Pulang sekolah Ria menunggu di halte sambil bermain hp mencari lowongan pekerjaan yang menerima pelajar. Ria benar-benar butuh pekerjaan sekarang. ujian sekolah juga sebentar lagi dan Ria belum melunasi spp nya yang nunggak tiga bulan.
Ria juga tidak bisa naik angkutan umum terus jika masih ingin bertahan dengan uang tabungannya yang mulai menipis sebelum dapat pekerjaan sambilan.
Ria menghela nafas panjang, mengingat dua hari terakhir bersama iblis Aron yang ada di tubuh Kevin dan selalu minta yang aneh-aneh, menganggapnya seperti pembantu.
Walaupun terus di tampar oleh kenyataan bahwa Kevin tak lagi mengingatnya, Ria masih belum percaya kalau Kevin benar-benar sudah meninggal sejak kejadian di rumah sakit itu.
"AAKH!! dasar Kevin bodoh!" saking kesalnya Ria memikirkan Kevin membuatnya tidak sengaja menendang kaleng minuman yang ada di bawahnya dengan keras.
"Aduh!" seseorang tiba-tiba mengaduh kesakitan karena kaleng yang Ria tendang tadi ternyata mengenai seseorang yang tak jauh dari tempatnya.
"Duh!, geger otak nggak ya tuh orang? mana gue nendangnya keras banget lagi tadi" Ria pun segera menghampiri cowok itu dengan tergesa-gesa dan khawatir.
"Eh, lo nggak papa? maaf ya gue nggak sengaja tadi"
"Ssshh… ya nggak papa kok" ucap cowok itu sambil sesekali mengelus-elus kepalanya.
"Maaf ya, pasti sakit ya apa perlu ke rumah sakit" Ria mencoba menawarkan bantuan, melihat cowok itu yang masih kesakitan.
"Nggak, nggak perlu. nggak sampe berdarah juga kok" cowok itu berusaha meyakinkan. melihat cewek yang ternyata pelaku kaleng itu ia sedikit tersenyum tipis.
"Tendangan lo lumayan keras juga ya, mungkin lo bisa cetak gol pake tendangan itu" bukannya marah cowok itu justru memuji tendangan cewek yang ada di depannya itu.
"Kenalin gue Rama Riski Purnama. lo bisa manggil gue Rama aja" ujar cowok itu memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan pada Ria, Ria yang sedikit kikuk kemudian membalas jabatan tangan cowok itu dengan ragu-ragu.
"Ria, Yarialain Slavia Putri"
"Nama yang cantik, kayak orangnya" ujar Rama berhasil membuat Ria sedikit tersenyum malu dan langsung memalingkan wajahnya yang sudah memerah.
Saat Ria tidak sengaja melihat motor yang terparkir di samping cowok itu
"Itu... motor lo?" tanya Ria pada Rama yang masih melihat ke arahnya.
"Ya… motor gue tiba-tiba mogok nih, biasalah motor tua" jawabnya sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Emang rumah lo dimana?" tanya Ria pada Rama.
"Tiga blok dari sini dekat stasiun" jawab Rama.
"Kebetulan juga gue baru pindah minggu ini” lanjutnya.
"Rumah gue juga dekat dari sana" Ria menimpali.
"Kayaknya kita searah, mau gue anter?" Rama menawarkan.
"Tapi… motor lo kan…”.
Rama pun menaiki motornya mencoba menyalakannya lagi, dan dalam sekali percobaan ternyata motornya kembali menyala.
"Maklumlah motor tua, ayo naik"
Dan akhirnya Ria pun pulang diantar Rama sampai depan rumahnya. baru saja Rama menghentikan motornya, fokusnya langsung teralihkan oleh rumah Ria yang cukup sederhana.
"Makasih ya udah nganterin gue sampe rumah" ucap Ria yang sudah turun dari motor, Rama pun langsung mengalihkan perhatiannya dan tersenyum pada Ria.
"sama-sama, m… boleh gue minta nomor lo?" tanya Rama tiba-tiba.
"Eh! e… maaf sebenarnya… boleh kita temenan?" tanyanya membenarkan. Ria pun hanya diam tak merespon, masih kaget dengan pertanyaan dari seorang cowok yang baru ia temui tadi. saat tiba-tiba Ria justru tertawa.
"Nggak perlu sekaku itu kali, tentu aja boleh" ucap Ria lalu mengeluarkan ponselnya.
"Mana ponsel Lo?" tanpa banyak tanya Rama pun memberikan ponselnya pada Ria.
"Ini" Ria pun mengembalikkan ponsel Rama setelah selesai memindahkan nomornya.
"Jadi… kita… berteman sekarang?" tanya Rama memastikan.
"Ya!" jawab Ria sambil tersenyum pada Rama.
"Kalo gitu makasih ya buat tumpangannya" ucap Ria yang kemudian berlalu pergi sambil melambaikan tangan pada Rama, Rama pun membalas lambaian tangan Ria seiring perubahan wajahnya yang menatap tajam rumah Ria, atau lebih tepatnya seseorang yang ada di dalam rumah.
"Terima kasih juga untuk hari ini” gumamnya sambil tersenyum miring.
***
Pagi di hari minggu, Ria yang masih tertidur di sofa ruang tamu tiba-tiba dikagetkan dengan air yang membasahi wajahnya.
"Hei manusia! bangun! buatkan aku sarapan cepat!" titah Kevin, pelaku penyiraman air yang membuat Ria bangun dengan gelagapan.
Setelah puas menyiram Ria, Kevin pun berlalu pergi tanpa merasa bersalah sedikitpun seakan tidak terjadi apapun. sementara pagi-pagi Ria sudah dibuat kesal dan marah dengan kelakuan Kevin, sudah membuatnya tidur di ruang tamu karena memang rumah Ria hanya memiliki satu kamar yang masih utuh, dan sekarang membangunkannya dengan air tanpa belas kasih sedikitpun.
Entah harus marah atau tidak, sejak Kevin bangun dari komanya dan muncul dari balik reruntuhan gedung rumah sakit, Kevin mengaku sebagai iblis yang akan menghancurkan bumi dan sama sekali tidak ingat apapun seakan memang ia bukan Kevin.
Entah harus percaya atau tidak, tapi makin hari sikap Kevin makin kurang ajar dan tak berperasaan. Tapi Ria juga tidak bisa mengusir Kevin begitu saja, dan yakin kalau Kevin hanya hilang ingatan saja, walaupun hilang ingatannya memang tidak masuk akal, menganggap diri sendiri sudah meninggal dan mengaku-ngaku sebagai iblis.
"HEH MANUSIA!! cepat aku sudah lapar!!" tiba-tiba teriakan Kevin membuyarkan lamunan Ria yang mau tak mau harus menggerakkan tubuh nya untuk menyiapkan sarapan.
***
Selesai menyiapkan sarapan sederhana Kevin yang dari tadi menunggu di meja makan langsung menyantap semua lauk yang ada, saat Ria hendak duduk di kursinya.
"E eh! siapa yang suruh duduk?" ujar Kevin tiba-tiba
"Kan gue juga mau makan" ucap Ria bingung dengan ucapan kevin barusan.
"Berani melawanku? manusia lemah sepertimu seharusnya lebih menghormati iblis terkuat sepertiku ini, berbaik hatilah karena aku masih belum membunuhmu, manusia lemah" ucap Kevin dengan menekankan kalimat terakhirnya menatap Ria dengan wajah angkuh sambil menunjuk Ria dengan sendok yang ada di tangannya.
Ria yang mendengar itupun tersulut emosinya, dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat Ria sudah tidak bisa meredam emosinya lagi
“CUKUP!!”
BRAK! tanpa sadar Ria memukul meja dengan keras dengan nafas yang naik turun.
"Cukup main-mainnya Kevin, kalo lo emang hilang ingatan berhenti bermain-main kayak gini lagi! dan berhenti nyebut gue manusia lemah, gue udah cukup mampu bertahan sampai detik ini dengan kaki gue sendiri!" Ria terus meluapkan emosinya sambil berusaha untuk tidak menangis.
"Daripada main-main sebaiknya lo berusaha nginget semua tentang lo!" lanjutnya dengan suara lirih tapi masih bisa didengar.
"Kau itu cerewet sekali ya" mendengar respon dari Kevin yang sama sekali tidak memperdulikan perasaan Ria yang sudah hancur, berhasil membuat air mata Ria lolos meluncur dengan deras.
"Bukankah sudah kubilang padamu kalau orang yang kau panggil Kevin itu sudah mati, dan yang ada di hadapanmu ini hanyalah jasadnya yang diambil alih olehku, iblis yang akan menghancurkan dunia" lanjutnya sambil tersenyum smirk tanpa memperdulikan Ria yang sudah menangis sambil terisak.
