Bab 5 : Sakit dan Kembali

...🌼...

...•...

...•...

Sonia mengedarkan pandangannya ketika sadar, ia melihat ada Rani dan Jabar yang sedang menunggu di ruangan rawat.

"Mbak Rani, saya kenapa ya?" tanya Sonia bingung, karena tiba-tiba dia sudah berada di rumah sakit.

"Kamu tadi pingsan, Sonia. Banyak sekali keluar darah dari hidung kamu, makanya kami lancang mendobrak pintu rumahmu dan membawa kamu ke sini," jelas Rani sembari mengusap punggung tangan Sonia.

"Ya Allah, maafin aku ya, Mbak. Aku jadi merepotkan Mbak dan Mas."

"Nggak kok, sekarang mending kamu istirahat ya. Kata dokter tadi, kamu kelelahan."

"Iya, Mbak. Terima kasih banyak, ya," ucap Sonia dengan sedikit sungkan, merasa sudah membuat repot orang lain.

Sonia memang akhir-akhir ini sering kelelahan. Banyak pekerjaan yang dia lakukan tanpa ada waktu untuk istirahat, atau bisa dikatakan waktu istirahatnya tidak cukup.

"Mungkin aku harus libur dulu deh jualan. Nggak mungkin harus maksain kerja kalau ujung-ujungnya bakalan sakit begini. Penghasilanku bakalan habis buat berobat aja kalau begini," pikir Sonia yang mulai menyadari konsekuensi dari memaksakan tubuhnya sendiri.

“Kami pulang dulu ya, Sonia. Gapapa ditinggal sendiri, kan?”

“Oh iya, Mbak Rani. Gapapa kok.”

Rani dan Jabar langsung menuju rumah Sean tanpa membawa pesanan yang Sean minta tadi. Dia menghadap Sean dengan sedikit rasa segan.

"Maaf, Tuan. Sonia sedang sakit, jadi tidak ada pesanan yang saya bawa sekarang," lapor Rani.

Sean kaget, dia langsung berdiri dan memeriksa ponselnya kembali. Memang Sonia belum merespon orderan kuenya. Biasanya pesan Sean selalu direspon cepat oleh Sonia.

"Sonia sakit apa?" tanya Sean dengan nada khawatir.

"Tadi saat kami datang ke rumahnya, saya melihat Sonia tergeletak dengan hidung mengeluarkan banyak darah. Saya dan Jabar membawa Sonia ke rumah sakit terdekat dan keadaannya sekarang masih lemah, Tuan. Kata dokter tadi, Sonia kelelahan dan butuh waktu istirahat," jelas Rani yang dibalas anggukan oleh Jabar karena memang dia yang mendobrak pintu rumah Sonia.

"Ya sudah, kalau begitu kalian boleh pergi." Mereka sedikit menunduk lalu pergi dari hadapan Sean.

"Permisi, Tuan," pamit mereka berdua.

Sean menyambar kunci mobilnya, mengenakan pakaian kasual dan terlihat lebih santai. Hari ini dia tidak ke kantor dulu karena memang sedang malas saja. Sean menuju ke rumah sakit di mana Sonia sedang dirawat. Setelah mengetahui ruangan itu, ia segera menuju ke sana dengan perasaan khawatir.

"Semoga dia baik-baik saja," harapnya pelan.

Pria itu sampai di depan ruangan yang dituju. Sebelum masuk, dia mendengar suara Vanno dari dalam sana sedang bicara dengan Sonia, menimbulkan rasa cemburu di hatinya.

Sean mengintip dengan sedikit membuka pintu ruangan dan melihat Vanno sedang bicara pada Sonia sambil menggenggam tangan gadisnya.

"Apa gaji yang aku berikan padamu itu kurang, Sonia? Kamu jangan memaksakan diri dalam bekerja seperti ini, begini kan jadinya. Tubuh kamu juga butuh istirahat."

"Iya, Vanno, maaf. Tapi aku senang aja melakukannya, bukan karena gaji yang kamu berikan kurang kok."

Vanno dan Sonia memang dekat sebagai teman jika tidak sedang berada di area kantor. Sonia tadi meminta izin pada Vanno karena dia sakit, dengan cepat Vanno melesat untuk menemui sekretarisnya itu.

"Aku sangat khawatir melihat kamu begini. Saat mendapat telepon dari kamu tadi, aku meninggalkan meeting dan langsung menghampirimu, Sonia."

