Chapter 5

Alex berjalan menuju dapur. Aroma hangus langsung menyerang indranya begitu ia mendekati meja makan.

"Roti bakar khas Mama Elise. Hitam di luar, lembek di dalam." Dengan ragu, Alex mengambil roti bakar itu dan menggigit sedikit.

"Rasanya sangat pahit, bercampur dengan tekstur keras yang tidak menyenangkan." Ia meletakkannya kembali di piring dengan hati-hati. Wajah bocah tetap tanpa ekspresi, seolah sudah terbiasa dengan rasa itu.

"Ck, aku merasa seperti sedang makan batu bata," tambahnya menatap roti bakar itu dengan geli dan kesal.

Lantas, Alex mengalihkan pandangannya ke kursi di seberang meja, tempat ibunya biasanya duduk. Di sana, Elise akan menyesap kopi paginya dengan tergesa-gesa sebelum berangkat kerja.

Kini, kursi itu kosong. Hanya ada cangkir kopi setengah penuh dengan bekas lipstik merah muda di tepinya.

Alex menatap cangkir itu lama. Ada sesuatu di dadanya yang sulit dijelaskan. Antara rindu dan kesal. Rindu akan kehadiran ibunya, kesal karena ibunya selalu terburu-buru dan tidak pernah punya waktu untuk dirinya sendiri.

"Alex akan buat mama bahagia nanti."

Alex mengalihkan perhatiannya pada laptop kecil di tangannya. Layar menyala, menampilkan baris-baris kode yang masih terbuka dari aktivitasnya pagi tadi. Kode-kode rumit yang hanya bisa dipahami oleh segelintir orang di dunia ini.

Namun kali ini, ada pesan kecil muncul di pojok kanan bawah layar:

Remote access attempt detected.

Alis bocah itu naik sedikit.

"Cepat juga reaksinya," gumam Alex. Jemarinya mulai menari di atas keyboard, mengetik serangkaian perintah dengan kecepatan yang mengagumkan.

Ia memutus jalur akses itu dengan cepat dan memasang pengalih sinyal untuk mengelabui pengejar, lalu menyembunyikan jejak koneksinya dengan teknik enkripsi tingkat tinggi.

"Selamat datang di dalam permainan, siapa pun kau," senyum tipis muncul di wajahnya yang biasanya datar.

 ****

Ribuan kilometer dari sana, di pusat kota Milan yang megah, sebuah gedung pencakar langit dengan tulisan Moretti Corporation berdiri angkuh di bawah langit yang kelabu.

Di lantai 43, suasana mencekam.

Ruangan itu adalah pusat kendali keamanan siber Moretti Corporation, tempat para ahli teknologi terbaik bekerja untuk melindungi aset perusahaan dari serangan dunia maya.

"Sir! Seseorang menembus jaringan utama!" seru Jimmy, operator keamanan siber termuda di perusahaan itu. Keringat dingin membasahi dahinya, matanya terpaku pada enam monitor besar yang menampilkan barisan kode hijau yang terus bergerak.

Diego berdiri di belakangnya. Matanya yang biru sedingin es menatap layar dengan intensitas yang menakutkan.

"Berapa lama dia di dalam?" tanya Diego datar.

Jimmy menelan ludah dengan susah payah. "Hanya dua puluh detik, Sir. Tapi cukup untuk membuka file pribadi anda."

Ruangan mendadak hening. Semua orang menahan napas, takut untuk menarik perhatian Diego.

Diego menatap layar lebih dekat, seolah mencoba melihat menembus kode-kode itu. "File yang mana?"

"Yang dikunci dengan protokol Genesis."

Rahang Diego menegang. Otot-otot di wajahnya menegang. Ia berdiri tegak, membalikkan badannya dan menatap pantulan dirinya di jendela kaca besar.

