"Sudah selesai."
Liora menurunkan tangannya setelah dia selesai memasangkan dasi itu dileher Marvin, lalu dia kembali duduk di samping suaminya. Bi Sari datang dengan membawakan jas Marvin, setelah memakainya Marvin menyusul duduk bersama dengan yang lainnya.
"Liora, hari ini kami akan pergi ke kantor untuk acara penyambutan bergabungnya Marvin. Kalau kamu mau kamu bisa ikut bersama dengan kami," ucap Tuan Arthur disela-sela sarapan pagi mereka.
Liora menggeleng pelan, tersenyum. "Tidak, Yah. Hari ini aku boleh ijin pergi keluar sebentar? Aku ingin pulang ke panti untuk bertemu dengan Bu Randu dan adik-adik panti yang lain."
Tuan Arthur mengangguk, sama sekali tidak keberatan. "Ya, tentu saja boleh. Biar nanti supir yang mengantar kamu."
"Terimakasih, Yah."
Sejak menikah dengan Haikal, Liora hanya pernah sekali mengunjungi panti asuhan. Kesibukannya mengurus ayah mertuanya membuatnya tidak bisa pergi keluar rumah terlalu lama. Belum lagi jika mama mertuanya memberikan tambahan tugas untuknya seperti menyuruhnya untuk berbelanja bahan makanan ke supermarket dan membantu membersihkan pekerjaan rumah.
Semua pekerjaan itu memang bisa dikerjakan oleh para pelayan, Nyonya Maria sengaja melakukan itu supaya Liora tidak terlalu sering mengunjungi panti asuhan saja. Dia hanya tidak mau identitas Liora yang berasal dari panti asuhan diketahui oleh publik.
Setelah semua orang pergi meninggalkan rumah, Liora bersiap untuk pergi ke panti. Dengan diantarkan seorang supir keluarga, Liora datang mengunjungi panti asuhan tempatnya dibesarkan dulu.
Dihalaman panti asuhan seorang wanita sudah menunggu setelah Liora menelponnya tadi. Wajahnya yang berkerut halus oleh garis-garis waktu menunjukkan betapa banyak pengalaman dan kasih sayang yang telah dia curahkan untuk membesarkan Liora sejak bayi. Wanita itu memeluk tubuh Liora setelah Liora turun dari mobil dan menghampirinya.
"Ya ampun, Ibu kangen banget sama kamu. Lama kamu tidak berkunjung kemari, bagaimana keadaan kamu?" tanya Bu Randu, mereka saling mengurai pelukannya.
"Kabarku baik, Bu. Maaf aku baru sempat mengunjungi Ibu lagi disini,"
"Tidak apa-apa, sekarang kamu sudah menikah dan menjadi seorang istri. Prioritas utama kamu adalah suami kamu."
Liora tersenyum, "Aku kangen kamarku, Bu."
"Kamar kamu masih sama, tidak ada yang berubah dan tidak Ibu ijinkan siapapun mengisinya," Bu Randu mengusap lembut rambut Liora dengan mata berkaca-kaca.
Dua puluh tiga tahun yang lalu seorang wanita datang dan menitipkan Liora saat dia masih berusia dua tahun. Akibat kebakaran gudang yang menewaskan kedua orang tuanya membuat seorang tetangga terpaksa harus menitipkan Liora disana.
Bu Randu duduk di samping Liora, menatap foto yang ada di tangan Liora lalu tersenyum lembut, "Tidak terasa sudah dua puluh tiga tahun berlalu dan minggu depan usia kamu genap dua puluh lima tahun. Ibu masih ingat, waktu itu usia kamu baru dua tahun saat seorang wanita membawa kamu kesini dan menitipkan kamu di panti asuhan ini."
Mata Liora berkaca-kaca saat kenangan pahit itu kembali menghantuinya. Bu Randu memang telah menceritakan kisah hidupnya sejak dia berusia tujuh belas tahun. Liora masih ingat dengan jelas bagaimana Bu Randu menjelaskan bahwa kedua orang tuanya meninggal dalam kebakaran gudang, saat Liora masih sangat kecil.
Liora menatap foto lama yang sering dia pandangi ketika merasa sedih atau sendirian. Foto itu adalah satu-satunya hal yang mengingatkannya pada keluarga yang tak pernah dia kenal.
Dengan lembut Bu Randu mengusap kepala Liora. "Liora, kamu bahagia kan dengan pernikahan kamu?"
Liora terdiam, Bu Randu memang tidak tahu menahu tentang perjanjian yang dia buat bersama dengan Nyonya Maria. Selama ini Bu Randu sudah banyak berkorban untuknya, wanita itu bahkan sudah menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri. Liora hanya ingin membalas kebaikannya dengan menerima tawaran dari Nyonya Maria pada saat itu, meskipun kenyataannya pernikahannya dengan Haikal belum membawanya pada kebahagiaan.