"Terima kasih sudah khawatir. Aku hanya tidak ingin libur tanpa kabar, Van. Maaf ya sudah mengganggu waktu kamu."

"Jangan bicara begitu, kamu tidak pernah mengganggu waktuku." Sonia tersenyum, yang membuat Sean terbakar api cemburu, karena baginya, senyuman itu hanya untuk dirinya saja.

"Mereka sangat dekat, apa mereka memiliki hubungan spesial? Atau mereka berdua pacaran? Dari cara mereka saling panggil nama saja, sudah menunjukkan betapa dekat hubungan itu," pikir Sean yang tengah mengintip mereka berdua.

"Permisi, Pak. Saya mau masuk," sapa seorang perawat yang ingin masuk ke dalam ruangan Sonia. Sontak pandangan Vanno dan Sonia teralihkan, mereka melihat Sean berdiri di pintu ruang rawat.

"Pak Sean," gumam Sonia pelan. Berusaha bersikap formal agar Vanno tidak curiga.

"Sean, kenapa di sini?" tanya Vanno heran. Dia tidak bicara formal lagi karena sekarang bukan di kantor dan sedang tidak membicarakan bisnis.

Sean terlihat gelagapan dan akhirnya memasuki ruangan dengan mantap. Perawat tadi memeriksa infus di tangan Sonia dan memberikan vitamin untuk gadis 24 tahun itu.

"Vitamin-nya diminum ya."

"Makasih, Sus."

Perawat itu meninggalkan ruang rawat tersebut, hanya Sean, Sonia, dan Vanno yang tersisa. Vanno masih menunggu jawaban dari Sean.

"Hm, gimana keadaan kamu? Kenapa kamu bisa masuk ke sini?" tanya Sean tanpa menjawab pertanyaan Vanno tadi.

"Alhamdulillah, saya nggak apa-apa, Pak. Saya cuma kelelahan aja. Besok juga saya sudah boleh pulang kok," jawab Sonia dengan lembut disertai senyuman.

"Kok kamu di sini, Sean?" tanya Vanno lagi yang masih penasaran.

"Saya tadi membesuk teman di rumah sakit ini dan tidak sengaja mendengar suara kamu. Saya pikir kamu yang sakit, jadi saya melihat ke sini." Sean berbohong untuk menutupi kegugupannya, dan dibalas anggukan oleh Vanno karena alasan Sean masuk akal.

"Oh iya, saya masih ada meeting. Kamu saya tinggal gapapa?" tanya Vanno pada Sonia.

"Iya, nggak masalah, Vanno."

"Pergi dulu ya, kamu jaga diri baik-baik. Nanti kalau selesai meeting, aku akan ke sini lagi." Vanno mengusap lembut kepala Sonia, lalu melenggang keluar. Sean mengepalkan tangannya karena cemburu melihat kedekatan Vanno dan Sonia itu.

Suasana menjadi sangat canggung sekarang. Sonia dan Sean sama-sama bingung harus memulai percakapan dari mana, ditambah lagi mata Sonia yang terasa sangat berat setelah minum obat.

"Kamu ngantuk?" tanya Sean dengan rasa canggung yang terlihat jelas.

"Iya, tadi habis minum obat, kepala aku juga pusing sekarang."

"Tidurlah! Kamu butuh istirahat yang cukup. Aku pergi dulu, semoga kamu lekas sembuh." Sean yang hendak pergi, ditahan oleh Sonia dengan memegang lengan kokoh pria itu.

"Bagaimana kamu bisa tau aku di sini?" Sonia menitikkan air matanya ketika bertatapan langsung begini dengan Sean, ia menatap lekat kedua bola mata cokelat tersebut.

Sean mendekat dan langsung memeluk Sonia dengan erat, melepaskan segala kerinduan yang selama ini dia pendam pada gadisnya.

"Apa yang tidak aku ketahui mengenai kamu. Kamu harus sembuh, Sonia. Kamu nggak boleh sakit begini." Sean juga menitikkan air matanya, tapi dengan cepat dia hapus agar tidak dilihat oleh Sonia.

"Kenapa kau kembali lagi, Sean?" tangis Sonia terdengar begitu pilu.