"Genesis," gumamnya pelan, seolah menyebut nama hantu dari masa lalu. Nama yang sudah lama terkubur dalam ingatannya, kini kembali menghantuinya.

Jimmy menatapnya cemas. Ia tahu bahwa protokol Genesis adalah sesuatu yang sangat penting bagi Diego.

"Tapi dia tak mengambil apa pun, Sir. Hanya melihat. Seolah, mereka ingin memberi tahu bahwa mereka bisa."

Diego menoleh pelan, tatapannya tajam dan menusuk. "IP asal?"

"Dari jalur pribadi, terus berpindah antar-node. Kami hanya tahu satu hal, lokasi terakhir muncul di Eropa Timur. Setelah itu, hilang," jawab Jimmy.

Diego mendengus pelan, lalu mengambil sebatang rokok cerutu dari kotak perak dan menyalakannya dengan tenang.

"Hubungkan aku dengan uncle Nicholas," ujar Diego akhirnya.

Beberapa detik kemudian, suara berat pria tua terdengar dari speaker. Suara yang penuh dengan kebijaksanaan dan pengalaman, namun juga penuh dengan perhitungan.

"Diego, sudah lama. Masalah apa lagi kali ini?"

"Seseorang menembus protokol Genesis," jawab Diego datar. "Dan aku ingin tahu apakah ada kemungkinan benih itu masih hidup."

Hening beberapa detik.

"Kemungkinan itu selalu ada," sahut Nicholas.

Diego berjalan ke jendela, menatap hujan yang mulai turun di atas atap Milan. Hujan yang seolah mencerminkan kekacauan yang terjadi di dalam dirinya.

"Enam tahun, Uncle. Enam tahun aku menanam bibit itu, dan sampai sekarang aku bahkan tidak tahu bagaimana hasilnya dan dimana. Juga siapa wanita itu. Miris sekali."

"Sayangnya, tak ada catatan lengkap. Data dirinya seolah disembunyikan," jawab sang paman. "Mereka hanya tahu bahwa dia dipilih karena kondisi genetiknya stabil dan tingkat kecerdasannya di atas rata-rata."

Diego mengepalkan tangan. "Dan Uncle membiarkannya dulu?"

"Laboratorium diserang malam itu. Mereka kehilangan banyak orang. Aku kira kau sudah melupakan proyek itu."

"Aku tidak akan pernah melupakan benihku sendiri, Uncle. Aku ingin tahu di mana wanita itu, dan anak yang dikandungnya."

"Kalau dia memang masih hidup, anak itu seharusnya berusia sekitar enam tahun sekarang. Jika kau menemukan jejak digital luar biasa, mungkin itu dia."

Diego tersenyum miring.

"Jadi bocah jenius yang cukup berani menembus server-ku bisa saja darah dagingku sendiri?"

"Bisa jadi," jawab Nicholas. "Tetap berhati-hati, Diego. Jangan biarkan emosi mengendalikan mu!"

Diego mematikan sambungan dan kembali menatap Jimmy.

"Kerahkan semua sumber daya. Aku ingin tahu siapa peretas itu, di mana dia, dan siapa wanita yang bersamanya."

"Ya, Sir."

Diego menatap langit Milan yang mulai diselimuti kabut. Hujan semakin deras, suaranya menetes di kaca, ritmenya seperti napas panjang yang tertahan.

"Wanita itu membawa separuh dariku. Dan aku akan menemukannya, entah di ujung dunia sekalipun."

Terpopuler

Comments

Leny Wijaya

Leny Wijaya

darah daging Diego mirip dgn Diego waktu kecil😃ini tandingannya😃lNjut thor semngat ya thor

2025-10-06

1

Sri Rahayu

Sri Rahayu

hahaha...Diego diretas oleh darah daging nya....ditunggu lanjutan nya Thorr 😘😘😘

2025-10-06

1

partini

partini

wah akurat sekali,, darah daging mu pasti mirip banget pas diego kecil

2025-10-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!