Bab 2

BRUK!!

"Benar-benar menyusahkan"

Tiba-tiba Kevin ambruk dengan napas tersengal dan keringat dingin membasahi wajah nya.

"Tunggu Kevin! Kevin! Lo nggak papa?" Tanya Ria saat berhasil mengejar Kevin yang langsung pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun. Khawatir melihat Kevin yang tiba-tiba berhenti sambil memegangi kepalanya.

"Lo baru aja bangun dari koma, seharusnya jangan memaksakan diri dulu" ujar Ria berusaha membantu Kevin berjalan, tapi Kevin langsung menepis tangan Ria membuatnya kembali terkejut dengan sikap Kevin yang tiba-tiba berubah drastis.

"Kevin…? Lo nggak inget gue? Apa lo amnesia?" Tanya Ria yang benar-benar bingung dengan sikap Kevin yang seperti bukan Kevin sejak bangun dari koma dan muncul di balik reruntuhan.

"Hei manusia! Apa kau punya tempat tinggal?"

***

Sesampainya di rumah Ria, Kevin langsung membaringkan tubuhnya diatas kasur milik Ria.

"Akhirnya… bisa istirahat juga, benar-benar hari yang melelahkan"

Sementara itu Ria yang masih berdiri di tempatnya, masih bergelut dengan pikirannya. Tapi disisi lain Ria senang Kevin sudah bangun dari komanya dan selamat dari reruntuhan gedung rumah sakit, tapi disisi lain Ria benar-benar sedih, kecewa, dan marah pada dirinya sendiri Kevin berakhir dengan kehilangan ingatannya.

Tak sadar air mata Ria tumpah tak terbendung, sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan Ria menangis terisak.

"Ck!"

Kevin yang baru saja memejamkan matanya pun terganggu oleh tangisan Ria.

"Hei manusia! Bisakah kau menangis di tempat lain? Berisik!" ketus Kevin dan mengusir Ria dengan kasar.

Ria pun berusaha menghentikan tangisannya, walaupun ia masih ingin menangis. Ria menatap Kevin dengan tatapan yang terluka.

"Apa lo bener-bener nggak inget apa-apa Kevin? Apa lo juga nggak inget gue?" Tanya Ria dengan suara bergetar menahan isak tangisnya.

"Ck! Cerewet!" ketus Kevin yang benar-benar dibuat kesal dengan perempuan di depannya yang masih saja menangis.

"Lo bahkan manggil gue cerewet. Kevin… Kevin yang gue kenal nggak bakal biarin cewek nangis di depannya, Kevin… Ke_"

PRANG!!

"Aaakkhh!!"

Tiba-tiba saja vas bunga yang ada diatas meja belajar pecah berkeping-keping membuat Ria tersentak dan langsung diam tak berkutik dengan tubuh yang bergetar ketakutan.

Kevin yang merupakan pelaku pecahnya vas itu mulai berdiri menghampiri Ria dengan emosi yang membendung. Kevin terus maju membuat Ria refleks mundur hingga ia benar-benar terpojok ke dinding di belakangnya.

Dan entah bagaimana Kevin sudah memegang pisau buah dan tanpa aba-aba dan belas kasih ia menancapkan pisau itu ke tembok tepat di samping telinga Ria yang spontan berteriak ketakutan.

"Tidak bisakah kau tutup mulut cerewet mu itu!" ucap Kevin penuh penekanan "orang yang lo panggil Kevin itu sudah mati, dan orang yang ada di hadapanmu ini hanyalah raganya yang diambil alih olehku, iblis yang akan menghancurkan dunia ini. Mengerti!"

Belum selesai Ria mencerna ucapan laki-laki yang ada di hadapannya itu, Kevin pun membuatnya tidak sadarkan diri dan jatuh ke atas lantai.

"Kuharap itu bisa membuatmu diam" tiba-tiba Kevin pun ikut ambruk dengan napas tersengal dan kepala yang berdengung.

"Dasar merepotkan" gumamnya kesal sambil berusaha berdiri dan menghampiri kasur dengan tertatih-tatih. Koma selama satu bulan membuat tubuhnya terasa sangat lemah dan tak berdaya, tapi itu lebih baik daripada mendapat tubuh yang benar-benar tidak bisa menguntungkannya sama sekali.

***

Dua hari setelah kejadian pengeboman gedung rumah sakit, Ria sudah kembali berangkat sekolah walaupun Ria lebih banyak diam dan melamun.

"Hei kalian udah denger belum kabar gedung rumah sakit yang hancur dua hari yang lalu?" Mita, cewek yang dikenal sebagai ratu gosip di sekolah itu bertanya pada teman-temannya.

"Udah emang kenapa?" tanya Raka bingung.

"Apa kalian tahu penyebab hancurnya gedung rumah sakit itu?" Mita bertanya sambil menunjuk teman-temannya satu persatu yang hanya saling tatap.

"Bukannya udah jelas itu pengeboman kan?"

"Itu beritanya juga bilang begitu"

Seli dan Raka yang menjawab pun mendapatkan gelengan dari Mita membuat mereka mengerutkan kening bersamaan.

"Ck ck ck nggak… kejadian yang sebenarnya terjadi nggak sesimpel itu" ucap Mita dengan bersilang dada.

"Emang lo tahu dari mana kalau itu bukan pengeboman" Tanya Roy, cowok yang memiliki pesona luar biasa di SMA semesta sebagai ketua basket.

"Ya… berbanggalah kalian punya teman yang punya banyak koneksi di mana-mana kayak gue" ucap Mita sambil bergaya sok cantik dengan mengibaskan rambutnya yang hanya sebatas bahu

"Kebetulan bokap gue punya kenalan seorang detektif polisi yang juga terlibat kasus di rumah sakit itu" lanjutnya.

"Terus kalo bukan pengeboman apa dong" tanya Seli kembali ke topik.

"Tentu aja kabar pengeboman itu palsu karena detektif juga nggak nemuin bahan peledak sama sekali, mau dibilang kesalahan teknis pun juga emang nggak ada kerusakan sama listrik di rumah sakit. dan sampai sekarang polisi masih nggak tahu apa penyebabnya”

"Karena media massa udah nggak sabar nunggu, akhirnya dibuatlah kabar palsu itu, selagi polisi masih menyelidiki kasus itu tanpa sepengetahuan media massa” terang Mita dengan sangat percaya diri.

"Lah terus kalo bukan pengeboman ataupun kesalahan teknis apa dong?” Mita hanya menggeleng tidak tahu.

"Lo yakin sama apa yang bokap lo bilang itu Mit” Roy menatap Mita dengan tatapan menyelidik.

"Ya, tentu aja gue yakin seratus persen”ujar Mita sambil membalas tatapan Roy yang seperti tidak percaya dengannya.

Mereka berempat pun mulai sibuk dengan pikiran masing-masing di tengah kelas yang mulai riuh karena jam kosong.

"Eh Ria! bukannya dua hari yang lalu lo pergi njenguk Kevin di rumah sakit yang hancur itu?” tanya Mita pada Ria yang duduk di belakangnya, mengingat dua hari yang lalu Ria pergi ke rumah sakit yang hancur itu untuk menjenguk Kevin seperti biasa.

Tapi, bukannya menjawab Ria justru terlihat tengah melamun, sadar dengan hal itu membuat Mita menatap teman-temannya yang juga menyadari hal itu.

"Heh! Ria! lo denger nggak?” tanya Raka dengan suara yang cukup keras membuat yang dipanggil langsung gelagapan.

"A hah iya!?”

"Lo ngelamun Ri? lo nggak papa kan muka lo pucet amat” tanya Seli sedikit khawatir melihat wajah Ria yang memang terlihat sedikit lebih pucat hari ini.

"M… nggak kok gue nggak papa” Ria menjawab sambil tersenyum yang sangat terlihat palsu di mata teman-teman yang sudah sangat kenal dengan Ria yang biasanya selalu ceria dan tidak bisa diam, Ria yang selalu semangat tiap kali Mita memulai gosip paginya, kini tiba-tiba hanya duduk diam sambil melamun.

"Yakin lo nggak sakit Ri? muka lo pucet gitu loh” tanya Raka memastikan lagi.

"Nggak gue tadi lupa nggak pake lipbalm aja, soalnya udah abis di rumah” jawab Ria meyakinkan.

"Oh ya tadi lo nanya apa ya Mit? gue tadi nggak denger” tanya Ria berusaha mengalihkan topik

Mita menghela nafas kasar sebelum mengulang pertanyaannya tadi.

"Aslinya gue nggak suka ya ngulang-ngulang pertanyaan, tapi kalo lo emang nggak denger yaudah”

"Gue tadi nanya, lo dua hari yang lalu pergi njenguk Kevin di rumah sakit yang ancur itu kan?”

"E… i iya?”Ria menjawab dengan ragu-ragu.

"Terus gimana sama Kevin? gue denger nggak ada korban jiwa, Kevin nggak kenapa-napa kan?” tanya Mita sedikit khawatir.

"E… itu… Kevin…”

"Apa gue harus bilang yang sebenarnya ya? atau gue harus bohong? tapi gue nggak pinter bohong” batin Ria yang tengah bergelut dengan pikirannya mengingat kejadian dua hari yang lalu masih membuatnya trauma.

"Itu…” Ria menatap ke empat teman-temannya yang tengah fokus menunggu jawaban darinya, melihat hal itu membuat Ria tidak tega jika harus berbohong.

"Sebenarnya Kevin… udah sadar”

"Hah! Kevin udah sadar?!” ujar mereka bersamaan.

"Beneran Ri, Kevin udah siuman?”

"Terus gimana kondisinya?”

"Dia nggak kenapa-napa kan?”

Mendengar kabar mengejutkan itu membuat mereka langsung memberondong Ria dengan beribu pertanyaan.

"Terus gimana sama perawatannya? lo bawa dia ke rumah sakit mana lagi?”

"Eh… itu… sebenarnya Kevin ada di rumah gue” Ria menjawab dengan gugup “eh… rawat jalan” Ria menambahkan.

Teman-temannya pun bersamaan membulatkan mulut sambil manggut-manggut, percaya dengan ucapan Ria.

"Kalo gitu kita jenguk Kevin ke rumahnya Ria aja, ya kan Ri?”

Ria pun kebingungan harus jawab apa, mereka tidak boleh tahu untuk sekarang.

"Eh? tapi… nggak bisa!” ucap Ria tiba-tiba.

"Maksud gue… Kevin masih butuh istirahat total. jadi… nggak boleh diganggu dulu” lanjutnya meyakinkan.

"Gitu ya, yaudah deh kapan-kapan kalo Kevin sudah lebih baik kita jenguk bareng-bareng”ucap Mita yang percaya dengan ucapan Ria yang justru membuatnya merasa sangat bersalah karena sudah berbohong pada teman-temannya sendiri.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!