Bukan Lagi Anak Desa

Pelayan rumah Bagaskara melempar begitu saja setumpuk pakaian dan perlengkapan mandi ke lantai, nadanya sinis.

“Ini baju dan perlengkapanmu. Nyonya suruh aku bawakan.”

Setelah bicara, ia bergumam sambil hendak pergi,

“Dasar sok jadi nona besar. Baru pulang sudah minta dilayani.”

Dari beberapa hari terakhir, jelas terlihat bahwa Laraswati dan Haryo Bagaskara memang tidak terlalu peduli pada Shinta. Apalagi Shinta berani menentang Haryo saat baru pulang tadi.

Pelayan kecil ini tipikal penakut pada yang kuat, arogan pada yang lemah. Tak heran ia berani melecehkan Shinta.

“Tunggu.”

Shinta berbalik, matanya menyipit, menatap tajam pelayan itu.

Hanya seorang pelayan kecil?

Di kehidupan sebelumnya, Shinta terbiasa menelan semua hinaan demi mendapat muka baik di hadapan Laraswati dan Haryo. Akibatnya, para pelayan pun tidak pernah menganggapnya sebagai putri Bagaskara. Apalagi, di balik semua ini jelas ada bisikan-bisikan Dira.

Tapi kali ini berbeda. Untuk orang-orang yang tidak penting seperti ini, Shinta tidak akan merendahkan diri.

Ia mendengus pelan.

“Kau siapa, berani bersikap begini pada majikan? Meski aku baru pulang dari desa, aku tetap darah Bagaskara. Masa kau, seorang pelayan rendahan, berani naik ke kepalaku? Katakan, kalau aku laporkan ke Haryo, kira-kira apa yang akan terjadi padamu?”

Aura dingin Shinta membuat udara seolah ikut membeku.

Pelayan itu langsung terpaku. Tatapan Shinta begitu menusuk, ucapannya berputar di kepalanya.

Ia memang benci Shinta—ah, paling juga cuma anak yang tidak dianggap. Apa haknya bisa sombong?

Namun saat pikiran itu muncul, wajahnya tiba-tiba menegang, darahnya serasa mengalir dingin. Bagaimanapun, Shinta tetaplah putri kandung tuan dan nyonya besar. Meskipun tak disayang, ia tetap jauh lebih tinggi kedudukannya dibanding seorang pelayan kecil seperti dirinya.

Kalau benar-benar sampai dilaporkan, ia bisa dipecat kapan saja.

Membayangkan itu, wajahnya pucat pasi. Ia buru-buru membungkuk, nadanya rendah penuh penyesalan.

“Nona, saya yang lancang. Maafkan saya, saya tidak akan berani lagi.”

Shinta melirik ke arah pintu. Isyaratnya jelas: keluar.

Pelayan itu langsung menghela napas lega, lalu kabur dengan tubuh gemetaran. Bahkan jalannya pun hampir tersandung-sandung.

Setelah ia pergi, Shinta tak sekalipun melihat baju dan barang-barang yang tadi dijatuhkan. Ia angkat dan langsung membuang semuanya ke tempat sampah.

Setelah membersihkan diri seadanya, Shinta naik ke ranjang.

Namun meski sudah berbaring, matanya tak juga terpejam. Ia kembali memikirkan semua kejadian hari ini. Rasanya seperti mimpi. Ia bukan tipe orang yang percaya hal gaib, tapi kesempatan hidup kedua yang benar-benar ia alami ini tak bisa dipungkiri.

Kali ini, ia bisa memperbaiki semua yang hilang.

Kakek Winarta…

Ia tidak akan lagi membiarkan siapa pun memutuskan hubungannya dengan keluarga Pramudya.

---

Keesokan paginya, Shinta sudah bangun lebih awal.

Dira berangkat sekolah lebih pagi, jadi ketika Shinta turun, hanya Haryo dan Laraswati yang sedang sarapan.

Shinta menarik kursi, duduk dengan tenang di meja.

“Shinta,” Haryo membuka mulut. “Besok aku akan urus kepindahanmu ke sekolah di sini. Kota Hastinapura berbeda dengan desa. Sistem pendidikannya lebih maju, anak-anak di sini pintar-pintar. Nilai terbaik di desa, sampai sini pun cuma jadi paling bawah. Apalagi nilaimu memang tidak bagus dari awal.”

Bagi Haryo, pada dasarnya ia tidak punya harapan apa pun pada Shinta. Anak yang tumbuh di desa bisa apa?

Untung saja mereka masih punya Dira. Sejak dulu selalu masuk sepuluh besar di sekolah, bahkan jadi murid Raden Wijaya dalam seni lukis. Itu cukup membuat Haryo bisa sedikit angkat kepala.

Shinta tidak menjawab. Dia hanya mengambil sepotong roti dan pelan-pelan mengunyahnya.

Laraswati juga tidak terlalu peduli.

