Bab 2 : Pertemuan Pertama Setelah Sekian Lama

...🌼...

...•...

...•...

Sean dan Kenzo menghabiskan malam mereka di klub malam. Hal yang bisa membuat keduanya rileks hanyalah minuman.

Di tengah kemabukan mereka, seorang wanita berpakaian minim tiba-tiba mendekati Sean dan tanpa malu langsung duduk di pangkuannya. Sean, dengan kasar, mendorong wanita itu hingga terjerembab ke lantai.

"Pergilah, jalang! Aku tidak membutuhkanmu," usir Sean dengan kejam. Sean tidak pernah menyentuh wanita manapun dan berhubungan badan dengan bebas. Karena baginya, hubungan seperti itu sangat tidak bermoral.

Wanita itu menatap Sean dengan kesal, lalu beralih duduk di samping Kenzo. Kenzo hanya terkekeh kecil melihat tingkah sahabatnya itu.

"Kapan temanmu itu bisa membuka hatinya untukku?" tanya Gladis lalu meneguk minuman milik Kenzo hingga tandas.

"Sudah kubilang berulang kali, percuma saja kau mendekatinya," jawab Kenzo sambil tertawa. "Dia masih mengharapkan gadis dari masa lalunya itu."

"Halah, wanita itu sudah lama menghilang dari hidupnya. Kenapa juga masih diharapkan? Harusnya dia bersyukur, ada aku yang cantik dan seksi ini mau menjadi kekasihnya," celetuk Gladis dengan kesal.

Kenzo menarik Gladis agar duduk wanita itu di pangkuannya.

"Ngapain sih?" tanya Gladis berusaha berontak.

"Nikmatin aja. Lagian Sean nggak bakalan mau nyentuh kamu. Aku akan kasih kamu kenikmatan luar biasa," bisik Kenzo nakal, sambil meraba tubuh Gladis dengan liar.

Terpancing oleh sentuh tersebut, Gladis akhirnya membalas setiap sentuhan Kenzo. Mereka saling memadu ciuman panas, berbaur dengan suasana bising klub malam itu. Sean yang melirik pemandangan tersebut memilih pergi ke kamar mandi dengan langkah gontai.

Di ruang VIP, Kenzo dan Gladis melanjutkan permainan mereka hingga mencapai puncak kenikmatannya. Hampir satu jam berlalu, mereka memilih pergi ke hotel bintang lima milik Kenzo dan menghabiskan malam di sana.

Sementara itu, Sean pulang ke rumah diantar sopir yang telah Kenzo siapkan. Tubuh Sean terkulai lemas di sofa, pikirannya tetap dipenuhi bayang-bayang gadis yang tak pernah bisa ia lupakan.

"Aku akan menemuimu jika waktunya sudah tepat. Aku pasti akan menemuimu, Sonia," gumam Sean sebelum akhirnya terlelap.

...***...

"Son, kamu bisa pikirkan lagi lamaranku ini. Aku tidak main-main soal hubungan," desak Vanno Adrian pada sekretarisnya, yang kini berdiri di hadapannya.

"Maaf, Pak. Aku benar-benar belum terpikir untuk menikah dan belum siap," tolak Sonia dengan suara halus namun mantap.

Vanno— CEO Green House itu telah lama menunjukkan ketertarikan pada Sonia. Ia selalu memperlakukan Sonia lebih istimewa dibanding karyawan lain tapi Sonia hanya menanggapi dengan sikap profesional. Tak memberikan harapan apapun pada bosnya itu.

"Apa ada pria lain di hatimu saat ini, Sonia?" tanya Vanno serius.

"Iya, Pak. Aku sudah mencintai pria lain. Sampai detik ini, cinta ini tetap untuk dia," jawab Sonia tanpa ragu.

"Tapi aku tidak pernah melihatmu bersama siapa pun. Apa ini hanya alasanmu menolakku?" tanya Vanno lagi.

Sonia selalu menjawab dengan jawaban yang sama setiap kali dia mengungkapkan perasaannya.

"Demi Tuhan, Pak. Aku memang sudah mencintai seseorang sejak masa sekolah. Walau pun sekarang kami tidak bersama lagi, cinta ini sudah habis untuk dia. Maafkan aku, Pak. Aku tidak bisa menerima cinta Bapak." Vanno menarik napas panjang, menatap Sonia dalam-dalam.

"Beruntung sekali pria itu, Sonia. Pria mana pun akan sangat beruntung mendapatkanmu," ujar Vanno serius.

Sonia hanya bisa menunduk, tak sanggup menatap mata bosnya karena merasa sungkan.

"Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja," lanjut Vanno. "Aku akan terus berusaha mendapatkan hatimu. Tidak peduli cintamu habis untuk pria mana. Yang jelas, cintaku masih utuh untukmu."

Sonia terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apalagi.

...***...

Setelah membersihkan diri, Sonia berbaring sejenak. Jam 2 dini hari, ia harus bangun untuk memenuhi pesanan kue pelanggan. Selain bekerja di perusahaan Vanno, Sonia juga mengambil sampingan dengan membuka orderan kue. Cukup laris dagangannya karena memang kue buatan Sonia sangat enak.

Kriingg... Kriingg...

Bunyi alarm membangunkannya. Sonia segera bangkit, mengambil air wudhu dan menunaikan shalat tahajud. Setelah itu, ia menuju dapur, mulai meracik adonan dengan tangan terampil dan hati yang penuh ketulusan.

Semua pesanan rampung pukul lima pagi. Sonia kembali mengambil air wudhu untuk menunaikan shalat subuh. Kemudian mengemas kue-kue itu dengan rapi dan menyiapkan diri berangkat ke kantor.

Sebagian pesanan diambil pelanggan langsung, sebagian lagi dikirim lewat ojek online. Setelah semua terkirim ke pelanggan, ia melanjutkan aktifitas menuju kantor Vanno.

Begitu tiba di halaman, Vanno menghampirinya. Sonia menghela napas, berusaha tersenyum, sadar bahwa interaksi mereka selalu mengundang bisik-bisik di kalangan karyawan.

"Kita harus siap-siap untuk rapat penting hari ini, Sonia. CEO dari Jakarta akan datang siang ini," ujar Vanno memberikan informasi.

"Baik, Pak. Tapi kenapa harus disampaikan di sini? Bisa dibicarakan di ruangan, kan," jawab Sonia, berusaha menjaga jarak.

"Sekalian ingin masuk bersama," jawab Vanno santai.

Sonia hanya mengangguk, memilih berjalan di belakang. Vanno berusaha mensejajarkan langkah, namun Sonia tetap menjaga jarak. Di belakang mereka, lirikan dan bisik-bisik karyawan lain tak dapat dihindari.

"Aduh, pasti jadi bahan gosipan lagi," gumam Sonia dalam hati.

"Sonia, apa nanti kamu punya waktu? Saya ingin mengajakmu makan malam," ajaknya.

Sonia meremas ujung roknya— gugup.

"Hm, saya banyak pesanan kue malam ini, Pak. Mungkin tidak ada waktu untuk makan malam," tolak Sonia halus sambil menunduk.

“Iya Sonia. Selalu begitu jawaban kamu.” Vanno hanya memberikan senyuman kekecewaan atas penolakan Sonia.

Sonia memasuki ruangannya sendiri dan menghembuskan napas lega setelah menahan hati berada di dekat Vanno. Dia sangat sungkan ketika pria itu terus mendekatinya, sudah muak ia dengan omongan karyawan wanita yang juga mengagumi Vanno.

“Coba aja hubungan aku sama Sean baik-baik aja, mungkin sekarang aku akan bahagia sama dia. Kenapa sih, hubungan kami harus terkendala karena Om Endro? Kenapa Om Endro harus masuk dalam hidup aku?” Sonia merutuki takdir yang telah membuat dia berpisah dari Sean.

Sonia menyingkirkan semua hal yang mengganggu pekerjaannya saat ini, ia kembali fokus mempersiapkan semua keperluan rapat siang ini.

Waktu siang yang dinantikan datang, Sonia berjalan di belakang Vanno menuju ruangan rapat yang mana tamu mereka telah datang. Sonia terpaku melihat Sean berdiri dan menyalami Vanno, berbeda dengan Sean yang tampak biasa saja walau jelas di hati pria itu bahwa dia merindukan Sonia juga.

Selama ini, Sean memang sudah mengetahui keberadaan Sonia, hanya saja dia tidak mau menemui gadis itu lantaran permintaan Sonia terakhir kali— tidak boleh mencari dirinya lagi.

Rapat dimulai tanpa hambatan dan tidak sekalipun Sean melirik Sonia. Mereka bersikap seolah tidak mengenal satu sama lain.

Terpopuler

Comments

Weni Safir

Weni Safir

Sonia pekerja keras, cocok sama Sean yg juga begitu dan penghalang mereka malah bapak sean sendiri

2025-10-03

0

Kerja sama Sean ama Vanno cuma kedok buat deketin Sonia doang🤭

2025-10-03

0

Yuri Gunawan

Yuri Gunawan

Pantas aja si sean gak berani nemuin Sonia, orang dia aja dilarang

2025-10-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Ingin Menemui Dia
2 Bab 2 : Pertemuan Pertama Setelah Sekian Lama
3 Bab 3 : Orderan Itu Dari Sean
4 Bab 4 : Meminta Kepastian
5 Bab 5 : Sakit dan Kembali
6 Bab 6 : Mengakhiri Hidup
7 Bab 7 : Kenapa Dia? Padahal Aku Lebih Dulu
8 Bab 8 : Pertengkaran Anak dan Ayah
9 Bab 9 : Ulang Tahun Istimewa
10 Bab 10 : Perubahan Drastis
11 Bab 11 : Meminta Penjelasan
12 Bab 12 : Memberikan Pilihan
13 Bab 13 : Penyiksaan Pertama Kali
14 Bab 14 : Sean, Rumah Bagi Sonia
15 Bab 15 : Tamparan Menyakitkan
16 Bab 16 : Ada Apa Ini?
17 Bab 17 : Telat Pulang Ke Rumah
18 Bab 18 : Diantar Oleh Vanno
19 Bab 19 : Kekhawatiran
20 Bab 20 : Sarapan Istimewa Bagi Sonia
21 Bab 21 : Amarah Mematikan
22 Bab 22 : Membalas dan Merasa Iba
23 Bab 23 : Membeli Jajanan
24 Bab 24 : Keindahan Malam
25 Bab 25 : Semalam Bersamamu
26 Bab 26 : Ketenangan Setelah Sekian Lama
27 Bab 27 : Candaan Mereka
28 Bab 28 : Ancaman Nila
29 Bab 29 : Cincin
30 Bab 30 : Ingin Jujur Tapi Terlarang
31 Bab 31 : Kilas Balik Menyakitkan
32 Bab 32 : Menyerang
33 Bab 33 : Kecemburuan Sonia Pada Anna
34 Bab 34 : Menemui Sean Lantaran Rindu
35 Bab 35 : Kamu Kenapa, Sonia?
36 Bab 36 : Kedatangan Dia yang Tak Diinginkan
37 Bab 37 : Histeris Memilukan
38 Bab 38 : Hampir Merenggut Nyawanya
39 Bab 39 : Kegagalan Mendapatkan Informasi
40 Bab 40 : Kecemburuan Datang Lagi
41 Bab 41 : Tergoda Sedikit
42 Bab 42 : Gangguan Disaat Bermesraan
43 Bab 43 : Langkah Pembalasan
44 Bab 44 : Membalas Perbuatan Mereka
45 Bab 45 : Menghadiri Pernikahan Vanno
46 Bab 46 : Pertengkaran Kecil Sean Sonia
47 Bab 47 : Perasaan Ini
48 Bab 48 : Dibawa Paksa
49 Bab 49 : Ingin Bercerita
50 Bab 50 : Menceritakan Apa yang Terjadi
51 Bab 51 : Flashback
52 Bab 52 : Maaf Karena Sudah Meragukan Kamu
53 Bab 53 : Menjadikannya Jaminan
54 Bab 54 : Kesepakatan Ingin Dibuat
55 Bab 55 : Kembali Meragukan Endro
56 Bab 56 : Menolak Untuk Dititipkan
57 Bab 57 : Pertemuan Pertama yang Tidak Mengenakkan
58 Bab 58 : Pertemuan yang Membuat Sean Kesal
59 Bab 59 : Menahan Agar Tidak Pergi
60 Bab 60 : Hanya Ingin Melindungi Putriku
61 Bab 61 : Sonia, Putri Kesayanganku
62 Bab 62 : Membahagiakannya
63 Bab 63 : Memaafkan Sang Ibu
64 Bab 64 : Mimpi Buruk
65 Bab 65 : Beruntungnya Diperjuangkan
66 Bab 66 : Gagal Menemukannya
67 Bab 67 : Miller, Sang Kakak Kesayangan
68 Bab 68 : Sama-Sama Memberi Kabar
69 Bab 69 : Bertemu Dengan Sang Adik
70 Bab 70 : Penyesalan yang Selalu Datang
71 Bab 71 : Melamar Kiara
72 Bab 72 : Rencana Memberikan Pelajaran
73 Bab 73 : Rencana Memberikan Pelajaran
74 Bab 74 : Menikahi Wanita Muda
75 Bab 75 : Kematian di Tangan Orang Tercinta
76 Bab 76 : Senang Akan Kepergiaannya
77 Bab 77 : Meminta Bantuan Sean
78 Bab 78 : Ya, Aku Mencintainya
79 Bab 79 : Merindukan Ibu
80 Bab 80 : Menjadi Seorang Sandera
81 Bab 81 : Penderitaan Seorang Sandera
82 Bab 82 : Kondisi yang Memilukan
83 Bab 83 : Pembalasan Atas Perbuatan Keji Itu
84 Bab 84 : Mengakhiri Hidup Mereka
85 Bab 85 : Berharap Hamil dan Berharap Pulih
86 Bab 86 : Menunda Kehamilan Dulu
87 Bab 87 : Akan Berpisah
88 Bab 88 : Hancurnya Rumah Tangga
89 Bab 89 : Hanya Mimpi
90 Bab 90 : Kekecewaan
91 Bab 91 : Pembunuhan Lantaran Teringat Sang Istri
92 Bab 92 : Berdamai Dengan Keadaan
93 Bab 93 : Penyesalan Mulai Datang
94 Bab 94 : Memberikan Kesempatan
95 Bab 95 : Menjalin Pertemanan
96 Bab 96 : Amukan Sonia
97 Bab 97 : Kehamilan dan Kebahagiaan Ini
98 Bab 98 : Menginap di Rumah Ibu
99 Bab 99 : Kekhawatiran Akan Kondisinya
100 Bab 100 : Jambu Air
101 Bab 101 : Quality Time Bersama
102 Bab 102 : Nenek Itu Lagi
103 Bab 103 : Sakit Kehamilan Terasa Indah
104 Bab 104 : Kecelakaan
105 Bab 105 : Titik Terendah Sean
106 Bab 106 : Kelahiran yang Sangat Dinanti
107 Bab 107 : Bantuan
108 Bab 108 : Angel Ivana
109 Bab 109 : Pria Bergosip
110 Bab 110 : Yang Menyelamatkan
111 Bab 111 : Kehadiran Bajingan
112 Bab 112 : Untung Ada Kenzo
113 Bab 113 : Ciuman Untuk Angel
114 Bab 114 : Datang Bertamu
115 Bab 115 : Kecemburuan Kenzo
116 Bab 116 : Dibuat Emosi
117 Bab 117 : Ingin Bermusyawarah
118 Bab 118 : Hanya Sebatas Teman
119 Bab 119 : Emosi Saat Mabuk
120 Bab 120 : Ingin Meminta Maaf
121 Bab 121 : Umpatan Kenzo
122 Bab 122 : Obrolan Istri
123 Bab 123 : Ternyata Sudah Menikah
124 Bab 124 : Menjemput Istri
125 Bab 125 : Kilas Balik
126 Bab 126 : Akan Menikahimu
127 Bab 127 : Akankah Mendapatkan Restu?
128 Bab 128 : Menyakitinya
129 Bab 129 : Melabraknya
130 Bab 130 : Pernikahan yang Dinantikan
131 Bab 131 : Berkumpul di mansion Miller
132 Bab 132 : Rencana Kerja Sama
133 Bab 133 : Obrolan Para Pria
134 Bab 134 : Flashback Miller
135 Bab 135 : Memaksanya Untuk Ikut
136 Bab 136 : Menerimanya Lagi