"Aku merindukanmu, Sonia. Tak cukupkah waktu lima tahun bagimu untuk menjauh dariku?" Sonia tak menjawab lagi, dia hanya terisak dalam pelukan itu, pria yang menjadi cinta pertamanya itu kini kembali di saat yang tepat.

"Berpura-pura tidak mengenalmu adalah hal tersulit bagiku, Sonia. Tidak bisakah kita seperti dulu lagi?" Sean menangkup wajah Sonia yang terlihat pucat.

"Apa kamu mau kembali padaku? Setelah apa yang pernah aku katakan dulu?" tanya Sonia dengan ragu.

"Tentu aku mau. Sudah sangat lama aku ingin kembali padamu. Apa kali ini aku diterima?" Sonia kembali memeluk erat Sean, lalu ia mengangguk.

"Maafkan aku ya, aku sudah membuat kamu sakit hati," sesal Sonia.

"Sshhtt ... jangan diingat lagi, semua sudah berlalu, kan. Kita bisa membangun kembali hubungan yang sempat tertunda."

Terpopuler

Comments

Maryam Nushaibah

Maryam Nushaibah

Bilang aja cemburu, susah banget Si Sean ini🤣

2025-10-04

0

Natasha

Natasha

Balikan aja sih, jangan saling tekan ego masing2

2025-10-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Ingin Menemui Dia
2 Bab 2 : Pertemuan Pertama Setelah Sekian Lama
3 Bab 3 : Orderan Itu Dari Sean
4 Bab 4 : Meminta Kepastian
5 Bab 5 : Sakit dan Kembali
6 Bab 6 : Mengakhiri Hidup
7 Bab 7 : Kenapa Dia? Padahal Aku Lebih Dulu
8 Bab 8 : Pertengkaran Anak dan Ayah
9 Bab 9 : Ulang Tahun Istimewa
10 Bab 10 : Perubahan Drastis
11 Bab 11 : Meminta Penjelasan
12 Bab 12 : Memberikan Pilihan
13 Bab 13 : Penyiksaan Pertama Kali
14 Bab 14 : Sean, Rumah Bagi Sonia
15 Bab 15 : Tamparan Menyakitkan
16 Bab 16 : Ada Apa Ini?
17 Bab 17 : Telat Pulang Ke Rumah
18 Bab 18 : Diantar Oleh Vanno
19 Bab 19 : Kekhawatiran
20 Bab 20 : Sarapan Istimewa Bagi Sonia
21 Bab 21 : Amarah Mematikan
22 Bab 22 : Membalas dan Merasa Iba
23 Bab 23 : Membeli Jajanan
24 Bab 24 : Keindahan Malam
25 Bab 25 : Semalam Bersamamu
26 Bab 26 : Ketenangan Setelah Sekian Lama
27 Bab 27 : Candaan Mereka
28 Bab 28 : Ancaman Nila
29 Bab 29 : Cincin
30 Bab 30 : Ingin Jujur Tapi Terlarang
31 Bab 31 : Kilas Balik Menyakitkan
32 Bab 32 : Menyerang
33 Bab 33 : Kecemburuan Sonia Pada Anna
34 Bab 34 : Menemui Sean Lantaran Rindu
35 Bab 35 : Kamu Kenapa, Sonia?
36 Bab 36 : Kedatangan Dia yang Tak Diinginkan
37 Bab 37 : Histeris Memilukan
38 Bab 38 : Hampir Merenggut Nyawanya
39 Bab 39 : Kegagalan Mendapatkan Informasi
40 Bab 40 : Kecemburuan Datang Lagi
41 Bab 41 : Tergoda Sedikit
42 Bab 42 : Gangguan Disaat Bermesraan
43 Bab 43 : Langkah Pembalasan
44 Bab 44 : Membalas Perbuatan Mereka
45 Bab 45 : Menghadiri Pernikahan Vanno
46 Bab 46 : Pertengkaran Kecil Sean Sonia
47 Bab 47 : Perasaan Ini
48 Bab 48 : Dibawa Paksa
49 Bab 49 : Ingin Bercerita
50 Bab 50 : Menceritakan Apa yang Terjadi
51 Bab 51 : Flashback