“Aku sudah kenyang,” kata Shinta setelah makan beberapa potong roti, lalu berdiri dari kursinya.

Begitu melihat pakaian Shinta, Haryo langsung mengernyit. Ia menoleh pada Laraswati.

“Kau tidak menyiapkan pakaian untuk Shinta?”

Laraswati pun ikut mengerutkan dahi. “Aku sudah suruh pelayan mengantar, kok.”

Mata mereka berdua serentak mengarah ke Shinta.

Shinta menyipitkan mata, berpikir sebentar, lalu perlahan membuka mulut.

“Jelek.”

Semua pakaian itu dipilih oleh Dira. Ia sudah melihat foto Shinta sebelumnya, jadi sengaja memilih baju-baju yang kuno dan kebesaran.

Di kehidupan sebelumnya, Shinta terus-menerus diejek kampungan karena pakaian itu. Haryo dan Laraswati bahkan tidak berani mengakui Shinta sebagai anak mereka di depan orang lain.

Wajah Laraswati mengeras. Benar saja, Shinta sama sekali tidak seperti Dira yang manis dan pengertian.

“Shinta, kalau kau tidak suka, ya sudah. Pilih saja sendiri yang kau mau.”

Haryo mengeluarkan sebuah kartu bank dan menyodorkannya.

“Di dalam ada lima juta rupiah.”

Menurut Haryo, memberi Shinta lima juta sudah cukup sebagai bentuk tanggung jawab seorang ayah. Anak ini kan besar di desa, seumur hidupnya mana pernah pegang uang jajan sebanyak itu. Dia pasti akan sangat terharu.

Tapi Shinta tidak mengambilnya. Dia malah menatap ayahnya dengan senyum mengejek.

“Dira juga cuma dapat lima juta uang jajan?”

“Dua puluh juta,” jawab Haryo blak-blakan.

“Pak,” Shinta menekankan sebutan itu dengan nada berat. “Sebagai anak kandungmu sendiri, aku bahkan tidak sebanding dengan anak angkatmu?”

Itu pertama kalinya sejak dia kembali hidup lagi, Shinta memanggilnya “Ayah.”

Di kehidupan sebelumnya, dia sudah melunasi semua hutang darahnya pada mereka. Di kehidupan ini, dia tidak akan lagi menyerah atau berkompromi.

Apa yang seharusnya jadi miliknya, akan dia rebut kembali.

Belum sempat Haryo menjawab, Laraswati sudah melompat, “Shinta, bagaimana bisa kau membandingkan dirimu dengan Dira? Dia punya banyak teman, banyak kebutuhan. Kau baru pulang dari desa, memangnya butuh uang untuk apa?”

Shinta mengabaikan Laraswati. Tatapannya tetap tenang, tapi menusuk Haryo.

Senyum di wajah Haryo hampir pudar. Dipandangi seperti itu oleh Shinta membuatnya kikuk dan tidak nyaman.

Akhirnya ia mengalah. “Baik, aku yang salah. Mulai sekarang uang jajanmu sama seperti Dira.”

Tapi Shinta belum selesai.

“Selama delapan belas tahun terakhir, total berapa uang jajan yang sudah diterima Dira?”

“Shinta!” Wajah Laraswati langsung memerah padam. “Apa kau ingin merebut semua yang dimiliki Dira?”

Shinta terkekeh dingin.

“Kalau saja tidak ada salah tukar waktu itu, bukankah Dira yang akan jadi ‘anak desa’? Semua yang dia nikmati sekarang sebenarnya bukan miliknya. Jadi dari mana kata ‘merebut’ itu?”

