Chapter 4

"Seperti biasa, cukup untuk mengelabui siapa pun," gumamnya getir, tersenyum miris pada pantulan dirinya.

Elise berdiri di depan cermin, menyempurnakan penampilannya.

Rambutnya ditata sederhana, diikat ke belakang dengan rapi. Kacamata berbingkai hitam besar dikenakannya, lalu sebuah tompel kecil ditempelkan di pipi.

Dengan tas kecil di tangan, ia menuju kamar Alex. Bocah itu duduk di depan laptop, mata birunya terpaku pada layar.

"Sayang, sudah bangun dari subuh lagi?" tanya Elise lembut.

Alex tak menjawab, jari-jarinya menari di atas keyboard, mengetik kode-kode aneh yang tak dipahami Elise.

"Alex, Mama sedang bicara, kau dengar tidak?" Elise curiga.

"Sebentar, Mama," jawab Alex tanpa menoleh. "Hampir selesai."

Elise menghela napas, menatap kamar yang dipenuhi kertas coretan angka dan diagram. Kamar bocah enam tahun itu bak ruang kerja ilmuwan.

"Mama tahu kau bosan karena diskors. Tapi mainlah di luar, jangan terus menatap layar," kata Elise.

Alex menahan napas dan tetap fokus. "Aku sedang melakukan sesuatu yang penting, Mama. Kalau berhasil, Mama tak perlu bekerja lagi di perusahaan itu."

Elise mengerutkan dahi. "Maksudmu?"

Tiba-tiba, suara kecil dari laptop Alex terdengar: Access Granted

Alex bersorak pelan, "Yes! Berhasil!"

Elise terkejut. "Apa yang berhasil?"

Alex cepat-cepat menutup laptop, wajahnya tegang. "Bukan apa-apa, Ma. Cuma game."

"Game?" Elise memicingkan mata. "Game apa yang butuh sandi sepanjang itu?"

Alex terdiam, bibirnya bergetar, mencari alasan. "Game cerdas?"

Elise berdecak, lalu berjalan mendekat. Alex menggeser laptop dan menutupi layar dengan tangannya.

"Alex, Mama serius. Jangan buka situs aneh. Mama tak mau komputer kita terkena virus."

Alex menunduk, senyum tipis tersungging di bibir mungilnya. "Mama tenang saja. Kalau ada virus, aku bisa perbaiki. Aku bahkan bisa perbaiki server sekolah yang diretas minggu lalu."

Elise membeku. "Kau yang meretas server sekolah itu?"

Alex menatap ibunya datar. "Kalau aku bilang iya, Mama marah?"

Elise memijat pelipisnya. "Astaga, Alex. Kau bisa dihukum! Apa yang sebenarnya kau lakukan?"

Alex membuka sedikit layar laptop. Tampak deretan angka dan simbol rumit juga logo perusahaan besar yang dikenal Elise.

Itu logo perusahaan tempat Elise bekerja.

Elise membeku, jantungnya berdegup kencang. "Kau juga meretas perusahaan Mama?"

Alex mengangguk. "Aku cuma ingin tahu kenapa Mama dibayar kecil, padahal perusahaan itu besar sekali. Mereka tidak adil. Mama kerja keras setiap hari, tapi tetap hidup susah. Jadi aku coba buka sistem penggajian mereka."

Elise tak tahu harus marah atau kagum. Putranya benar-benar di luar nalar.

"Alex, itu bukan hal yang bisa dilakukan anak enam tahun!"

"Justru karena itu mereka tak akan curiga," jawab Alex tenang.

Elise hampir tertawa di antara cemasnya. Ia menatap bocah itu, matanya melembut.

"Alex, dengarkan Mama. Kau pintar, terlalu pintar. Tapi dunia tak selalu baik pada orang pintar. Kadang, orang pintar justru disalahgunakan."

Alex menatap ibunya, ekspresinya yang dingin berubah.

"Aku tak mau Mama disalahgunakan, makanya aku membantu. Aku cuma ingin Mama berhenti kerja di sana. Aku akan cari uang sendiri untukmu."