52 Bab 52 : Maaf Karena Sudah Meragukan Kamu
53 Bab 53 : Menjadikannya Jaminan
54 Bab 54 : Kesepakatan Ingin Dibuat
55 Bab 55 : Kembali Meragukan Endro
56 Bab 56 : Menolak Untuk Dititipkan
57 Bab 57 : Pertemuan Pertama yang Tidak Mengenakkan
58 Bab 58 : Pertemuan yang Membuat Sean Kesal
59 Bab 59 : Menahan Agar Tidak Pergi
60 Bab 60 : Hanya Ingin Melindungi Putriku
61 Bab 61 : Sonia, Putri Kesayanganku
62 Bab 62 : Membahagiakannya
63 Bab 63 : Memaafkan Sang Ibu
64 Bab 64 : Mimpi Buruk
65 Bab 65 : Beruntungnya Diperjuangkan
66 Bab 66 : Gagal Menemukannya
67 Bab 67 : Miller, Sang Kakak Kesayangan
68 Bab 68 : Sama-Sama Memberi Kabar
69 Bab 69 : Bertemu Dengan Sang Adik
70 Bab 70 : Penyesalan yang Selalu Datang
71 Bab 71 : Melamar Kiara
72 Bab 72 : Rencana Memberikan Pelajaran
73 Bab 73 : Rencana Memberikan Pelajaran
74 Bab 74 : Menikahi Wanita Muda
75 Bab 75 : Kematian di Tangan Orang Tercinta
76 Bab 76 : Senang Akan Kepergiaannya
77 Bab 77 : Meminta Bantuan Sean
78 Bab 78 : Ya, Aku Mencintainya
79 Bab 79 : Merindukan Ibu
80 Bab 80 : Menjadi Seorang Sandera
81 Bab 81 : Penderitaan Seorang Sandera
82 Bab 82 : Kondisi yang Memilukan
83 Bab 83 : Pembalasan Atas Perbuatan Keji Itu
84 Bab 84 : Mengakhiri Hidup Mereka
85 Bab 85 : Berharap Hamil dan Berharap Pulih
86 Bab 86 : Menunda Kehamilan Dulu
87 Bab 87 : Akan Berpisah
88 Bab 88 : Hancurnya Rumah Tangga
89 Bab 89 : Hanya Mimpi
90 Bab 90 : Kekecewaan
91 Bab 91 : Pembunuhan Lantaran Teringat Sang Istri
92 Bab 92 : Berdamai Dengan Keadaan
93 Bab 93 : Penyesalan Mulai Datang
94 Bab 94 : Memberikan Kesempatan
95 Bab 95 : Menjalin Pertemanan
96 Bab 96 : Amukan Sonia
97 Bab 97 : Kehamilan dan Kebahagiaan Ini
98 Bab 98 : Menginap di Rumah Ibu
99 Bab 99 : Kekhawatiran Akan Kondisinya
100 Bab 100 : Jambu Air
101 Bab 101 : Quality Time Bersama
102 Bab 102 : Nenek Itu Lagi
103 Bab 103 : Sakit Kehamilan Terasa Indah
104 Bab 104 : Kecelakaan
105 Bab 105 : Titik Terendah Sean
106 Bab 106 : Kelahiran yang Sangat Dinanti
107 Bab 107 : Bantuan
108 Bab 108 : Angel Ivana
109 Bab 109 : Pria Bergosip
110 Bab 110 : Yang Menyelamatkan
111 Bab 111 : Kehadiran Bajingan
112 Bab 112 : Untung Ada Kenzo
113 Bab 113 : Ciuman Untuk Angel
114 Bab 114 : Datang Bertamu
115 Bab 115 : Kecemburuan Kenzo
116 Bab 116 : Dibuat Emosi
117 Bab 117 : Ingin Bermusyawarah
118 Bab 118 : Hanya Sebatas Teman
119 Bab 119 : Emosi Saat Mabuk
120 Bab 120 : Ingin Meminta Maaf
121 Bab 121 : Umpatan Kenzo
122 Bab 122 : Obrolan Istri
123 Bab 123 : Ternyata Sudah Menikah
124 Bab 124 : Menjemput Istri
125 Bab 125 : Kilas Balik
126 Bab 126 : Akan Menikahimu
127 Bab 127 : Akankah Mendapatkan Restu?
128 Bab 128 : Menyakitinya
129 Bab 129 : Melabraknya
130 Bab 130 : Pernikahan yang Dinantikan