137 Bab 137 : Candaan Mereka
138 Bab 138 : Meminta Izin Keluar
139 Bab 139 : Membawa Ke Tempat Kerja
140 Bab 140 : Kecantikan Sonia
141 Bab 141 : Shopping Bersama
142 Bab 142 : Bersikap Dingin
143 Bab 143 : Membujuk Sonia
144 Bab 144 : Melepas Rindu
145 Bab 145 : Selamanya Kamu Milikku
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Bab 1 : Ingin Menemui Dia
2
Bab 2 : Pertemuan Pertama Setelah Sekian Lama
3
Bab 3 : Orderan Itu Dari Sean
4
Bab 4 : Meminta Kepastian
5
Bab 5 : Sakit dan Kembali
6
Bab 6 : Mengakhiri Hidup
7
Bab 7 : Kenapa Dia? Padahal Aku Lebih Dulu
8
Bab 8 : Pertengkaran Anak dan Ayah
9
Bab 9 : Ulang Tahun Istimewa
10
Bab 10 : Perubahan Drastis
11
Bab 11 : Meminta Penjelasan
12
Bab 12 : Memberikan Pilihan
13
Bab 13 : Penyiksaan Pertama Kali
14
Bab 14 : Sean, Rumah Bagi Sonia
15
Bab 15 : Tamparan Menyakitkan
16
Bab 16 : Ada Apa Ini?
17
Bab 17 : Telat Pulang Ke Rumah
18
Bab 18 : Diantar Oleh Vanno
19
Bab 19 : Kekhawatiran
20
Bab 20 : Sarapan Istimewa Bagi Sonia
21
Bab 21 : Amarah Mematikan
22
Bab 22 : Membalas dan Merasa Iba
23
Bab 23 : Membeli Jajanan
24
Bab 24 : Keindahan Malam
25
Bab 25 : Semalam Bersamamu
26
Bab 26 : Ketenangan Setelah Sekian Lama
27
Bab 27 : Candaan Mereka
28
Bab 28 : Ancaman Nila
29
Bab 29 : Cincin
30
Bab 30 : Ingin Jujur Tapi Terlarang
31
Bab 31 : Kilas Balik Menyakitkan
32
Bab 32 : Menyerang
33
Bab 33 : Kecemburuan Sonia Pada Anna
34
Bab 34 : Menemui Sean Lantaran Rindu
35
Bab 35 : Kamu Kenapa, Sonia?
36
Bab 36 : Kedatangan Dia yang Tak Diinginkan
37
Bab 37 : Histeris Memilukan
38
Bab 38 : Hampir Merenggut Nyawanya
39
Bab 39 : Kegagalan Mendapatkan Informasi
40
Bab 40 : Kecemburuan Datang Lagi
41
Bab 41 : Tergoda Sedikit
42
Bab 42 : Gangguan Disaat Bermesraan
43
Bab 43 : Langkah Pembalasan
44
Bab 44 : Membalas Perbuatan Mereka
45
Bab 45 : Menghadiri Pernikahan Vanno
46
Bab 46 : Pertengkaran Kecil Sean Sonia
47
Bab 47 : Perasaan Ini
48
Bab 48 : Dibawa Paksa
49
Bab 49 : Ingin Bercerita
50
Bab 50 : Menceritakan Apa yang Terjadi
51
Bab 51 : Flashback
52
Bab 52 : Maaf Karena Sudah Meragukan Kamu
53
Bab 53 : Menjadikannya Jaminan
54
Bab 54 : Kesepakatan Ingin Dibuat
55
Bab 55 : Kembali Meragukan Endro
56
Bab 56 : Menolak Untuk Dititipkan
57
Bab 57 : Pertemuan Pertama yang Tidak Mengenakkan
58
Bab 58 : Pertemuan yang Membuat Sean Kesal
59
Bab 59 : Menahan Agar Tidak Pergi
60
Bab 60 : Hanya Ingin Melindungi Putriku
61
Bab 61 : Sonia, Putri Kesayanganku
62
Bab 62 : Membahagiakannya
63
Bab 63 : Memaafkan Sang Ibu
64
Bab 64 : Mimpi Buruk
65
Bab 65 : Beruntungnya Diperjuangkan
66
Bab 66 : Gagal Menemukannya
67
Bab 67 : Miller, Sang Kakak Kesayangan
68
Bab 68 : Sama-Sama Memberi Kabar
69
Bab 69 : Bertemu Dengan Sang Adik
70
Bab 70 : Penyesalan yang Selalu Datang
71
Bab 71 : Melamar Kiara
72
Bab 72 : Rencana Memberikan Pelajaran
73
Bab 73 : Rencana Memberikan Pelajaran
74
Bab 74 : Menikahi Wanita Muda
75
Bab 75 : Kematian di Tangan Orang Tercinta
76
Bab 76 : Senang Akan Kepergiaannya
77
Bab 77 : Meminta Bantuan Sean
78
Bab 78 : Ya, Aku Mencintainya
79
Bab 79 : Merindukan Ibu
80
Bab 80 : Menjadi Seorang Sandera
81
Bab 81 : Penderitaan Seorang Sandera
82
Bab 82 : Kondisi yang Memilukan
83
Bab 83 : Pembalasan Atas Perbuatan Keji Itu
84
Bab 84 : Mengakhiri Hidup Mereka
85
Bab 85 : Berharap Hamil dan Berharap Pulih
86
Bab 86 : Menunda Kehamilan Dulu
87
Bab 87 : Akan Berpisah
88
Bab 88 : Hancurnya Rumah Tangga
89
Bab 89 : Hanya Mimpi
90
Bab 90 : Kekecewaan
91
Bab 91 : Pembunuhan Lantaran Teringat Sang Istri
92
Bab 92 : Berdamai Dengan Keadaan
93
Bab 93 : Penyesalan Mulai Datang
94
Bab 94 : Memberikan Kesempatan
95
Bab 95 : Menjalin Pertemanan
96
Bab 96 : Amukan Sonia
97
Bab 97 : Kehamilan dan Kebahagiaan Ini
98
Bab 98 : Menginap di Rumah Ibu
99
Bab 99 : Kekhawatiran Akan Kondisinya
100
Bab 100 : Jambu Air
101
Bab 101 : Quality Time Bersama
102
Bab 102 : Nenek Itu Lagi
103
Bab 103 : Sakit Kehamilan Terasa Indah
104
Bab 104 : Kecelakaan
105
Bab 105 : Titik Terendah Sean
106
Bab 106 : Kelahiran yang Sangat Dinanti
107
Bab 107 : Bantuan
108
Bab 108 : Angel Ivana
109
Bab 109 : Pria Bergosip
110
Bab 110 : Yang Menyelamatkan
111
Bab 111 : Kehadiran Bajingan
112
Bab 112 : Untung Ada Kenzo
113
Bab 113 : Ciuman Untuk Angel
114
Bab 114 : Datang Bertamu
115
Bab 115 : Kecemburuan Kenzo
116
Bab 116 : Dibuat Emosi
117
Bab 117 : Ingin Bermusyawarah
118
Bab 118 : Hanya Sebatas Teman
119
Bab 119 : Emosi Saat Mabuk
120
Bab 120 : Ingin Meminta Maaf
121
Bab 121 : Umpatan Kenzo
122
Bab 122 : Obrolan Istri
123
Bab 123 : Ternyata Sudah Menikah
124
Bab 124 : Menjemput Istri
125
Bab 125 : Kilas Balik
126
Bab 126 : Akan Menikahimu
127
Bab 127 : Akankah Mendapatkan Restu?
128
Bab 128 : Menyakitinya
129
Bab 129 : Melabraknya
130
Bab 130 : Pernikahan yang Dinantikan
131
Bab 131 : Berkumpul di mansion Miller
132
Bab 132 : Rencana Kerja Sama
133
Bab 133 : Obrolan Para Pria
134
Bab 134 : Flashback Miller
135
Bab 135 : Memaksanya Untuk Ikut
136
Bab 136 : Menerimanya Lagi
137
Bab 137 : Candaan Mereka
138
Bab 138 : Meminta Izin Keluar
139
Bab 139 : Membawa Ke Tempat Kerja
140
Bab 140 : Kecantikan Sonia
141
Bab 141 : Shopping Bersama
142
Bab 142 : Bersikap Dingin
143
Bab 143 : Membujuk Sonia
144
Bab 144 : Melepas Rindu
145
Bab 145 : Selamanya Kamu Milikku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!