Rumah sakit.
"Kakek!" Cilla yang memasuki salah satu ruangan VIP. Mizwar yang ternyata sudah berada di sana dengan tidak sadarkan diri dengan infus berada di punggung tangannya dan juga alat pernapasan berada dimulutnya.
Di dalam ruangan itu bukan hanya ada Mizwar. Ada Ramos bersama dengan istrinya dan juga ketiga anaknya.
"Apa yang terjadi pada Kakek?"
"Kenapa Kakek bisa seperti ini!" tanya Cilla yang sudah berada di samping Pria tua yang tidak sadarkan diri itu dan mencoba untuk membangunkan dengan memegang tangannya.
"Pada saat kejadian tuan Mizwar mengalami serangan jantung dan alhamdulillah beliau tidak terkena tembakan," jawab salah satu Bodyguard yang memang berhasil menyelamatkan Mizwar.
"Kakek bangunlah, Kakek!" Cilla terlihat begitu sangat khawatir.
"Cilla. Kakek akan baik-baik saja. Kamu sebaiknya tenang dulu," sahut Miska.
"Gara-gara penyusup masuk ke gedung putih dan membuat keonaran dan banyak orang terluka di sana. Tanda tangan kerjasama juga berantakan," ucap Ramos terlihat begitu sangat marah.
Mata Miska melihat ke arah Rasyid yang memang mengikuti Cilla memasuki ruangan tersebut karena dia juga ingin mengetahui bagaimana kondisi majikannya.
"Kamu seharusnya lebih hati-hati lagi dan waspada, bagaimana mungkin kejadian ini bisa terjadi. Kamu tidak teliti dalam mengawasi situasi dan hampir saja Ayah saya mati di sana," ucap Miska yang pasti menyalahkan Rasyid.
"Saya meminta maaf dan kedepannya saya akan lebih waspada lagi yang akan menjaga keamanan Pak Mizwar," ucap Rasyid menundukkan kepala merasa bersalah.
"Kamu sekarang hubungi klien dari Amerika dan atur pertemuan. Saya akan mendatangani berkas-berkas tersebut untuk menggantikan Papa," ucap Ramos yang tiba-tiba saja membuat keputusan.
"Mas, kenapa harus membicarakan kerjasama dan sementara Papa saja belum sadar," ucap Miska yang keberatan dengan keputusan suaminya.
"Miska, mereka sudah datang jauh-jauh dari Amerika dan kerjasama ini bukan kerjasama main-main. Sangat tidak etis jika mereka pulang dengan tangan kosong. Bagaimanapun hanya aku yang bisa diandalkan untuk menyelesaikan semua ini. Aku akan mewakilkan Papa untuk menandatangani berkas-berkas tersebut. Kita tidak boleh mengecewakan klien penting," ucap Ramos dengan tegas.
"Kamu kenapa masih diam saja? cepat Kamu atur pertemuannya dan siapkan tempat untuk kami berdua!" titah Ramos.
"Maaf tuan, saya tidak bisa melakukan semua itu dan saya harus menunggu perintah dari Pak Mizwar," jawab Rasyid menundukkan kepalanya.
"Apa kamu buta? Kamu tidak melihat seperti apa kondisi ayah mertua saya saat ini dan kamu pikir dalam situasi seperti ini masih sempat berpikir dan menunggu beliau untuk sadar hah!" sahut Ramos sangat kesal karena permintaannya yang ditolak.
"Kamu turuti saja apa yang dikatakan Papa. Kamu hanya seorang Bodyguard saja, tetapi sok ngatur," sahut Roby yang ikut-ikutan kesal.
"Tetapi saya minta maaf sekali lagi, saya tetap tidak bisa melakukan semua itu," ucap Rasyid dengan tegas yang tidak akan mengubah pendirian.
"Kau benar-benar mencari masalah!" Roby yang semakin kesal melangkah mendekati Rasyid.
"Sudah hentikan!" tegas Cilla membuat Robby tidak jadi mendekati Rasyid.
"Kenapa harus membicarakan masalah bisnis saat kondisi Kakek seperti ini. Tolong jangan berbicara apapun dulu, Kakek juga pasti akan sadar dan bisa menyelesaikan semua ini! Tidak ada gunanya bertengkar di tempat ini!" tegas Cilla melihat ke arah Ramos dan juga Roby.
"Cilla kamu tidak tahu apa-apa tentang bisnis dan tidak tahu mengenai etika bisnis. Jika hari ini tidak diselesaikan, maka itu akan mengecewakan klien dan bisa menimbulkan kerugian yang banyak. Om melakukan semua ini karena tahu apa resikonya," sahut Ramos.
