Kebaikan dan Pengkhianatan

"Kenapa kau malah menyeringai begitu, hah? Gila karena tidak jadi dinikahi? Kasihan sekali!" Anabia mencecar dengan ekspresi geram.

Ia pikir, Eireen akan langsung meronta, menangis memohon-mohon, karena gagal dinikahi.

Tapi lihatlah, bukannya menangis, gadis itu justru menyeringai dengan tatapan yang bahkan tampak menggebu, seolah sudah siap meladeni apapun itu.

Bukannya menyahuti perkataan Anabia, Eireen justru mengarahkan pandangan kepada Pram. "Oh, jadi... kalian diam-diam berselingkuh di belakangku. Kemudian mau menikah, tapi tidak modal hingga membuatku yang membayar semua ini? Hebat sekali ya, untuk ukuran pengkhianat!?"

"Siapa yang kau bilang berselingkuh dan penghianat, hah? Jaga itu ucapanmu! Kau itu justru yang menghalangi cinta kami selama ini!" Zeya menyergah emosi.

Eireen menyeringai, sambil menggelengkan kepala sekilas. Tatapannya begitu tidak habis pikir.

Lebih-lebih Aslan pun dengan lemah lembut berkata kepada Zeya. "Tenang, Sayang. Tenang, jangan langsung emosi begitu. Eireen pasti shock, karena mengira aku sungguhan mencintainya."

Gigi Eireen menggertak, menatap tajam ke arah Aslan, hatinya sakit, tapi ia tahan agar tidak terlihat.

Laki-laki itu pun menatapnya. "Asal kau tahu saja. Selama ini, aku hanya kasihan kepadamu, yang selalu saja mendekatiku. Jadi, aku pura-pura menerimamu, biar kau tidak terbuang, seperti keluargamu membuangmu."

"Ya tapi maaf. Ternyata, cintaku kepada Zeya lebih besar, jadi aku tidak mau membuatnya dan hatiku sendiri terluka. Kuharap, sekarang kau mau gantian yang mengerti kami ya?" imbuhnya dengan ekspresi tanpa dosa.

Savero saja sampai menganga mulutnya. Bagaimanapun dipikir, perkataan Aslan itu tidak masuk akal sekali.

Ia mau melampiaskan kemarahan. Tapi, Eireen ternyata lebih dulu tertawa, membuat semua orang menatap ke arahnya.

"Ih, kenapa dia itu? Gila sungguhan?" Azusa berbisik kepada putranya. "Aduh, untung kau tidak jadi menikah dengannya, Aslan!"

"Salah, Bu. Salah!" ucap Eireen sambil menatap ke arah mantan calon mertuanya.

Gadis dengan wajah tegas itu menepuk-nepuk dadanya. "Aku... yang beruntung karena tidak jadi menikah dengan putra tidak tahu malumu itu. Ya, itu baru benar!"

"Apa katamu?!" Mata Azusa sudah melotot, tidak terima anaknya yang dihina begitu.

"Tenang, Bu. Tenang." Aslan memegangi ibunya, yang seolah sudah mau mendekat ke arah Eireen.

"Bagaimana bisa tenang? Lihatlah? Sopir tidak tahu diri itu menghina anakku yang seorang jaksa!"

"Hahaha." Eireen tertawa lagi. "Astaga, bangga sekali dengan title jaksa. Hei, uangku yang dihutangnya punya andil besar untuk membiayai kuliah anakmu. Sudah begitu masih selingkuh dan tidak mampu bayar biaya pernikahan, sampai menipuku, yang katanya hanya seorang sopir begini segala pula? Saking hebatnya, penipu di luar sana pasti berlutut di hadapan kemampuan menipu kalian!"

Perkataan Eireen masuk akal, bisik-bisik pun terdengar dari tamu yang mereka bawa. Azusa yang mulai malu seketika naik pitam. "Ka-kau..."

Namun, perkataan Azusa tercekat, saat melihat Anabia menggerakkan tangan menampar Eireen.

PLAK!

"Berhenti bicara, kau menghancurkan pernikahan putriku!"

"Eir!" Savero terkejut, kemudian menatap nanar ke arah Anabia. "Keterlaluan. Kau..."

Laki-laki itu hendak membalas perbuatan Anabia kepada Eireen. Tapi, gadis itu mencegah.

Pipinya memerah, tapi wajahnya masih tampak santai. "Tenang, Paman. Biar aku yang membalas sendiri. Toh, dia yang menampar lebih dulu."

PLAK!

BRUK....!

Sekali tampar, Anabia terjungkal ke lantai sambil mengeram kesakitan karena saking kerasnya.

"Bu....!" Zeya sampai teriak, segera menundukkan badan, berusaha membantu ibunya yang masih tergeletak di lantai. Aslan juga tampak membantu calon mertuanya.

Sementara, Savero, Azusa dan semua orang yang melihat masih ternganga.

Mereka terkejut, karena kekuatan tamparan Eireen, sampai membuat Anabia tergolek di atas lantai begitu.

Mereka tidak tahu saja, jika Eireen bukan hanya sopir biasa, makanya gajinya pun sangat tinggi. Tubuhnya sudah sangat terlatih, bahkan jika dibanding laki-laki.

Sambil masih terduduk di lantai, dipegangi oleh Zeya dan Aslan di kanan kiri, Anabia menyeka sudut bibirnya yang berdara kemudian berteriak, "Kurang ajar kau....!"

"Aduh-aduh, jangan teriak begitu, tanganku masih sakit ini. Kau sih, kenapa memaksaku menamparmu?" Dengan santai, Eireen pura-pura tangannya sakit, padahal mengejek saja.

"Kau..."

"Teriak lagi, tidak malu dengan para tamu undanganmu itu? Pantas saja, yang diundang adalah semua kenalanmu, ternyata menipuku, memang rencana kalian sejak awal?" imbuhnya menyela dengan mata menyisir ke orang-orang kenalan Anabia.

Awalnya, Eireen memang merasa aneh, karena tamu yang diundang dari keluarga Savero justru lebih banyak kenalan Anabia dan Zeya.

Tapi, karena ia tidak punya banyak kenalan yang diundang, jadi Eireen membiarkan saja itu, biar pernikahannya dirayakan banyak orang, bahagia bersamanya.

Sayangnya, kebaikannya dibalas pengkhianatan, yang ternyata telah disusun serapi itu sejak awal, sampai biaya pernikahan selesai.

Semua tamu undangan yang tadinya seolah sudah siap mengejek Eireen, kini lebih banyak mengalihkan pandangan saat dia tatap, seolah takut, karena Eireen tidak tampak seperti orang yang bisa ditindas.

"Diam kau!" Anabia memaksakan berdiri. Ia sangat kesal melihat rambutnya sudah acak-acakan karena terjatuh tadi. "Sialan!"

Napasnya menderu, menatap nyalang ke arah Eireen dengan jari telunjuk teracung.

"Kuperingatkan sekali lagi. Kau... berhenti mengacaukan pernikahan putriku atau..."

"Atau apa?" Eireen menyela sambil berjalan maju mendekat.

Takut-takut, Anabia memundurkan langkah, membuat Eireen menyeringai sambil mengejeknya, seolah sedang berkata, 'Didekati saja takut, pakai mengancam segala!'

"Atau akan kuusir kau dari sini sekarang juga!" Anabia pura-pura berani, padahal sudah bersiap berlindung di balik Aslan.

Eireen terkekeh. "Astaga. Usir? Aku yang membiayai semua acara ini, bahkan sewa gedung ini juga. Jadi... kalian itu yang harusnya kuusir dari sini bukan?"

"Enak saja. Ini acara pernikahan kami, Eir. Kenapa kau itu kok tidak tahu malu sekali sih?!" Zeya justru membuat Eireen terkekeh sekali lagi.

Eireen bersedekap tangan, menatap perempuan dengan dress pengantin sepertinya. "Pernikahan kalian? Apakah ada... namamu tercantum di undangannya?"

"I-itu..." Zeya tergagap, karena jelas-jelas, undangan itu atas nama Eireen sebagai mempelai perempuannya.

"Tidak ada, kan? Lihat!" Eireen sampai menunjuk ke beberapa hand tag di meja tamu undangan, yang menampilkan nama Eireen sebagai mempelai perempuan. "Semuanya namaku. Lantas kau mengaku-aku, tanpa tahu malu?!"

"Tapi Aslan lebih memilih menikah denganku, bukan denganmu! Masa' begitu saja kau tidak paham?!" Zeya menoleh ke arah Aslan. "Ya, kan, Sayang?"

"Tentu saja. Aku tidak akan pernah menikahimu, Eir. Dan soal biaya, nanti, akan kubayar semuanya lunas tanpa terkecuali!" kata Aslan sambil membusungkan dada.

Zeya dan Anabia tampak memasang wajah penuh kemenangan mereka. Namun, Eireen justru menyeringai, menatap ke arah Zeya, kemudian ibunya. Ya, perempuan itu melirik Aslan seolah protes, 'Bayar pakai apa?'

Aslan pun mengedipkan mata ke arah ibunya, seolah memberi kode. 'Bohong saja, biar bisa nikah dan mengusirnya dulu, tapi tidak akan kubayar nanti!'

Sayangnya, saking sudah pahamnya dengan tabiat kedua orang itu, Eireen menatap ke arah Savero. "Maaf ya, Paman? Mungkin, kali ini Paman akan malu dengan keputusanku."

Bukan hanya Savero, Anabia dan Zeya jadi menatap penasaran. Maksudnya apa? Keputusan apa yang akan membuat malu?

Savero pun menghela napas. "Jangan memikirkanku, Nak! Lakukan apa yang menurutmu benar. Mereka sudah sangat keterlaluan, jadi aku... tidak akan membela."

"Kak!"

"Paman!"

Anabia dan Zeya berseru bersamaan, menatap protes ke arah Savero, yang selalu saja ada di pihak Eireen dari dulu.

Savero tidak menyahut. Laki-laki berkumis tipis itu bahkan malas menatap mereka.

"Sudahlah, Eir. Jangan banyak bicara lagi, kau cepat pergi dari sini, atau kuseret kau...!" Aslan bicara dengan arogannya, mau mendekat.

Namun, tangan Eireen terangkat ke atas melambai seolah memanggil seseorang.

Langkah Aslan terhenti. Penasaran Eireen memanggil siapa, ia menoleh ke belakang, hingga matanya membulat. "I-itu..."

Episodes
1 Calon Suami?
2 Kebaikan dan Pengkhianatan
3 Double J
4 Orang Lebih Tinggi
5 Level A
6 Si Paling Laki-laki
7 Menyelamatkan
8 Mencurigai
9 Bukan Gadis Biasa
10 Kabur
11 Kekasih?
12 Berprinsip
13 Laki-laki, Tinggi Besar, Tampan, Mata Panda
14 Sayang?
15 Tunduk di Kaki Kita
16 Bukan Kaleng-kaleng
17 Palsu?
18 Baper
19 Kemana dia?
20 Menerka-nerka
21 Ikut Bertarung
22 Potongan Kejadian
23 Pembunuh Berdarah Dingin
24 Selain Cantik, Ternyata Aku Manis Juga
25 Siapa yang Mencarimu?
26 Serba Salah
27 Anak Buangan
28 Penawar
29 Khawatir
30 Ingatan
31 Warna Mata
32 Aku Takut
33 Kabulkan Satu Permintaan
34 Sorot Mata
35 Bersimbah Darah
36 Dia Sepupuku yang Hilang, Rekanku, untuk Membunuhmu
37 Dendam Kesumat
38 Mantra Pembangkit Kekuatan
39 Tentang Rasa Senang
40 Hatinya Merasa Kesakitan, Merasa Kehilangan
41 Menolak Percaya
42 Gadis Berbahaya
43 Satu Orang Lagi
44 Kepribadian Ganda
45 Bersungguh-sungguh
46 Patner Meraih Bahagia
47 Aku Akan Mengubahnya
48 Nah Begini, Baru Eireenku
49 Bodyguard Crush Tuan Muda
50 Momen Mercusuar
51 Kau hebat, Kau berhasil
52 Lagi-lagi Aku Menyakitinya
53 Calon Suami Eireen
54 Itu Kenyataan
55 Obat Rindu
56 Kena Hukuman
57 Ternyata Sudah Sejauh Itu
58 Nona Cantik
59 Jangan Lagi Menyakitinya, Jangan!
60 Hutan Mati
61 Sengaja disembunyikan
62 Melodi Kematian
63 Dasar Pemaksa
64 Kurir Cantik
65 Sebuah Pesan
66 Pengecut
67 Topeng Palsu
68 Kepala Keluarga Alcazar
69 Anak Manis
70 Hitam-hitam
71 Kambing Hitam atas Sekutu
72 Siapa ya?
73 Ini Salah Ayahmu
74 Sakit Hati
75 Akhir dari Takdir
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Calon Suami?
2
Kebaikan dan Pengkhianatan
3
Double J
4
Orang Lebih Tinggi
5
Level A
6
Si Paling Laki-laki
7
Menyelamatkan
8
Mencurigai
9
Bukan Gadis Biasa
10
Kabur
11
Kekasih?
12
Berprinsip
13
Laki-laki, Tinggi Besar, Tampan, Mata Panda
14
Sayang?
15
Tunduk di Kaki Kita
16
Bukan Kaleng-kaleng
17
Palsu?
18
Baper
19
Kemana dia?
20
Menerka-nerka
21
Ikut Bertarung
22
Potongan Kejadian
23
Pembunuh Berdarah Dingin
24
Selain Cantik, Ternyata Aku Manis Juga
25
Siapa yang Mencarimu?
26
Serba Salah
27
Anak Buangan
28
Penawar
29
Khawatir
30
Ingatan
31
Warna Mata
32
Aku Takut
33
Kabulkan Satu Permintaan
34
Sorot Mata
35
Bersimbah Darah
36
Dia Sepupuku yang Hilang, Rekanku, untuk Membunuhmu
37
Dendam Kesumat
38
Mantra Pembangkit Kekuatan
39
Tentang Rasa Senang
40
Hatinya Merasa Kesakitan, Merasa Kehilangan
41
Menolak Percaya
42
Gadis Berbahaya
43
Satu Orang Lagi
44
Kepribadian Ganda
45
Bersungguh-sungguh
46
Patner Meraih Bahagia
47
Aku Akan Mengubahnya
48
Nah Begini, Baru Eireenku
49
Bodyguard Crush Tuan Muda
50
Momen Mercusuar
51
Kau hebat, Kau berhasil
52
Lagi-lagi Aku Menyakitinya
53
Calon Suami Eireen
54
Itu Kenyataan
55
Obat Rindu
56
Kena Hukuman
57
Ternyata Sudah Sejauh Itu
58
Nona Cantik
59
Jangan Lagi Menyakitinya, Jangan!
60
Hutan Mati
61
Sengaja disembunyikan
62
Melodi Kematian
63
Dasar Pemaksa
64
Kurir Cantik
65
Sebuah Pesan
66
Pengecut
67
Topeng Palsu
68
Kepala Keluarga Alcazar
69
Anak Manis
70
Hitam-hitam
71
Kambing Hitam atas Sekutu
72
Siapa ya?
73
Ini Salah Ayahmu
74
Sakit Hati
75
Akhir dari Takdir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!