131 Bab 131 : Berkumpul di mansion Miller
132 Bab 132 : Rencana Kerja Sama
133 Bab 133 : Obrolan Para Pria
134 Bab 134 : Flashback Miller
135 Bab 135 : Memaksanya Untuk Ikut
136 Bab 136 : Menerimanya Lagi
137 Bab 137 : Candaan Mereka
138 Bab 138 : Meminta Izin Keluar
139 Bab 139 : Membawa Ke Tempat Kerja
140 Bab 140 : Kecantikan Sonia
141 Bab 141 : Shopping Bersama
142 Bab 142 : Bersikap Dingin
143 Bab 143 : Membujuk Sonia
144 Bab 144 : Melepas Rindu
145 Bab 145 : Selamanya Kamu Milikku
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1 : Ingin Menemui Dia
2
Bab 2 : Pertemuan Pertama Setelah Sekian Lama
3
Bab 3 : Orderan Itu Dari Sean
4
Bab 4 : Meminta Kepastian
5
Bab 5 : Sakit dan Kembali
6
Bab 6 : Mengakhiri Hidup
7
Bab 7 : Kenapa Dia? Padahal Aku Lebih Dulu
8
Bab 8 : Pertengkaran Anak dan Ayah
9
Bab 9 : Ulang Tahun Istimewa
10
Bab 10 : Perubahan Drastis
11
Bab 11 : Meminta Penjelasan
12
Bab 12 : Memberikan Pilihan
13
Bab 13 : Penyiksaan Pertama Kali
14
Bab 14 : Sean, Rumah Bagi Sonia
15
Bab 15 : Tamparan Menyakitkan
16
Bab 16 : Ada Apa Ini?
17
Bab 17 : Telat Pulang Ke Rumah
18
Bab 18 : Diantar Oleh Vanno
19
Bab 19 : Kekhawatiran
20
Bab 20 : Sarapan Istimewa Bagi Sonia
21
Bab 21 : Amarah Mematikan
22
Bab 22 : Membalas dan Merasa Iba
23
Bab 23 : Membeli Jajanan
24
Bab 24 : Keindahan Malam
25
Bab 25 : Semalam Bersamamu
26
Bab 26 : Ketenangan Setelah Sekian Lama
27
Bab 27 : Candaan Mereka
28
Bab 28 : Ancaman Nila
29
Bab 29 : Cincin
30
Bab 30 : Ingin Jujur Tapi Terlarang
31
Bab 31 : Kilas Balik Menyakitkan
32
Bab 32 : Menyerang
33
Bab 33 : Kecemburuan Sonia Pada Anna
34
Bab 34 : Menemui Sean Lantaran Rindu
35
Bab 35 : Kamu Kenapa, Sonia?
36
Bab 36 : Kedatangan Dia yang Tak Diinginkan
37
Bab 37 : Histeris Memilukan
38
Bab 38 : Hampir Merenggut Nyawanya
39
Bab 39 : Kegagalan Mendapatkan Informasi
40
Bab 40 : Kecemburuan Datang Lagi
41
Bab 41 : Tergoda Sedikit
42
Bab 42 : Gangguan Disaat Bermesraan
43
Bab 43 : Langkah Pembalasan
44
Bab 44 : Membalas Perbuatan Mereka
45
Bab 45 : Menghadiri Pernikahan Vanno
46
Bab 46 : Pertengkaran Kecil Sean Sonia
47
Bab 47 : Perasaan Ini
48
Bab 48 : Dibawa Paksa
49
Bab 49 : Ingin Bercerita
50
Bab 50 : Menceritakan Apa yang Terjadi
51
Bab 51 : Flashback
52
Bab 52 : Maaf Karena Sudah Meragukan Kamu
53
Bab 53 : Menjadikannya Jaminan
54
Bab 54 : Kesepakatan Ingin Dibuat
55
Bab 55 : Kembali Meragukan Endro
56
Bab 56 : Menolak Untuk Dititipkan
57
Bab 57 : Pertemuan Pertama yang Tidak Mengenakkan
58
Bab 58 : Pertemuan yang Membuat Sean Kesal
59
Bab 59 : Menahan Agar Tidak Pergi
60
Bab 60 : Hanya Ingin Melindungi Putriku
61
Bab 61 : Sonia, Putri Kesayanganku
62
Bab 62 : Membahagiakannya
63
Bab 63 : Memaafkan Sang Ibu
64
Bab 64 : Mimpi Buruk
65
Bab 65 : Beruntungnya Diperjuangkan
66