"Tetapi apapun itu sangat tidak etis mengambil pekerjaan orang lain," jawab Cilla yang cukup nyelekit membuat Ramos terdiam.
"Saya mohon untuk semua orang yang ada di sini jangan membicarakan bisnis dulu. Jika memang sudah menjadi rezeki maka klien tidak akan pergi!" tegas Cilla dengan bijaksana memberi pernyataan kepada orang-orang yang seolah tidak peduli dengan kakeknya yang tidak sadarkan diri.
"Kamu sebaiknya menunggu di luar. Kamu juga terluka dan langsung obati," ucap Cilla yang melihat ke arah Rasyid dengan matanya fokus pada lengan yang terluka itu.
"Baiklah," sahut Rasyid dengan menundukkan kepala dan langsung keluar dari ruangan tersebut.
****
Sebagai seorang anak pasti Miska sangat mengkhawatirkan ayahnya. Dia sejak tadi duduk di depan ruang perawatan sang ayah yang terlihat begitu frustasi berkali-kali memijat kepalanya.
"Miska kamu tidak perlu khawatir. Papa akan baik-baik saja dan untuk masalah Perusahaan aku yang akan menanganinya untuk sementara ini," sahut Ramos yang duduk di samping istrinya dengan memegang kedua bahunya.
"Mas, aku hanya takut terjadi sesuatu kepada Papa. Semua orang sangat menunggu Papa," jawab Miska.
"Papa tidak akan kenapa-napa dan tidak akan ada yang berubah. Meski Papa berada di rumah sakit. Aku yang akan mengambil alih Perusahaan dan akan menangani semuanya agar tidak terjadi permasalahan atau keterpurukan dalam Perusahaan. Ini semua adalah perbuatan musuh orang-orang yang tidak menyukai Papa dan ingin menjatuhkan Papa,"
"Mereka berpikir jika Papa berada di rumah sakit dan tidak bangun dan maka mereka bisa mengambil posisi Papa. Ternyata mereka salah bahwa Papa masih memiliki aku yang bisa diandalkan dan aku tidak akan membiarkan Mereka mengganggu Perusahaan atau mengambil semua klien kita," ucap Ramos dengan tegas mencoba untuk menenangkan istrinya.
"Kamu yakin bisa mengatasi semua ini?" tanya Miska ragu.
"Mungkin ini sudah waktunya dan kesempatan untukku membuktikan kepada Papa. Bahwa aku bisa diandalkan dan ketika beliau bangun, beliau akan bangga kepadaku dan mempercayaiku sepenuhnya. Aku tidak akan pernah menghilangkan kesempatan yang sudah diberikan kepadaku," jawab Ramos dengan percaya diri.
Miska tidak bisa berkata apa-apa sebagai seorang anak dia hanya mementingkan kesehatan ayahnya dibandingkan masalah Perusahaan
Sementara Cilla menunggu kakeknya siuman sembari membaca ayat-ayat Alquran. Dia hanya berharap ada keajaiban untuk sang kakek agar tersadar.
Matanya yang tiba-tiba melihat jari-jari yang bergerak itu membuat Cilla berhenti mengaji dan mencoba mendekati Mizwar.
"Kakek!" ucapnya yang memperhatikan kelopak mata itu bergerak-gerak.
"Kakek baik-baik saja?" tanya Cilla dengan panik.
"Dokter, Dokter!" Cilla dengan cepat berdiri keluar dari ruangan tersebut untuk memanggil Dokter. Miska dan Ramos kaget dan langsung menghampiri Cilla.
"Ada apa Cilla?" tanya Miska.
"Tante Kakek!" ucap Cilla dengan panik.
Akhirnya Dokter sudah memasuki ruangan Mizwar dan memeriksa pria tua itu ada di dalam sana juga ada Cilla dan keluarganya yang lain.
"Bagaimana kondisi Papa saya?" tanya Miska dengan panik.
"Kondisi beliau masih belum stabil, serangan jantung yang dialami beliau membuat beberapa saraf yang tidak berfungsi dengan baik," jawab Dokter.
"Apa maksud Dokter?" tanya Cilla.
"Tuan apa kakinya bisa digerakkan?" tanya Dokter.
Mizwar menggelengkan kepala dengan pelan yang sepertinya memang tubuhnya tidak berfungsi dengan baik.
"Kakek kenapa Dokter?" tanya Cilla yang terlihat begitu panik.
"Seperti apa yang saya katakan sebelumnya jika beliau mengalami kerusakan saraf. Tetapi jangan khawatir semua akan baik-baik saja. Ini hanya bersifat sementara," jawab Dokter yang memberikan semangat kepada keluarga itu.
"Kakek!" Cilla yang mendekati Mizwar yang pasti menjadi orang yang paling sedih atas apa yang terjadi.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments