Bab 04. Sambutan Hangat Dari Musuh

“Sudah ‘lah! Kita bicarakan ini nanti saja begitu tiba di rumah. Sekarang sangat berbahaya untuk kita terus di sini,” ujar Max yang mulai menyadari banyak mata-mata musuh sudah mengintai.

“Benar, ayo cepat masuk ke mobil sekarang!”

Matt pun ikut menyadarinya, dia langsung menggendong Axel untuk masuk ke dalam mobil. Kay sendiri pun bisa melihat dengan jelas beberapa pria yang sedang mengawasi mereka dari kejauhan. Sesuai yang Kay perkirakan sebelumnya, baru saja satu menit menginjakkan kaki di Kota Xennor, dia sudah mendapat sambungan yang sangat hangat dari para musuhnya.

Tanpa buang waktu Max langsung saja melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, diikuti oleh para anak buahnya di belakang yang bertugas melindungi mereka. Sementara para musuh yang mengetahui bahwa orang utusan Luca telah tiba, sontak saja langsung mengirimkan informasi tersebut untuk bersiap melaksanakan rencana mereka.

“Orang itu sudah tiba di Kota ini. Kita lihat apakah mereka bisa selamat dengan sambutan yang aku persiapkan,” ujar Edmun seraya menengguk minumannya.

“Masih menggunakan cara yang sama seperti sebelumnya?” tanya Angela, sebab Edmun memang tengah berada di club miliknya.

“Tentu, hanya saja aku menambahkan jumlahnya untuk berjaga-jaga,” jawab Edmun yang jelas menganggap remeh setiap orang diutus Luca.

“Mmm, kita lihat saja! Bagaimana mereka bisa bertahan hidup di sini atau lebih tepatnya bagaimana mereka mati,” ujar Angela dengan senyuman indah yang mematikan di sudut bibirnya.

...****************...

Beralih kembali pada Kay dan yang lainnya. Max berusaha tetap fokus melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh untuk menghindari kejaran para musuh yang mulai menembaki mobil mereka.

Harus mereka akui bahwa Kota Xennor merupakan kota yang paling mencekam yang pernah mereka datangi. Sebab para mafia itu dengan percaya dirinya melakukan aksinya di depan umum, meskipun saat ini sedang malam hari.

Melihat satu persatu mobil anak buahnya mulai dijatuhkan, Matt dan Kay pun tidak memiliki pilihan lain kecuali ikut membalas serangan itu. Matt dengan sigap meraih dua senjata laras panjang yang sudah dia persiapkan sebelumnya. Tentu saja dia sudah menyiapkan berbagai jenis senjata di dalam mobil itu, mengingat mereka berada di zona yang sangat berbahaya saat ini.

“Kay, gunakan ini untuk melumpuhkan mereka!”

Matt menyerahkan salah satu senjata itu yang diterima dengan baik oleh Kay. Posisi duduk mereka saat ini, Kay yang duduk disamping Max. Sedangkan Axel duduk tepat dibelakangnya bersama dengan Matt.

Jika kalian bertanya apakah Axel tengah ketakutan sekarang berada dalam situasi berbahaya seperti itu?

Maka jawabannya jelas … tidak mungkin cucu seorang Rayden Cano Xavier akan ketakutan saat berhadapan dengan musuh. Axel bahkan terlihat sangat menikmati aksi kejar-kejaran dan saling tembak itu dengan mata yang berbinar.

“Axel, terus tundukkan kepalamu!” seru Kay memperingati, karena sejak tadi Axel terus berusaha membuka jendela mobilnya.

Sementara Kay dan Matt berusaha menyerang balik, serta Max yang harus fokus mengemudikan mobilnya. Sehingga mereka tidak bisa terus mengawasi apa yang Axel lakukan, sementara mereka harus fokus pada serangan yang sedang mereka hadapi.

“Ck, Kakak menyebalkan! Aku ‘kan juga ingin ikut menggunakan senjata seperti yang Kakak dan Paman Matt,” gerutu Axel dengan wajah ditekuk.

Kay dan yang lainnya sama sekali tidak menggubrisnya, mereka harus fokus menyerang musuh yang terus berusaha mendekat pada mobil mereka. Sampai tiba-tiba bunyi nada dering dari ponsel Kay mulai terdengar dan membuat mereka tidak fokus.

“Kay, matikan dulu ponselmu dan fokus pada musuh saja!” ujar Max.

“Iya, sebentar!” Kay segera meraih ponselnya berniat untuk langsung mematikan dayanya.

