Bab 3: Ada ulat bulu?

“Assalamualaikum...” Ucap Alina saat memasuki rumah tapi tak ada sahutan dari siapapun.

Alina lantas langsung ke dapur dan kosong, tapi terdengar suara orang tertawa di halaman belakang.

“mama di belakang sama siapa bisa tertawa lepas seperti itu...” Gumam Alina dan melangkahkan kakinya ke arah halaman belakang.

Langkah Alina terhenti karena ternyata ada Rizal sang suami dan mamanya yang sedang di halaman belakang, mereka terlihat akrab sekali.

“Kok akrab banget ya, hmm syukurlah mungkin mama sudah menganggap mas Rizal seperti anaknya sendiri sama seperti ku” Gumam Alina.

“ma..! mas, lagi ngapain..?” Tanya Alina yang tiba- tiba ada di belakang mereka.

“E-eh ini loh tadi itu ada ulat bulu waktu mama mau ambil daun bawang, jadi mama manggil si Rizal yang kebetulan lagi di dapur buat kopi” Jawab Bu Nurma.

“Kok ketawa- ketawa emangnya ada yang lucu...? Kan mama ketakutan” Tanya Alina sedikit heran.

“Ya gimana gak ketawa sayang, orang ternyata itu bukan ulat bulu..! Tapi ini bunga apa sih kok kayak ulat gini” Tunjuk Rizal pada tanaman yang di dalam pot.

“Ooh ini namanya bunga ekor kucing putih mas, emang sih kalau baru berbunga kayak gini itu persis banget seperti ulat” Jawab Alina.

“Hmm kapan emangnya kamu nanam itu sayang..? Kok mas gak tau” Tanya Rizal.

“Minggu lalu kalau ga salah, di kasih sama Irma mas” Jawab Alina.

“Yaudah ayo kita masak Lin, kamu udah belanja kan..?” Ucap Nurma mengalihkan pembicaraan yang tak penting.

Karena sebenarnya mereka tadi memang tengah bermesraan sembari menunggu Alina berbelanja.

“Iya ma ayo...” Jawab Alina dan melangkah ke dapur.

“Masak apa dulu ini enaknya ya Lin.” Ucap Nurma sembari melihat belanjaan Alina.

“Ayam semur kecap enak deh kayaknya ma” Celetuk Rizal yang baru muncul ke dapur untuk mengambil kopi yang sudah di buatkan oleh Nurma tadi.

“Hmm bener juga kamu Rizal, yaudah mama sama Alina mau masak dulu kamu ngopi di depan sana. Gak baik nungguin istrimu masak” Ucap Nurma dengan nada menggoda.

Alina yang ada di sebelah nurma menjadi salah tingkah mendengar ucapan sang mama.

“Kamu siangi kangkungnya Lin, biar mama siapkan bumbu untuk ayamnya” Ucap Nurma.

“Iya ma..” Jawab Alina dan mulai menyiangi sayuran.

Sedangkan sang mama terlihat sangat cekatan mulai dari memotong ayam menjadi kecil- kecil hingga mencuci dan menyiapkan bumbu- bumbu.

Alina sebenarnya juga bisa memasak karena dulu sewaktu kuliah dia bekerja di restoran, tapi kalau di rumah semua urusan dapur di ambil alih oleh sang mama.

Dia hanya bagian membantu mengupas bawang atau memotong sayur saja.

Bahkan hingga saat ini Rizal belum pernah mencicipi masakan yang di buat sendiri oleh tangan Alina.

Satu jam kemudian masakan yang di buat oleh Nurma dan Alina sudah tertata dengan rapi di meja makan, Alina juga sudah bersiap dengan pakaian kantornya.

“Sini mas ku pasangin dasinya...” Ucap Alina dan memegang kerah baju milik Rizal.

Dia cekatan mengikat dasi di leher sang suami.

“Sebenarnya kamu sangat cantik Lin, tapi maafkan mas yang malah terpikat oleh ibu kamu” Ucap Rizal dalam hati dan memandangi wajah sang istri yang terlihat serius dalam memasang dasi.

“Nah sudah beres...!” Ucap Alina.

“Makasih ya istriku sayang..” Jawab Rizal dan mencium pipi Alina.

“Sama- sama mas, oh ya kemarin anak- anak di kantor lama ngajak aku nongkrong nanti sepulang kantor. Boleh gak mas...?” Tanya Alina.

“Kok mendadak sayang..?” Tanya Rizal.

“Iya mas, tadi malam di grub chat ramai mengajak nongki tapi aku kan ketiduran. Jadi baru lihat pagi tadi” Jawab Alina.

“Mau nongkrong di mana emangnya..?” Tanya Rizal.

“Di cafe permata mas, kalau nanti mas gak lembur susulin aja” Jawab Alina.

“Oke sayang lihat nanti kalau mas, ingat ya kamu harus jaga pandangan. Udah ada suami” Ucap Rizal.