Bab 66 : Gagal Menemukannya
67
Bab 67 : Miller, Sang Kakak Kesayangan
68
Bab 68 : Sama-Sama Memberi Kabar
69
Bab 69 : Bertemu Dengan Sang Adik
70
Bab 70 : Penyesalan yang Selalu Datang
71
Bab 71 : Melamar Kiara
72
Bab 72 : Rencana Memberikan Pelajaran
73
Bab 73 : Rencana Memberikan Pelajaran
74
Bab 74 : Menikahi Wanita Muda
75
Bab 75 : Kematian di Tangan Orang Tercinta
76
Bab 76 : Senang Akan Kepergiaannya
77
Bab 77 : Meminta Bantuan Sean
78
Bab 78 : Ya, Aku Mencintainya
79
Bab 79 : Merindukan Ibu
80
Bab 80 : Menjadi Seorang Sandera
81
Bab 81 : Penderitaan Seorang Sandera
82
Bab 82 : Kondisi yang Memilukan
83
Bab 83 : Pembalasan Atas Perbuatan Keji Itu
84
Bab 84 : Mengakhiri Hidup Mereka
85
Bab 85 : Berharap Hamil dan Berharap Pulih
86
Bab 86 : Menunda Kehamilan Dulu
87
Bab 87 : Akan Berpisah
88
Bab 88 : Hancurnya Rumah Tangga
89
Bab 89 : Hanya Mimpi
90
Bab 90 : Kekecewaan
91
Bab 91 : Pembunuhan Lantaran Teringat Sang Istri
92
Bab 92 : Berdamai Dengan Keadaan
93
Bab 93 : Penyesalan Mulai Datang
94
Bab 94 : Memberikan Kesempatan
95
Bab 95 : Menjalin Pertemanan
96
Bab 96 : Amukan Sonia
97
Bab 97 : Kehamilan dan Kebahagiaan Ini
98
Bab 98 : Menginap di Rumah Ibu
99
Bab 99 : Kekhawatiran Akan Kondisinya
100
Bab 100 : Jambu Air
101
Bab 101 : Quality Time Bersama
102
Bab 102 : Nenek Itu Lagi
103
Bab 103 : Sakit Kehamilan Terasa Indah
104
Bab 104 : Kecelakaan
105
Bab 105 : Titik Terendah Sean
106
Bab 106 : Kelahiran yang Sangat Dinanti
107
Bab 107 : Bantuan
108
Bab 108 : Angel Ivana
109
Bab 109 : Pria Bergosip
110
Bab 110 : Yang Menyelamatkan
111
Bab 111 : Kehadiran Bajingan
112
Bab 112 : Untung Ada Kenzo
113
Bab 113 : Ciuman Untuk Angel
114
Bab 114 : Datang Bertamu
115
Bab 115 : Kecemburuan Kenzo
116
Bab 116 : Dibuat Emosi
117
Bab 117 : Ingin Bermusyawarah
118
Bab 118 : Hanya Sebatas Teman
119
Bab 119 : Emosi Saat Mabuk
120
Bab 120 : Ingin Meminta Maaf
121
Bab 121 : Umpatan Kenzo
122
Bab 122 : Obrolan Istri
123
Bab 123 : Ternyata Sudah Menikah
124
Bab 124 : Menjemput Istri
125
Bab 125 : Kilas Balik
126
Bab 126 : Akan Menikahimu
127
Bab 127 : Akankah Mendapatkan Restu?
128
Bab 128 : Menyakitinya
129
Bab 129 : Melabraknya
130
Bab 130 : Pernikahan yang Dinantikan
131
Bab 131 : Berkumpul di mansion Miller
132
Bab 132 : Rencana Kerja Sama
133
Bab 133 : Obrolan Para Pria
134
Bab 134 : Flashback Miller
135
Bab 135 : Memaksanya Untuk Ikut
136
Bab 136 : Menerimanya Lagi
137
Bab 137 : Candaan Mereka
138
Bab 138 : Meminta Izin Keluar
139
Bab 139 : Membawa Ke Tempat Kerja
140
Bab 140 : Kecantikan Sonia
141
Bab 141 : Shopping Bersama
142
Bab 142 : Bersikap Dingin
143
Bab 143 : Membujuk Sonia
144
Bab 144 : Melepas Rindu
145
Bab 145 : Selamanya Kamu Milikku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!