Namun, niatnya harus dia tahan saat melihat nama sang Mamah yang tertera dilayar panggilan Video, “Sial, Nyonya Ashlyn menelpon dengan video panggilan pula!” umpatnya.

“APA?! Disaat seperti ini?”

Matt dan Max pun terkejut bukan main, sebab situasi mereka tidak memungkinkan untuk melakukan video, bukan?

“Apa yang harus aku lakukan, Paman? Bisa mengamuk Nyonya Ashlyn kalau aku tidak menerima panggilan videonya,” ujar Kay yang dibuat semakin panik, bahkan bagi mereka lebih menakutkan menghadapi kemarahan Ashlyn daripada menghadapi para musuh yang sedang menyerang saat ini.

“Berikan padaku, Kak! Biar aku yang mengurus Mamah.”

Tiba-tiba Axel mengambil alih ponsel dari tangan Kay dan langsung menerima panggilan video tersebut. Sudah terlambat bagi mereka untuk merebut ponsel itu kembali saat suara lembut Ashlyn mulai terdengar. Rasanya detak jantung Kay, Matt, dan Max berhenti detik itu juga seakan kiamat sesungguhnya sudah berada di depan mata.

“Dia tahu tentang misimu di sini?” bisik Max memastikan pada Kay, dimana hanya gelengan kepala yang dia dapatkan sebagai jawaban.

“Mati kita semua!” ujar Matt pasrah dengan keadaan.

Dor … Dorr …

Ditambah tembakan beruntun terus terdengar diluar sana yang membuat Ka, Matt dan Max hanya bisa pasrah. Namun, tidak dengan Axel yang malah tetap tenang dan tersenyum senang melihat wajah Mamahnya.

“Axel, suara apa itu? Kenapa terdengar seperti suara tembakan?”

Kay, Matt dan Max semakin dibuat keringat dingin dengan pertanyaan yang Ashlyn tunjukkan. Bahkan Luca yang saat itu berada di samping istrinya pun sudah tidak bisa berkutik dan siap dengan konsekuensi yang harus dia terima saat Ashlyn sudah mengetahui segalanya.

“Iya, Mah! Itu suara tembakan …” Seketika itu juga nyawa Luca, Kay, Matt dan Max seakan melayang menuju surga detik itu juga.

Sampai perkataan Axel selanjutnya membuat nyawanya langsung kembali, “… karena kami memang sedang bermain game berburu, Mah! Sangat menyenangkan sekali ikut Kak Kay ke tempat ini.”

“Kita selamat,” ujar Matt dan Kay serentak dengan nada bicara yang sanga lirih.

“Belum!” sentak Max, “Coba lihat ke belakang, mereka sudah semakin mendekati mobil kita!” lanjutnya.

Dan benar saja, Kay dan Matt segera memastikan situasi disekitar mobil mereka. Memang ada beberapa mobil musuh yang sudah semakin mendekat. Matt dan Kay langsung saja mulai bersiap untuk menyingkirkan beberapa mobil itu sekaligus, hingga suara tembakan terdengar semakin jelas di telinga Ashlyn yang saat itu masih melakukan sambungan video call dengan putra bungsunya.

“Sayang, kau yakin itu hanya permainan di dalam game?”

Raut wajah Ashlyn sudah menunjukkan kecurigaan, hingga membuat Luca harus menahan napas berharap putra bungsunya bisa diajak bekerjasama dalam menutupi misi Kay saat ini.

“Iya, Mah! Kami menggunakan volume penuh sehingga lebih seru.” Luca harus mengakui Axel sebagai penyelamat bagi mereka semua, “Mah, Axel sangat menyukai tempat ini, tempatnya sangat seru dan menyenangkan. Axel ingin tetap di sini bersama Kak Kay dan Paman Matt serta Paman Max, boleh?” lanjutnya meminta ijin.

Bersambung ….

Terpopuler

Comments

Rani R.i

Rani R.i

Ashlin sudah bertahun tahun masuk ke lingkungan keluarga xavier seharusnya sudah mengerti dgn hall hall seperti itu...hanya wanita asli keluarga Xavier yg begitu tangguh yg tidak sedikit pun gentar...

2025-09-29

0

Desyi Alawiyah

Desyi Alawiyah

Jadi ingat Lucia kecil, waktu Rayden menghindari kejaran anak buah Evan dulu...

Jadinya nostagia deh...😌😌😌

2025-09-29

0

Dwi Rustiana

Dwi Rustiana

Axel sie bocil kematian turunan papa Rayden bener2 bkin spot jantung 🤣🤣🤣

2025-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!