Melihat Sesuatu

Hari semakin larut. Suara sinden yang menembangkan lagu terdengar sangat menyayat hatinya.

Andai saja ia memiliki uang yang banyak dan kaya seperti Kang Suta, maka yang menjadi pendamping Sarimah malam ini adalah dirinya.

Ia merapatkan giginya. Mencoba menahan rasa kecewa yang begitu besar didalam hatinya.

"Andai kau tahu apa yang ada didalam hatiku, maka itu tidak akan sanggup kau pikul. Menahan rasa cinta dalam diam yang ku pendam, ternyata cukup menyiksa bathinku," gumamnya dalam hati.

Terlihat Suta dan Sarimah sudah mulai menjauh. Sebuah sepeda ontel yang gagah menjadi kendaraan mereka malam ini, dan tentu saja harganya cukup mahal, hanya orang berduit yang dapat membelinya pada masa itu.

Pastinya Sarimah tidak akan merasa capek saat menuju pulang, dan sepertinya mereka memilih mengitari bukit yang lebih jauh untuk tiba dirumah, ketimbang harus mendaki karena jalan potong yang lebih cepat.

Ditengah rasa kecewanya, terlihat Ayu bersama Tini dan Iyem datang menghampirinya. "Kang, kita pulang yuk, sudah malam, nanti si Mbok lama nunggu," ajak Ayu pada kakak lelakinya.

"Ya sudah, ayo." Saryat menanggapi, sebab tak juga bermakna ia berlama ditempat ini, sebab kekosongan jiwanya yang ditikung oleh Suta sudah tak mampu lagi ia tahan. Pulang ke rumah adalah hal yang lebih baik.

Terlihat Joko yang juga pemuda tetangganya ikut bergabung dan mereka pulang bersama dengan menggunakan obor, menyusuri jalanan setapak dengan membelah hutan yang rimbun.

Joko terlihat membawa sebilah parang, dan hal itu ia gunakan sebagai jaga-jaga jika nantinya menemui hewan buas seperti macan tutul atau ular sanca yang dapat memangsa mereka.

Perjalanan pulang cukup aman dan lancar, dan saat tiba dirumah, waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, Ayu yang lelah dan mengantuk, memilih untuk segera tidur dan menyusul si Mbok.

Sedangkan Saryat tak dapat tidur. Hatinya yang patah san sakit membuatnya gelisah dan terjaga.

Ia memilih memasak air, lalu menyeduh kopi hitam dengan takaran gula yang cukup banyak, dan berharap glukosa itu dapat mengembalikan moodnya yang memburuk, dan ditambah aroma kopi hitam yang menenangkan, menjadi terapi alami.

Ia meneguk kopinya didepan teras, diatas balai bambu buatannya.

Angannya melayang dengan harapan yang patah dan berkhayal kapan ia menjadi orang kaya dan memiliki banyak harta.

Kemiskinan yang disandangnya, membuat ia menjadi frustasi, dan Suta adalah orang yang sudah membuatnya begitu menderita, tetapi ini karena kemiskinan yang terus menghantuinya.

Malam semakin gelap. Desa yang sunyi dan sepi, dan hanya terdengar suara jangkrik yang bernyanyi merdu, diiringi dengan katak yang teeus mendendangkan lagu kesedihan, memanggil hujan agar turun ke bumi, menyirami kegersangan jiwa Saryat yang gersang.

Wuuuuuuusssh

Desiran angin bertiup kencang yang membuat tukang Saryat terasa ngilu.

Saat bersamaan, pemuda itu mendengar suara gamelan yang ditabuh dengan begitu lembut dan mendayu.

"Itu kan suara gamelan? Kenapa kedengaran sampai ke mari? Perasaan saat ditengah hutan tadi sudah hilang," gumamnya dengan rasa penasaran.

Semakin lama, suara gamelan semakin terdengar jelas yang dibawa oleh angin menghantarkan melodi sendu yang menggambarkan suasana duka dihati Saryat.

Rasa penasaran membuatnya beranjak dari balai bambu, meneguk sejenak kopinya, dan melongok dari bibir teras untuk memastikan pendengarannya, jika apa yang didengarnya itu adalah nyata.

Tampak dikejauhan, sebuah iring-iringan yang diterangi oleh obor dalam jumlah yang cukup banyak semakin mendekat ke arahnya,

"Kenapa ada iring-iringan? Pestanya kan dibalik bukit, kenapa melintasi desa Tiga Sari? Sangat aneh," ia semakin bingung saat melihat para pengiring yang menggunakan pakakan kerajaan berjalan denga menabuh gamelan dan melintasi rumahnya.