Liora memeluk tubuh Bu Randu dari samping, menyenderkan kepalanya di bahu wanita itu. "Tentu saja, Bu. Tentu saja aku sangat bahagia. Suamiku dan keluarganya sangat menyayangiku, mereka memperlakukanku dengan sangat baik."
📍
📍
Menjelang sore Liora pamit pulang. Setidaknya suasana hatinya sudah sedikit lebih baik setelah bertemu dengan Bu Randu dan bermain sebentar dengan anak-anak panti.
Suasana rumah sore itu masih sangat sepi, Liora turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
"Itu baju siapa, Bi?" tanya Liora saat berpapasan dengan Bi Sari yang sedang membawa setumpuk pakaian yang sudah disetrika.
"Oh, ini bajunya Den Marvin, ini Bibi mau anterin ke kamarnya," jawab Bi Sari.
"Sini biar saya saja, Bi. Bibi siapin makanan buat makan malam saja," Liora meletakkan tasnya di atas sofa lalu mengambil alih pakaian itu dari tangan Bi Sari.
Liora membawa pakaian-pakaian itu ke kamar Marvin. Beruntung kakak iparnya itu belum pulang, makanya Liora berani masuk ke kamarnya. Liora hanya tidak ingin kejadian seperti semalam sampai terulang lagi.
Selesai memasukkan pakaian-pakaian itu ke dalam lemari, Liora bersiap untuk pergi. Namun langkahnya tertahan saat mendengar suara erangan dari dalam kamar mandi.
"Ahhh... Liora...!"
Cairan kental keluar. Marvin merasa lebih plong setelah menuntaskan hasratnya dengan bermain solo. Liora merasa terkejut saat mendengar namanya samar-samar disebutkan, tubuhnya mendadak kaku dan sulit untuk digerakkan.
Pintu kamar mandi dibuka dengan Marvin yang keluar hanya dengan mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Tatapan keduanya bertemu dan sama-sama kaget.
"Ah, maaf Kak... Aku... Aku kemari hanya untuk mengantarkan baju-bajumu." Liora bersiap untuk pergi, namun suara keras Marvin menahan langkahnya.
"Tunggu!" Marvin lebih dulu berjalan ke arah pintu, menutup pintunya dan menguncinya dari dalam.
"Kak, apa yang kamu lakukan?!" pekik Liora. "Aku ingin keluar!"
Marvin tak menghiraukan ucapan Liora, dia menarik tangan Liora dan menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang. Kemudian Marvin mengungkung tubuh Liora.
"Kamu sengaja datang untuk menyerahkan diri apa bagaimana?" tanya Marvin dengan satu alis terangkat.
"Sungguh, aku tidak tahu kalau Kak Marvin sudah pulang. Aku kesini hanya untuk mengantarkan pakaian." Liora kembali menjelaskan tujuannya masuk ke dalam kamar kakak iparnya.
"Mobilku mogok dijalan, jadi aku pulang naik taksi. Ayah dan yang lainnya akan makan malam diluar, jadi kita memiliki banyak waktu berdua, adik ipar." tangan Marvin menyentuh pinggang Liora dan bergerak perlahan turun ke bawah.
"Kak, apa yang kamu lakukan!" Liora menahan tangan Marvin saat tangan kakak iparnya itu menyentuh kulit pahanya.
Marvin menyeringai tipis saat melihat wajah panik Liora. Dibalik penampilan sederhana adik iparnya, Liora memiliki wajah cantik dan tubuh ideal idaman semua pria. Khususnya pria brengsek seperti dirinya. Seperti sekarang ini, dia telah berani menganggu ketenangan adik iparnya itu.
"Apa Haikal belum pernah menyentuhmu?" tanya Marvin dengan suara pelan dan tatapan lembutnya. "Dia bahkan percaya dengan mudah jika gigitan dilehermu ini adalah bekas gigitan binatang."
"Itu bukan urusanmu!" kesal Liora, memalingkan wajahnya kesamping untuk menghindari tatapan Marvin. Pertanyaan itu seperti mengoyak hatinya, karena pada kenyataannya suaminya belum pernah menyentuhnya sama sekali di usia pernikahan mereka yang sudah menginjak bulan keenam.
Tangan Marvin kembali bergerak saat pegangan tangan Liora ditangannya mulai mengendur, bergerak menyingkap dress yang dipakai Liora dan mengusap lembut perutnya.
"Ah, Kak jangan!" Liora menahan lengan Marvin saat tangan Marvin semakin turun ke bagian intimnya.
📍
📍
📍
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Zuri
jangan jangan Liora putri konglomerat🤭
2025-10-08
1
Zuri
tapi Liora gak diprioritasinn🤧😭😭
2025-10-08
1
Zuri
gak mau bareng Marvin ya Ra?😏
2025-10-08
1