Bab 2 Kegiatan Nurma & Rizal

“Ayo kita ke kamar sayang...” Ajak Nurma pada Rizal.

“Apa kamu sudah memberikan 0bat tidur yang cukup banyak pada Alina..?” Tanya Rizal memastikan terlebih dahulu.

“Sudah, seperti biasanya dia tak akan bangun sebelum pagi haha..” Jawab Nurma.

“Bagus, aku mau menghabiskan malam ini sama kamu sayang” Ucap Rizal dan menggend0ng Nurma ala bridal style ke dalam kamar Nurma yang berada di lantai bawah.

Brak..!

Rizal menutup pintu kamar Nurma dengan kakinya karena dia sudah tak sabar untuk menerk4m sang mertua yang sudah dua bulan ini memenuhi h4srat b1rahinya yang sangat menggebu, Alina tidak bisa menyeimbangi dirinya yang tenaganya selalu full sedangkan dengan Nurma mereka saling mengimbangi hingga sama- sama tepar setelah melakukan hvbungan bad4n.

“Oo0uhhh ahhh teruss sayaang....” De5ah Rizal saat Nurma mulai mengvlum rud4l milik Rizal.

Nurma hanya menyeringai di bawah sana dan tetap mem4inkan barang milik Rizal.

“Hmm legit...!” Gumam Nurma dan terus memainkannya.

“Aaahh aku sudah tak tahan sayang...” Jawab Rizal dan segera mengangkat tubvh Nurma.

Dia reb4hkan Nurma di bawah kvngkungannya, dengan temp0 yang cepat Rizal mulai menvsuk lubang ken1kmatan milik Nurma hingga suara des4han mereka saling bersahutan di dalam kamar itu.

Sedangkan di kamar atas Alina tidur tanpa tahu apapun karena setiap Rizal menginginkan tubvh Nurma, dia akan memberikan 0bat tidur pada minuman Alina.

“Ahhh y3sss oucchhh fasterr baby...” Des4h Nurma yang membuat Rizal semakin bersemangat untuk mencangkul ladang milik sang mertua ini.

“Milikmu sangat menj3pit sayang..! Punya Alina saja kalah denganmu..” Ucap Rizal.

“J-jelas dong sayang, aku kan tetap menjaganya agar kamu semakin tak bisa melupakan rasa milikku ini..” Jawab Nurma.

“Aku akan keluaaar...” Lirih Rizal.

“Barengan saja sayang..” Jawab Nurma.

Hingga mereka sama- sama merasakan kenikmatan yang tiada tara, permainan satu jam lebih mereka baru bisa menyelesaikan satu ronde.

“Istirahat dulu sayang...” Ucap Nurma.

“Iya sayang, tapi benar kan Alina gak akan bangun sampai tengah malam nanti..?” Tanya Rizal.

“Kamu tenang saja sayang, sampai pagi pun mungkin dia tak akan bangun. Jadi kita bisa mengulang hingga tiga ronde..” Jawab Nurma dan mulai melvmat b1bir Rizal.

Membuat h4srat Rizal mulai naik dan membuat mereka mengulang kegiatan p4nas malam ini, padahal ini belum terlalu malam tapi mereka sudah main di ronde kedua karena Alina sudah tertidur sejak jam tujuh malam tadi.

“Ahh hmmm...” Des4h Nurma saat Rizal mulai memainkan dua aset gvnung kembarnya.

“Enak sayang...?” Tanya Rizal dengan suara serak menahan ha4srat.

“Banget, kamu memang pandai memvaskan diriku sayang...” Jawab Nurma dengan mata terpejam menikmati f0repl4y dari Rizal.

Hingga pukul sebelas malam mereka menyudahi permainnya, karena takut Alina akan terbangun.

“Terimakasih sayang, aku balik ke kamar dulu..” Ucap Rizal dan mencium kening Nurma.

“Sama- sama sayangku, ingat kamu gak boleh main sama Alina selama aku masih bisa melayani kamu..!” Jawab Nurma dengan setengah membentak.

“Iya sayang, kamu tenang saja. Jangan lupa p1l kb nya selalu di minum” Ucap Rizal mengingatkan.

“Siap sayangku, semuanya aman terkendali” Jawab Nurma.

Rizal pun keluar dari kamar Nurma dan naik ke lantai atas dimana kamarnya dengan Alina berada.

Ceklek...

Dia membuka pintu secara perlahan agar Alina tak mendengar.

“Hmm masih pulas...” Gumam Rizal dan memandangi wajah Alina yang terlihat pulas itu.

Lantas Rizal pergi ke kamar mandi untuk mandi keramas, karena gak nyaman tidur dalam keadaan lengket seperti ini.

“Huuhh...! Segar” Gumam Rizal dan keluar dari kamar mandi.

“Mandi malam- malam mas...?” Tanya Alina sambil mengucek matanya.

“I- iya sayang gerah banget ini..” Jawab Rizal dengan sedikit terbata.

“Hmm gimana gak gerah AC-nya aja belum di nyalain, aku juga kebangun karena panas banget dan tenggorokan haus” Ucap Alina dan menghidupkan AC di kamarnya.

Tadi dia masuk kamar memang langsung tertidur dengan pulas tanpa ingat menghidupkan AC terlebih dahulu.

“Sudah minumnya..?” Tanya Rizal.

“Udah mas, oh ya itu leh3r kamu merah..” Jawab Alina dan menunjuk ke arah l3her Rizal.

“Ooh ini itu sayang tadi kena gigitan nyamuk dan ku garuk jadinya gini deh” Jawab Rizal.

Alina tak langsung percaya begitu saja, dia lantas mendekati sang suami dan memeriksanya.

Benar ternyata gigitan nyamuk karena di tengahnya ada benjolan sedikit.

Padahal kalau Alina membuka kaos yang di pakai oleh Rizal akan terpampang dengan jelas banyaknya cvpang di dada sang suami.

“Hmm iya ini gigitan nyamuk, kasih minyak kayu putih aja mas biar gak merah gini” Ucap Alina dan memegang l3her Rizal.

Rizal menghela nafas lega karena memang di lehernya ada gigitan nyamuk.

“Iya sayang, mana minyak kayu putihnya..?” Tanya Rizal.

Alina segera beranjak ke arah meja rias miliknya untuk mengambil minyak kayu putih dan mengusapkan ke leher Rizal.

“Sudah...?” Tanya Rizal, karena Alina masih terus memandangi dirinya dan tangannya menyentuh leher sang suami.

Rizal paham mungkin Alina merindukan sentulvhan darinya, memang selama dia menjalin hubungan dengan Nurma.

Rizal seakan tak membutuhkan tubvh Alina lagi karena Nurma meskipun usianya berada di atas dirinya, tapi stamina serta servisnya patut di acungi jempol.

“E-hm sudah mas..” Jawab Alina dan segera menyingkir dari hadapan sang suami.

“Ayo kita tidur lagi, besok kan kerja pagi..” Ajak Rizal karena dia sudah lelah dan sangat mengantuk.

Apalagi saat ini sudah pukul satu dini hari pastilah Rizal sangat berat untuk membuka mata karena lelah bertempur selama hampir empat jam bersama sang mertua.

“Iya mas...” Jawab Alina dan merebahkan diri di samping sang suami.

Tak lama dengkuran halus terdengar jelas dari mulut Rizal.

Alina memandangi suami tercintanya ini, hidung mancung bibir s3ksi alis tebal semua kesempurnaan ada di wajah sang suami.

Dulu Rizal merupakan atasannya, dia yang saat itu anak baru sering mendapatkan bimbingan dari Rizal.

Hanum masuk ke perusahaan Rizal sejak dia lulus kuliah S1 di usianya yang ke dua puluh tiga tahun, bekerja selama empat tahun disana akhirnya Alina resign karena harus menikah dengan Rizal sang manager.

Sebelum memutuskan resign Alina sudah menaruh CV nya di perusahaan yang saat ini, jadi setelah resign kemarin dia hanya menanggur satu bulan saat pernikahannya dengan Rizal.

“Kamu sangat tampan mas...” Gumam Alina dan mengusap pipi Rizal.

Meski usia keduanya terpaut empat tahun tapi Alina sangat mencintai Rizal, apalagi Rizal terlihat hampir seumuran dengannya.

“Kamu membuatku jatuh cinta se dalam- dalamnya mas, tapi kenapa hampir dua bulan ini kamu tak menyentuhku sama sekali..” Gumam Alina dengan tetap memandangi wajah Rizal.

Hingga rasa kantuk mulai menyerang kembali, dan Alina segera memejamkan mata berharap hari segera pagi serta dia mulai menghabiskan waktu dengan bekerja agar kesedihannya tak di rasa olehnya.

Tok tok tok....!!

“Alina... Rizal.. bangun sudah siang, nanti kalian kesiangan loh..” Ucap Nurma dengan mengetuk pintu kamar sang anak.

“Astaugfirullah..! Sudah jam berapa ini” Gumam Alina dan melihat jam di sebelahnya ternyata sudah pukul lima pagi.

Dia lantas membuka pintu agar sang mama tak terus menggedor pintu kamarnya.

“Iya ma, Alina sudah bangun..” Ucap Alina.