Walaupun sudah tahu hal itu pun, Ria masih terus saja menepisnya dengan keras
"Kalo gitu biktiin kalo lo emang benar-benar bukan Kevin" ucap Ria meminta cowok yang masih menatapnya dengan remeh itu membuktikan ucapannya, dan Ria berharap cowok yang ada di hadapannya itu tidak bisa membuktikan apapun dan hanya bermain-main saja.
Ria masih belum sanggup kehilangan satu-satunya orang yang menjadi alasan untuknya bertahan sampai detik ini juga. Tidak, Ria tidak bisa, setelah orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu, Kevin lah satu-satunya orang yang terus mendampingi dan menyemangatinya untuk terus bertahan. dan kehilangannya adalah sebuah mimpi buruk paling mengerikan yang pernah Ria alami.
***
Ria dan Kevin pun berjalan keluar rumah, untuk membuktikan ucapan Kevin yang mengaku sebagai iblis yang akan menghancurkan bumi. Kevin mengajak Ria untuk membuktikannya di luar, entah apa yang akan Kevin lakukan tapi entah kenapa Ria sudah merasa gelisah memikirkannya. Ria sangat berharap ucapan Kevin hanya bualan saja.
Saat tiba-tiba Kevin berhenti lalu menghadap ke gang kecil yang ada di sampingnya.
"Kenapa berhenti?" tanya Ria bingung ikut melihat ke arah Kevin melihat sambil tersenyum puas. Terlihat seekor anjing tengah menggonggong marah pada Kevin
"Seekor anjing? apa dia kehilangan tuannya?" ujar Ria saat melihat kalung yang ada di leher anjing berbulu coklat itu.
"Ya itu tidak penting lagi, mangsa yang bagus untuk jadi bahan percobaan kebetulan aku ingin mencoba sesuatu" ucap Kevin dengan senyum licik.
Ria menatap Kevin sambil bertanya-tanya apa yang akan Kevin lakukan pada anjing itu. Saat tiba-tiba Ria merasakan angin berhembus cukup kencang di sekelilingnya bersamaan dengan hawa yang cukup mencekam, Ria melihat Kevin tengah mengarahkan tangan kanannya pada anjing itu sambil konsentrasi, seketika itu dari bawah dan atas anjing itu berdiri muncul lingkaran sihir berwarna merah menyala seperti bola mata Kevin yang juga ikut bersinar.
"Dor!"
Dan saat Kevin mengepalkan tangannya sekejap tubuh anjing itu hancur seperti balon yang pecah tak bersisa dengan darah yang menciprat kemana-mana mengotori dinding di sekitarnya.
Ria yang melihat itu pun langsung membelalakkan mata dan membungkam mulutnya yang benar-benar ingin muntah melihat pemandangan di depannya, dengan tubuh yang bergetar karena menahan tangis.
"Apa kau sudah melihatnya? atau kau perlu kacamata?" ucap Kevin tanpa bersalah sedikitpun.
Ria yang tidak kuat lagi menahan tangisnya jongkok masih dengan tangan yang membungkam mulutnya, Kevin pun ikut jongkok di samping Ria hanya untuk membisikkan sesuatu.
"Apa sekarang kau percaya kalau aku memang iblis? itu baru seekor anjing, tunggu sebelum aku menghancurkan seluruh umat manusia di muka bumi ini seperti balon pecah" setelah mengatakan itu Kevin berlalu pergi meninggalkan Ria yang masih di posisinya.
"Oh ya barangkali kau lupa lagi biar ku ingatkan lagi kalau Kevin yang kau panggil-panggil itu sudah mati” mendengar hal itu Ria sedikit tersentak.
"Sepertinya aku suka dengan tubuh ini cukup kuat untuk jadi wadahku" ucap Kevin atau lebih tepatnya iblis yang ada di dalam tubuhnya dengan wajah tanpa dosanya, lalu kembali berlalu.
Ketakutan, Ria pun akhirnya benar-benar menjadi kenyataan, semua yang dikatakan Kevin memang benar, dia bukan Kevin tapi iblis tak berperasaan yang baru saja membunuh seekor anjing yang tak salah apapun.
Ria semakin terpukul menyadari mimpi buruknya kini jadi kenyataan, kehilangan orang yang sudah menjadi bagian dari hidupnya, orang yang paling berharga dalam hidupnya. Ria pun hanya bisa menangisi dunia yang selalu mengambil orang-orang yang Ria sayangi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments