"Ada pernikahan tapi tidak memberitahuku,"
Marvin melangkahkan kakinya mendekat ke arah Ayahnya yang tengah duduk diatas ranjang dengan punggung bersandar pada headboard, lalu dia ikut duduk di tepian ranjang menghadap kearah Ayahnya. Selama dua belas tahun ini dia memang jarang berkomunikasi dengan sang Ayah, sejak dia memutuskan untuk menetap di Australia bersama dengan ibunya.
"Bagaimana kamu akan tahu jika kamu sendiri sangat sulit dihubungi," jawab Tuan Arthur. "Lagipula pernikahan adikmu terjadi secara mendadak, mama Maria yang sudah mengatur semuanya. Juga tidak ada pesta besar-besaran karena adikmu menolak untuk merayakannya."
"Dimana bocah itu memungutnya? Sama sekali bukan seperti kriterianya,"
Usianya dengan Haikal hanya selisih tiga tahun, dan Marvin sangat paham betul jika Haikal bukan tipe orang yang menyukai wanita penurut seperti Liora. Apalagi penampilan Liora yang terlihat begitu sederhana dan sangat jauh dari kata mewah, sama sekali bukan seperti tipe wanita yang selalu diincar oleh adiknya semasa sekolah dulu.
"Jangan bicara seperti itu. Liora anak yang baik, dan Ayah sudah mengenalnya cukup lama. Dia adalah salah satu anak yang dititipkan di panti asuhan tempat Ayah menjadi donatur disana." jelas Tuan Arthur. "Baik-baiklah kamu dengan adik iparmu itu."
"Sekarang ceritakan, bagaimana kabar ibumu?" tanya Tuan Arthur kemudian. "Terakhir Ayah melihatnya dua tahun yang lalu, saat Ayah mengunjungi kalian di Australia bersama dengan Audrey."
"Ibu sangat baik. Bahkan sangat baik setelah tinggal jauh dari Ayah." jawab Marvin dengan nada sedikit menyindir.
Keputusan Tuan Arthur untuk menikahi cinta pertamanya jelas mendapatkan pertentangan dari Nyonya Eliza dan keluarga besar mereka pada saat itu. Nyonya Eliza memutuskan untuk pergi ke Australia guna mengobati kekecewaan hatinya, tapi Tuan Arthur melarangnya membawa serta Marvin yang saat itu baru berusia dua setengah tahun. Hingga setiap satu tahun sekali Nyonya Eliza pulang untuk melihat keadaan putranya sebelum akhirnya Marvin sendiri yang memutuskan untuk ikut bersamanya.
"Ayah istirahatlah, aku akan ke kamarku."
Marvin meninggalkan kamar Ayahnya, masuk ke dalam kamar miliknya yang ada dilantai bawah. Tidak banyak yang berubah, kamar itu masih sama seperti saat terakhir kali dia tinggalkan. Hanya ada beberapa hiasan yang ditambahkan, mungkin Ayahnya yang menambahkannya.
Liora mengetuk pintu kamar Marvin yang masih terbuka lebar dengan membawa koper milik kakak iparnya itu.
"Kak Marvin, aku kesini untuk mengantarkan koper Kakak." Liora menarik koper itu hingga ke sisi ranjang.
"Tolong siapkan air hangat untukku mandi, aku ingin berendam untuk merilekskan tubuhku setelah perjalanan jauh yang cukup melelahkan," perintah Marvin.
"Ah, tapi..." Liora sedikit terkejut dengan permintaan Marvin, dia menggigit bibir bawahnya. "Aku..."
"Kamu disuruh oleh wanita itu untuk melayaniku kan? Kalau begitu sekarang lakukan apa yang aku perintahkan," Marvin melepaskan jaketnya dan melemparkannya ke arah sofa, kemudian dia menjatuhkan tubuhnya duduk disana dengan kedua tangan direntangkan pada punggung sofa dan kaki yang saling bertumpu.
Liora menghela napas pelan, menatap Marvin sejenak sebelum akhirnya memalingkan muka dan masuk kedalam kamar mandi dengan pintu kamar mandi yang dibiarkan terbuka lebar. Liora memutar keran dan mulai mengisi bathtub dengan air dingin terlebih dahulu, kemudian mengaturnya ke air hangat.
Suara pintu kamar mandi yang ditutup membuat Liora menoleh setelah beberapa saat dia berdiri disana, Marvin sudah berdiri dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan boxer saja. Jantung Liora berdetak kencang, dia segera memalingkan wajahnya kesamping untuk menghindari pemandangan didepannya.
"Airnya baru terisi setengah. A-aku akan keluar sekarang," Liora berkata dengan gugup, baru beberapa langkah dia berjalan Marvin sudah menarik tubuhnya hingga ke bawah shower.
Air shower yang tiba-tiba menyala membuat tubuh keduanya basah, Marvin menahan kembali lengan Liora saat wanita itu hendak melangkah pergi dan menghimpit tubuhnya ke tembok.
"Kak Marvin, apa yang kamu lakukan?!" Liora menahan dada Marvin dengan kedua tangannya.
"Temani aku mandi adik ipar. Anggap saja ini sebagai sambutan untukku karena dirumah ini tidak ada yang menyambut kepulanganku," ujar Marvin. Kedua tangannya memegangi pergelangan tangan Liora dan menahannya diatas kepala wanita itu.
Liora merasa sangat kesal, apalagi tubuhnya mulai basah kuyup sampai kedalam-dalamnya. "Lepaskan, Kak! Jangan kurang aj..."
"Kak Marvin... Kak...?"
Suara Audrey yang memanggil dari dalam kamar Marvin membuat wajah Liora kaget dan panik. Audrey baru pulang sekolah dan ingin menemui kakaknya setelah mendengar dari salah seorang pelayan jika kakaknya sudah tiba di rumah dan sedang beristirahat dikamar.
"Jangan bersuara Liora, atau Audrey akan tahu kamu sedang disini bersamaku," Marvin menyunggingkan senyum, menetap puas dengan ekspresi pasrah Liora.
"Kakak sedang mandi, Audrey. Nanti Kakak akan menemuimu setelah selesai," teriak Marvin dari dalam kamar mandi dengan tetap menghimpit tubuh Liora.
"Ya sudah, aku juga mau ganti pakaian dulu. Nanti kita makan bareng ya, Kak."
Audrey meninggalkan kamar Marvin dan naik ke kamarnya untuk mengganti seragam sekolahnya. Sementara Liora dan Marvin masih berdiri dibawah guyuran air shower. Liora merasa sedikit lega saat suara Audrey sudah tidak terdengar lagi.
Suasana sedikit mereda, namun keintiman tetap terlihat. Liora menarik paksa tangannya dari genggaman Marvin, mendorong kuat dada Marvin hingga tubuh pria itu terdorong sedikit kebelakang. Buru-buru Liora melangkah pergi, namun langkahnya kembali tertahan oleh suara berat Marvin.
"Kamu tidak akan bisa keluar dalam keadaan basah seperti itu, Liora." Marvin melangkah mendekat, berdiri di belakang Liora dengan seringai tipis diwajahnya. "Ganti bajumu dengan bajuku, atau orang-orang dirumah ini akan berpikir macam-macam jika kamu keluar dari kamarku dengan pakaian basah seperti ini."
Liora menoleh kesamping dengan gerakan cepat, dadanya naik turun menahan gejolak amarah yang kian membuncah. Marvin, pria itu seperti tidak bersalah sama sekali karena telah membuatnya basah kuyup seperti ini.
"Tidak perlu, terimakasih!"
Liora membuka pintu kamar mandi dan keluar dari dalam kamar Marvin. Sesampainya di lantai atas dia berpapasan dengan Audrey yang sudah berganti pakaian dan hendak turun ke lantai bawah.
"Kak Lio, kenapa Kakak basah kuyup begini?" tanya Audrey khawatir.
Liora menggeleng pelan, berusaha untuk tersenyum. "Tidak apa-apa, Audrey. Tadi Kakak kepleset dan jatuh ke kolam renang. Kakak ganti baju dulu ya ke kamar," Liora menepuk pelan lengan Audrey dan berlalu pergi dari hadapan gadis itu.
Audrey mengedikkan bahunya dan menatap kepergian kakak iparnya. Setahunya Liora tidak bisa berenang, tapi mengapa Liora bisa keluar dari kolam renang tanpa bantuan dari siapapun. Namun Audrey tidak ingin mempermasalahkan, mungkin saja tadi Liora dibantu oleh pelayan dirumah saat jatuh ke kolam renang.
📍
📍
📍
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Zuri
kann mulai kann...baru juga kenal oii/Curse//Curse/
2025-10-06
1
Zuri
awalnya nyiapin air... ntar mrembet ke mana mana🙄
2025-10-06
1
Zuri
baik kok.. baiknya bablas malah🤧🤧
2025-10-06
1