Elise terdiam. Kata-kata itu menancap di dadanya. Anak sekecil itu, dengan pikiran dewasa.

Ia mengusap kepala Alex. "Mama kerja bukan karena uang saja. Tapi karena Mama ingin kau punya masa depan baik. Kau tak perlu jadi pahlawan kecil, sayang. Mama masih kuat."

Alex menunduk, menatap jemarinya. "Tapi Mama sering pulang malam, kelihatan capek, dan kadang Mama menangis diam-diam."

Elise menahan napas. "Kau… kau lihat?"

Alex mengangguk. "Anak jenius seperti aku tak perlu melihat, cukup mendengar suara napas Mama di kamar. Kalau Mama sedih, aku tahu."

Elise membelalak. Mendengar suara napas katanya?

Ia menarik napas panjang, lalu berkata lembut, "Janji, mulai sekarang jangan buka sistem perusahaan siapa pun lagi. Kalau ketahuan, kita bisa dalam bahaya."

Alex menatap ibunya, lalu mengangguk kecil. "Baik, Mama. Tapi aku akan cari cara lain."

Elise menatapnya curiga. "Cara lain apa lagi?"

Alex tersenyum samar. "Rahasia negara," katanya, dengan nada yang membuat Elise ingin memukul kepalanya pelan.

Ia menyerah, menghela napas panjang. "Baiklah, Profesor kecil. Tapi sekarang tutup laptop itu dan sarapan. Mama hampir terlambat kerja."

"Kali ini apa? Mi instan?"

"Bukan, tapi roti bakar," jawab Elise.

Alex menatap ibunya dengan senyum tipis. "Mama, kalau suatu hari ada orang mencari Mama, atau ada orang yang jahat pada mama, aku yang akan melindungi mu."

"Ya ya, baiklah mama percaya padamu." Elise mengecup kening Alex dan beranjak dari sana.

"Ma, sampai kapan Mama mau menyembunyikan identitas Mama?"

Mendengar pertanyaan itu, langkah Elise terhenti.

Elise perlahan menoleh. Menatap Bocah yang masih duduk di kursinya.

“A-apa maksudmu, sayang?” suara Elise bergetar. Ia berusaha tersenyum.

Alex menutup laptopnya perlahan, lalu berdiri. "Mama selalu memakai kacamata besar itu, selalu menutup wajah Mama pakai tompel, dan bahkan mengganti nama belakang kita. Aku bukan anak bodoh, Mama."

Elise menelan ludah. Tenggorokannya terasa kering. "Alex… Mama cuma—"

"Berusaha melindungi ku?" potong Alex cepat. "Atau berusaha lari dari sesuatu?"

Hening menyelimuti ruangan. Elise memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan debar jantungnya yang mulai tak beraturan.

Apa jangan-jangan Alex sudah tahu siapa Elise sebenarnya?

Elise menatap bocah itu lama, lalu mendekat pelan. "Sayang, ada hal-hal yang belum bisa Mama jelaskan sekarang. Tapi semuanya murni untuk kebaikanmu."

Alex mengangkat dagunya, menatap ibunya dengan pandangan tajam.

"Kalau begitu Mama harus tahu, aku sudah mulai mencari jawabannya sendiri," ucap Alex.

Elise terpaku. Dunia seolah berhenti sejenak.

"Ya Tuhan. Jangan bilang dia sudah mulai menyelidiki ibunya," gumamnya.

Terpopuler

Comments

Sri Rahayu

Sri Rahayu

Elise....Alex itu sangat cerdas...lbh baik kamu jujur sama Alex siapa kamu sebenarnya dan bagaimana asal usul Alex...lanjut Thorr 😘😘😘

2025-10-06

1

Opi Sofiyanti

Opi Sofiyanti

bahaya y bund pny ank yg kelewat pintar.... 😂😂😂

2025-10-06

0

@pry😛

@pry😛

ank mu bkn kaleng"

2025-10-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!