“Siaap mas, itu udah pasti mas Rizal tenang aja” Jawab Alina.

Kini mereka berdua turun ke bawah dengan seragam kerja masing- masing, Nurma sudah menunggunya di meja makan.

“Duh pasangan pengantin baru ini mesra sekali..” Ucap bu Nurma karena melihat Rizal menggandeng tangan Alina dengan mesra.

“Udah bukan pengantin baru lagi ma, udah hampir setahun” Ucap Rizal.

“Tapi vibesnya kalian ini masih kayak pengantin baru..” Jawab bu Nurma.

“Haha..! Mama ini bisa aja, lagian cuma pegangan tangan gini doang” Celetuk Alina.

Mereka pun mulai sarapan pagi dengan tenang dan menikmati makanan yang ada di depannya.

“Alina nanti sedikit pulang telat ma, mama masaknya gak usah banyak- banyak karena Alina mau makan di luar sama temen” Ucap Alina saat mereka sudah di dapur menaruh bekas piring kotor.

“Iya, itu nanti Rizal pulangnya jam berapa..? Kalau malam mending mama gak masak sayang kalau gak ada yang bantuin makan” Tanya Bu Nurma.

“Kayaknya sih lembur ma.. tapi nanti lah sore Alina kabari ya ma” Jawab Alina.

“Iya, kamu di luar jangan macam- macam loh Lin” Ucap bu Nurma mengingatkan sang putri.

“Iya ma, Alina hanya nongkrong sebentar sama temen- temen” Jawab Alina.

***

Sesampainya di kantor Alina langsung masuk ke kubik miliknya.

“Eww pengantin baru, kenapa sih tuh muka tiap pagi kayak banyak beban gitu..?” Tanya Irma.

“Haha enggak..! Ini cuma karena capek aja” Jawab Alina.

“Capek kerja..? Atau capek habis bertempur semalaman” Goda Irma.

“Capek hati tsayy...” Jawab Alina dan mengibaskan tangannya di udara.

“Wah wah ada apa ini gerangan...?” Tanya Irma.

Kebetulan pagi ini belum jam masuk kantor jadi mereka masih bisa ngobrol.

“Nanti gue ceritain di kantin, bentar lagi kerja malah gak konsen gue jadinya” Jawab Alina.

“Beneran ya...” Ucap Irma.

“Iya beneran, ntar kalau gue lupa lu tagih aja di kantin” Jawab Alina.

“Eitsss kayak hutang aja dong, main tagih haha” Ucap Irma.

“Biar lu percaya haha, udah masuk tuh. Yuk kerja semangaaatt” Ucap Alina dan mendorong kursi Irma kembali ke kubiknya.

Mereka fokus bekerja hingga sekertaris David memanggil Alina.

“Kak Alina, di panggil pak David sama di suruh membawa berkas yang di suruh oleh pak David kemarin” Ucap Reva sekertaris David.

“Oke, sekarang banget ya..?” Tanya Alina.

“Yups, ditunggu ya. Nanti ketuk pintunya dulu, saya mau ke pantry” Jawab Reva dan melangkahkan kakinya ke arah pantry untuk membuat teh panas karena perutnya sedikit tak nyaman.

Alina segera menyiapkan berkas yang sudah selesai dia kerjakan dan membawanya ke ruangan atasan.

Tok tok tok...

“Pak ini saya Alina...” Ucap Alina dari luar pintu.

“Masuk..” Jawab David dari dalam.

Ceklek...

“Permisi pak, ini berkasnya..” Ucap Alina dan memberikannya kepada David.

“Sudah selesai..?” Tanya David dengan menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Alina.

“Sudah baru saja selesai pak, tadi mau saya bawa kesini eh keduluan sama Reva” Jawab Alina.

“Iya soalnya ini berkas mau di bawa meeting nanti, ada yang mau membeli program terbaru ini” Ucap David dan memeriksa pekerjaan Alina.

“Bagus pekerjaan kamu Al" Ucap David.

“Terimakasih pak, sudah tugas saya untuk menyelesaikan tugas dengan rapi dan bagus” Jawab Alina.

“Oke, yasudah kamu kembali ke tempat kamu. Semangat bekerja, apapun masalah kamu di rumah jangan di bawa ke kantor” Celetuk David.

Alina mengangkat kedua alisnya, bagaimana mungkin atasannya ini seperti tahu apa yang sedang dia rasakan.

“Kenapa menatap saya seperti itu..? Dari raut wajah kamu terlihat sekali, kalau sedang ada masalah Alina..!” Ucap David.

“Ketara banget ya pak..? Pantesan Irma tadi juga berkata begitu” Tanya Alina.

“Iya, ingat Alina harus profesional kalau bekerja” Jawab David.

“Baik pak, saya permisi dulu..” Ucap Alina dan undur diri dari ruangan David.

Terpopuler

Comments

Type2Diabetes

Type2Diabetes

Keren abis, pengen baca lagi!

2025-10-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!