Terpopuler

Comments

Indah Permatasari

Indah Permatasari

saya ngefans sama genre kehidupan kedua kaya ini😄

2025-10-01

10

Ella Maryana

Ella Maryana

hadeh ni keluarga apa dah

2025-10-01

9

DdCantik

DdCantik

Dah nyolot kali tu emak kau

2025-10-01

9

lihat semua
Episodes
1 Dira… aku pulang
2 Awal Kebangkitan
3 Bukan Lagi Anak Desa
4 Panggung Meja Makan
5 Menjadi Siswa Baru
6 Bos Baru di Kelas
7 Bos Baru di Lapangan
8 Sang Jenius
9 Kakek Winarta
10 Fajar Pramudya Winarta
11 SB, sang peretas jenius
12 SB, Gelombang Kedua
13 SB, Duel di Dunia Maya
14 SB, Cuma Iklan
15 Janji di Sabtu Pagi
16 Udang dan Air Mata Buaya
17 Kamu Ketahuan
18 Pertemuan Dua Jenius
19 Blueprint Masa Depan
20 Saham Keberuntungan
21 Punya Teman, Rasanya Menyenangkan
22 Tenang di Tengah Badai
23 Di Tengah Hiruk-Pikuk
24 Kakak Ipar
25 Sapi Tua dan Rumput Muda
26 Ketika Mulai Retak
27 Putri yang Mana?
28 Di Balik Layar
29 Antara Dua Dunia
30 Tidak Ada Hubungannya
31 Jarak yang Terlalu Jauh
32 Awal yang Baru
33 Hangat di Rumah Winarta
34 Rasa Penasaran
35 Nilai yang Mengubah Segalanya
36 Curang atau Jenius?
37 Jebakan Sang Jenius
38 Juara Tak Terkalahkan
39 Dari Sekolah ke Perusahaan
40 Bos Muda, Hacker Legenda
41 Jejak dan Kekacauan
42 Darah yang Terputus
43 Anak yang Tak Dianggap
44 Dua Putri Bagaskara
45 Bukan Aku yang Dia Cari
46 Pertemuan Orang Tua
47 Kebingungan Laraswati
48 Ketika Jadi Nomor Satu
49 Biar Saja Mereka Mau Bagaimana
50 Kabar Besar
51 Dari Penyihir Tua ke Lulusan Harvard
52 Ketika Semua Berbalik Menyerang
53 Guru Baru
54 Ternyata Bukan Aku
55 Kursi Untuk Dira
56 Muridku Tidak Perlu Menipu
57 Terlalu Biasa
58 Gagal
59 Sedikit Kecewa
60 Pindah Kelas
61 Tidak Tertarik
62 Secercah Harapan
63 Bukan Masalah
64 Topeng Yang Terkuak
65 Rencana Dira
66 Janji Fajar
67 Dituduh Curang Lagi
68 Kemenangan Shinta
69 Akhir Pak Liang
70 Sudah Waktunya
71 Menjual Shinta
72 Shinta yang Bebas
73 Kontrak Silviana Ayu
74 Ingin Jadi Dokter
75 Lepas Tangan
76 Kamu Siapa?
77 Coba Saja
78 Menonton Lomba
79 Cuma Lewat
80 Merebut Segalanya
81 Kehilangan Kesempatan
82 Ada di Rumah yang Sama
83 Memohon Jadi Murid
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Dira… aku pulang
2
Awal Kebangkitan
3
Bukan Lagi Anak Desa
4
Panggung Meja Makan
5
Menjadi Siswa Baru
6
Bos Baru di Kelas
7
Bos Baru di Lapangan
8
Sang Jenius
9
Kakek Winarta
10
Fajar Pramudya Winarta
11
SB, sang peretas jenius
12
SB, Gelombang Kedua
13
SB, Duel di Dunia Maya
14
SB, Cuma Iklan
15
Janji di Sabtu Pagi
16
Udang dan Air Mata Buaya
17
Kamu Ketahuan
18
Pertemuan Dua Jenius
19
Blueprint Masa Depan
20
Saham Keberuntungan
21
Punya Teman, Rasanya Menyenangkan
22
Tenang di Tengah Badai
23
Di Tengah Hiruk-Pikuk
24
Kakak Ipar
25
Sapi Tua dan Rumput Muda
26
Ketika Mulai Retak
27
Putri yang Mana?
28
Di Balik Layar
29
Antara Dua Dunia
30
Tidak Ada Hubungannya
31
Jarak yang Terlalu Jauh
32
Awal yang Baru
33
Hangat di Rumah Winarta
34
Rasa Penasaran
35
Nilai yang Mengubah Segalanya
36
Curang atau Jenius?
37
Jebakan Sang Jenius
38
Juara Tak Terkalahkan
39
Dari Sekolah ke Perusahaan
40
Bos Muda, Hacker Legenda
41
Jejak dan Kekacauan
42
Darah yang Terputus
43
Anak yang Tak Dianggap
44
Dua Putri Bagaskara
45
Bukan Aku yang Dia Cari
46
Pertemuan Orang Tua
47
Kebingungan Laraswati
48
Ketika Jadi Nomor Satu
49
Biar Saja Mereka Mau Bagaimana
50
Kabar Besar
51
Dari Penyihir Tua ke Lulusan Harvard
52
Ketika Semua Berbalik Menyerang
53
Guru Baru
54
Ternyata Bukan Aku
55
Kursi Untuk Dira
56
Muridku Tidak Perlu Menipu
57
Terlalu Biasa
58
Gagal
59
Sedikit Kecewa
60
Pindah Kelas
61
Tidak Tertarik
62
Secercah Harapan
63
Bukan Masalah
64
Topeng Yang Terkuak
65
Rencana Dira
66
Janji Fajar
67
Dituduh Curang Lagi
68
Kemenangan Shinta
69
Akhir Pak Liang
70
Sudah Waktunya
71
Menjual Shinta
72
Shinta yang Bebas
73
Kontrak Silviana Ayu
74
Ingin Jadi Dokter
75
Lepas Tangan
76
Kamu Siapa?
77
Coba Saja
78
Menonton Lomba
79
Cuma Lewat
80
Merebut Segalanya
81
Kehilangan Kesempatan
82
Ada di Rumah yang Sama
83
Memohon Jadi Murid

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!