Terlihat tatapan mereka begitu dingin, dan bahkan tak menoleh kearahnya sedikitpun, mereka fokus pada jalanan setapak didepan rumahnya yang menuju kearah bukit, tempat dimana ia bekerja setiap paginya.

Tampak para wanita dengan pakaian kemben dan kain jarik ikut menjadi pengiring, dan terdapat juga anak-anak yang ikut bersama.

Wajah mereka sama dinginnya, dan tidak ada tegur sapa kepadanya, meski mereka melintasinya.

Saat iringan terakhir, Saryat merasa semakin pensaran, dan ia mengikuti iringan tersebut dari arah belakang, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi, dan apa yang akan dilakukan mereka semalam ini.

Aroma kembang tujuh rupa ikut terendus saat iringan itu terus berjalan dan mendaki bukit.

Tanpa terasa, Saryat sudah mengikuti rombongan pengiring gamelan hingga dibawa pohon Gintung, tempat dimana ia mandi saat senja tadi.

Saryat semakin penasaran. Mengapa mereka melakukan pertunjukkan itu ditempat seperti ini? Apa tujuannya? Tidak akan ada yang menonton mereka, apalagi ditengah telaga yang tersembunyi dari jangkauan warga.

Bulan yang tampak bersinar terang, memantulkan cahayanya ke arah tengah telaga. Suara gamelan terus ditabuh, dan terdengar begitu lembut dan mendayu, sehingga membuat Saryat larut dalam khayalan yang memabukkan, dimana andaikan Sarimah berada disisinya saat ini, maka ia akan menari dengan sang dara jelita, meluahkan rasa cinta terpendamnya.

Ditengah khayalannya, terlihat sebuah cahaya yang keluar dari dalam telaga, semakin lama semakin membesar, dan membuat Saryat terbeliak dan sadar dari lamunanannya.

Perlahan cahaya itu menghilang. Lalu terlihat seorang wanita cantik rupawan dan sangat jelita, bahkan kecantikannya mengalahkan Sarimah yang ia anggap sangat cantik untuk.didesanya.

Akan tetapi, wanita yang berada diatas telaga dengan separuh tubuh dibawah air lebih cantik dan mempesona.

Kecantikannya tak dapat Saryat gambarkan. Dibagian kepalanya terdapat sebuah mahkota yang menghiasinya, sehingga membuat wanita itu semakin cantik tak tertandingi.

Wanita itu perlahan menari, dan menuju tepian telaga dengan diiringi musik gamelan yang mendayu.

Sat ia akan naik ditepian, terlihat dari bagian pinggangnya kebawah merupakan tubuh ular yang meliuk dengan begitu lincah dan memamerkan kemolekannya.

Bagian dadanya menyembul dengan sempurna, dan ia hanya menggunakan bra yang berwarna keemasan, dan membuat isinya seolah tumpah ruah.

Saryat tersentak kaget. Wajahnya memucat ketakutan saat melihat wujud asli dari sang wanita cantik yang baru saja dikaguminya saat tadi.

Hatinya diliputi rasa takut. Gemuruh didadanya terdengar menderu dan detak jantungnya berdegup lebih kencang.

Saryat merasakan tubuhnya menggigil. Ia merasa sangat sial karean mengambil keputusan untuk mengikuti iringan gamelan tersebut.

Kakinya sudah sangat gemetar. Bahkan rasa takut yang kini dialaminya, membuat kakinya seolah terpaku dan tak dapat bergerak.

Sang wanita cantik tersebut terus menari, dan seolah ingin memperlihatkan kebolehannya, jika ia adalah sang penari handal serta profesional.

gerakan jemarinya yang terlihat lentik dan lentur, mambuatnya begitu merasakan kecantikan yang luar biasa, dan ia adalah pesona yang sesungguhnya.

Tiba-tiba saja, sosok itu menghentikan tariannya. Suara gamelan berhenti seketika, dan ia menoleh ke arah seorang pemuda yang berdiri ditepian telaga, dan memergokinya sedang menari.

Tatapannya tajam membunuh, membuat Saryat semakin menggigil ketakutan.

Terpopuler

Comments

Reni

Reni

eh tapi emang g sadar lho kaya gini , makku pernah cerita aku pas kecil hampir terbawa gara2 ngikutin kukira lampu tapi g tau apa begitu ditarik baru ngeh aku nangis ternyata dah di bawah rumpun bambu 😬😬😬

2025-10-04

3

Zahraini Annisa 😘 V3

Zahraini Annisa 😘 V3

Saryat ketahuan dech sdg menguntit ratu ular 🤣🤣

2025-10-03

3

kaliaa🐈🐈‍⬛👯

kaliaa🐈🐈‍⬛👯

dramatis nya🤣🤣🤣🤣wuihhh ayolah kejar kalo kamu suka, daripada galau

2025-10-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!