“Yasudah segera sholat sekalian bangunkan suami kamu, kan biasanya dia ke mushola kan” Jawab Nurma.

Alina segera mengangguk dan membangunkan sang suami.

“Mas bangun mas, sudah subuh..” Ucap Alina dengan menggoyangkan lengan Rizal.

Rizal hanya menggeliat dan malah menutup dirinya kembali dengan selimut tebal miliknya.

“Mas....” Ucap Alina.

“Iya nanti, kamu sholat duluan saja waktunya keburu habis..!” Jawab Rizal.

Alina pun mengikuti arahan Rizal, dia segera melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim.

“ Rizal kok belum turun..?” Tanya Nurma.

“Katanya mau sholat di rumah ma, sudah belanja belum ma..?” Tanya Alina.

“Belum ini, kamu mau belanja ke depan..?” Tanya bu Nurma.

“Boleh deh, mau masak apa ma? Biar Alina yang ke depan” Jawab Alina.

“Terserah kamu saja, mama mau menanak nasi dulu..” Jawab Nurma.

“Oke deh, Alina ke depan dulu” Ucap Alina dan mengambil uang buat belanja di kotak yang ada di dapur.

Alina memang setiap hari mengisinya sejumlah seratus ribu disana, kalau sisa bisa di masukkan lagi dan kalau kurang bisa mengambil sisa belanja kemarin.

Dia akan berbelanja ke depan gang di mana tukang sayur biasanya mangkal disana.

“Mau belanja ya mbak Alina..” Sapa bu Ratih yang baru keluar dari halaman rumahnya.

“Eh iya bu, ibu juga mau ke tukang sayur..?” Tanya Alina.

“Iya mbak, ayo barengan” Jawab bu Ratih.

Mereka berjalan dengan mengobrol layaknya tetangga pada umumnya.

Alina mulai memilah beberapa sayuran yang akan dia masak untuk menu sarapan dan makan malam nanti.

Kalau makan siang biasanya sang ibu makan dengan lauk yang sama dengan sarapan atau memesan makanan lewat aplikasi online.

“Mang Adi saya mau udangnya yang kemasan setengah kilo satu ya, sama itu ayamnya yang setengah kilo juga satu” Ucap Alina pada mang Adi.

Disana memang tukang sayur sudah menyiapkan aneka seafood dan ayam dengan berbagai macam timbangan jadi dia tak perlu susah menimbang lagi, hanya tinggal mengambilkan sesuai permintaan pembeli saja.

“Siap neng..! Ini ada cumi segar gak mau sekalian..?” Tanya mang Adi.

“Enggak deh mang itu aja dulu” Jawab Alina.

Alina pagi ini berbelanja udang, ayam, tauge, tahu, kangkung, bayam dan juga ikan kembung.

“Berapa semuanya mang..?” Tanya Alina.

“Totalnya delapan puluh lima ribu neng..” Jawab mang Adi.

“Ini mang uangnya..” Ucap Alina dan memberikan selembar uang seratus ribuan.

Setelah mendapatkan kembalian Alina langsung bergegas pulang ke rumah karena sang ibu pasti sudah menunggu disana.

“Itu bu Nurma sama Alina kayak adik kakak ya bu..” Celetuk Bu Susi pada bu Ratih saat Alina sudah pergi meninggalkan mobil pick up mang Adi.

“Iya memang bu..! Usia mereka saja hanya terpaut sembilan tahun” Jawab bu Ratih.

“Hah...?!! Bagaimana bisa bu, masak iya bu Nurma melahirkan di usia delapan tahun” Celetuk bu Eni.

“Enggak gitu konsepnya bu..” Jawab Bu Ratih.

Dia memang sering ngobrol dengan bu Nurma, jadi secara garis besar tahu hubungan anak dan ibu itu.

“Lantas gimana atuh bu, jangan bikin penasaran” Sahut mang Adi.

“Ih si mamang ini malah ikut ngerumpi..” Ucap bu Susi.

“Ya gak apa atuh bu..” Jawab mang Adi.

“Gini ya bu, dulu almarhum ayahnya Alina itu menikah dengan bu Nurma saat Alina berusia sepuluh atau sembilan tahun gitu" Ucap bu Ratih.

“Waduh berati saat itu bu Nurma berusia remaja dong” Celetuk bu Eni.

“Iya bu, katanya dulu dia kembang desa eh malah terpikat sama duda beranak satu haha” Jawab Bu Ratih dengan tertawa.

Terpopuler

Comments

Dzakwan Dzakwan

Dzakwan Dzakwan

Aku jadi bersyukur punya teman seperti tokoh pendukungnya, tanpa dia aku bisa stress berat.

2025-10-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!