya selalu ditunda oleh Devan dengan berbagai alasan.
“Nona Sharmila!" Jeni masuk dengan tergopoh. “Asisten Tuan Devan baru saja telepon, katanya acaranya diundur jadi besok. Apakah itu benar?” Wajah wanita itu tampak panik.
.
Sharmila mengambil nafas panjang menatap ke arah Jeni. “Aku sudah tahu,’ ucap wanita itu.
“Apa? Apa maksudnya sudah tahu?” Jeni menjadi bingung. “Semua persiapan sudah selesai, hanya tinggal menunggu pengantin pria, lalu kenapa tiba-tiba dibatalkan?”
“Itu karena….”
“Mila! Apa maksudnya Devan ini?” Dewi, sahabat setia Sharmila berlari menerobos masuk ruang rias dengan membawa ponselnya yang terbuka menunjukkan layar ponsel itu pada Sharmila. Gosip terbaru yang sedang viral ada di layar ponsel Dewi.
“Aktris baru Vivian sakit, dan dilarikan di rumah sakit ditemani oleh pacarnya.”
Tiba-tiba bermunculan video di mana Devan sedang menggendong Vivian
Berbagai komentar muncul di postingan Vivian Ada yang mendukung Vivian, ada juga yang komentar yang merasa kasihan terhadap pengantin wanita.
“Akun sampah yang hanya asal,” pekik Dewi marah. “Mila, katakan padaku! Apa selama ini hubunganmu dengan Devan tidak baik-baik saja?"
"Sudahlah, lagian hubungan mereka juga sudah jadi rahasia umum.” Sharmila menanggapinya dengan enteng.
“Apa maksudmu, Mila? Jadi kau akan membiarkan saja pernikahan ini diundur? Aku yang tidak terima!" Dari benar-benar marah bahkan wanita itu hampir saja membanting ponselnya.
“Yang aku tahu dulu, waktu Vivian pacaran sama Devan, mereka memang betul-betul serasi.” Sharmila berbicara sambil memainkan ujung rambutnya.
“Mereka putus karena Vivian memutuskan mengejar mimpi sampai ke luar negeri. Waktu itu Devan sempat depresi dalam waktu lama, dan akhirnya dia keluar negeri untuk mengejar Vivian.”
“Tapi itu kan dulu? Bukankah setelah itu Devan memutuskan untuk menikah denganmu. Lalu kenapa sekarang lebih mementingkan Vivian? Bahkan sampai mengundur acara pernikahan?” Dewi masih juga tidak terima.
Sharmila tersenyum mengangkat wajahnya lalu menatap ke arah jeni. “Pernikahan tidak akan diundur. Lanjutkan saja semua persiapan!” perintahnya.
Jeni mengangguk, lalu segera keluar dari ruangan untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Sharmila. Mengkoordinir semua kru WO, mengabaikan berita dari asisten Devan.
Tring
Notif pesan di ponsel Sharmila kembali berbunyi. Sharmila membukanya dan ada kiriman video dari Vivian di mana dirinya sedang berduaan dengan Devan di apartemen.
Senyum miring tercetak di bibir Sharmila. “Kamu pikir kamu sudah menang? MIMPI!!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Patrick Khan
tenang dewa penolong akan datang😁😁sharmilaaaaa ho ho ho sharmilaaa .. eh malah nyanyi q😁
2025-10-06
2
Wulan Sari
lanjut Thor baru baca kayaknya menarik, ini semoga jodohnya Zayden AP ya semangat 💪 Thor yang kuat ya mb mau jadi pengantin masih ada yg lain cip
2025-10-06
1
〈⎳ FT. Zira
di belai dengan sesuatu di balik celana yg keras dan bisa memuaskan keinginan..
dompet lho.. dompet... dompet plus kartu kredit...
2025-10-06
1