4. Pemakaman

Arsha masih terdiam di atas sajadahnya setelah melaksanakan sholat subuh. Kali ini, Arsha memilih sholat subuh di kamarnya. Ia masih saja merasa bersalah dengan kejadian yang baru ia alami tadi.

Sedari tadi, Runi pun sudah menenangkannya, namun tetap tak membuatnya tenang hingga ia tak bisa tidur. Arsha kemudian meraih ponselnya dan mendial sebuah nomor. Tak butuh waktu lama, orang itu pun langsung menjawab panggilan telfonnya.

"Assalamualaikum, Mo." Lirih Aksa ketika Abi menerima panggilannya.

"Waalaikumsalam. Ada apa, Nang?" Tanya Abi dengan suara yang tenang.

"Romo sehat? Romo kapan pulang?" Tanya Arsha.

"Alhamdulillah Romo sehat, Nak. In Syaa Allah besok Romo pulang." Jawab Abi.

"Kamu kenapa, Nak? Pasti ada sesuatu, kan?" Tebak Abi.

"Njih, Mo." Jawab Arsha dengan suara bergetar.

"Kenapa? Cerita sama Romo." Titah Abi yang suaranya kini terdengar sedikit khawatir.

Arsha pun menceritakan kejadian yang ia alami pada Romonya. Dengan suara bergetar, ia menceritakan kronologinya tanpa ada yang terlewat.

"Aku merasa bersalah, Mo. Rasanya seperti aku baru saja menghilangkan nyawa orang." Lirih Arsha.

"Mpun njih, saiki ojo khawatir, Mas. (Sudah ya, sekarang jangan khawatir, Mas.)" Ujar Abi dengan suara yang kembali tenang.

"Semua itu bukan salah Mas Arsha. Mas Arsha sudah lakukan hal yang baik. Yang Mas lakukan itu, bukan menghilangkan nyawa, Nak, tapi membantu melepas beban. Semua yang terjadi pada Mbah Parti, sudah kehendaknya Gusti Allah." Abi memberikan afirmasi positif pada putranya.

"Mas harus ingat, kita ini terlahir dengan kemampuan yang spesial sebagai seorang Bopo. Romo saja terkadang masih gak mengerti kalau tiba - tiba punya firasat A atau bisa melakukan ini dan itu. Semua itu terjadi secara naluriah, Nak. Seperti yang Mas Arsha bilang, kita gak bisa melawan naluri yang tiba - tiba muncul itu. Jadi, ya diikuti saja. In Syaa Allah setiap naluri yang muncul dari dalam diri Bopo Banyu Alas, akan baik untuk 'anak - anaknya'." Imbuh Abi.

"Mas Arsha jangan resah lagi, ya. Banyak istighfar dan doakan Mbah Parti supaya beliau bahagia di sana." Pesan Abi.

"Njih, Romo." Jawab Arsha dengan lirih. Ya, hatinya terasa lebih tenang setelah berbicara dengan Romonya.

Sosok yang selama ini selalu menjadi panutannya. Sikap Romonya yang tenang, selalu bisa mengalirkan ketenangan dalam diri Arsha.

"Kapan jenazahnya di makamkan, Nang?" Tanya Abi.

"In Syaa Allah ba'da zuhur nanti, Mo." Jawab Arsha.

"Hari ini libur, kan? Tolong gantikan Romo hadir di sana ya, Nang. Hadiri sampai selesai pemakaman. Aksa juga di ajak sekalian, njih." Pinta Abi.

"Njih, Romo. Nanti aku kesana dengan Aksa." Jawab Arsha.

Keduanya berbincang sejenak sebelum Arsha pamit untuk menghentikan panggilan karena ada orang yang mengetuk kamarnya.

Tokk... Tok.. Tok...

Suara ketukan pintu kembali terdengar.

"Iya, sebentar." Jawab Arsha sambil melipat sejadahnya. Ia lalu membuka pintu kamarnya.

"Oh, ternyata Akung." Ujar Arsha. Ia kemudian kembali masuk ke kamarnya bersama Pak Karto yang mengekor lalu duduk di tepi ranjangnya.

"Kok ra ketok neng Masjid, Nang? Opo agi tas sholat? Kawanen? (Kok gak kelihatan di Masjid, Nang? Apa baru selesai sholat? Kesiangan?)" Tanya Pak Karto yang melihat Arsha masih memakai baju koko dan sarung.

"Mboten kerinan kok, Kung. Mpun sholat keng wau. (Gak kesiangan kok, Kung. Sudah sholat dari tadi.) Arsha memang pingin sholat di rumah tadi." Jawab Arsha.

"Kowe opo meriyang? Jare Aksa neng Masjid mau kok ra metu kamar padahal wes adzan. (Kamu apa sakit? Kata Aksa di Masjid tadi kok gak keluar kamar padahal sudah adzan.)" Tanya Pak Karto lagi.

"Mboten, Kung. Kulo alhamdulillah sehat. (Enggak, Kung. Aku alhamdulillah sehat.)" Jawab Arsha.

Pak Karto tersenyum sembari menatap wajah tampan cucunya. Tentu saja, Menantunya sudah menceritakan apa yang terjadi semalam hingga akhirnya ia mendatangi cucunya ini.

"Masih gelisah?" Tanya Pak Karto.

"Alhamdulillah sudah lebih baik, Kung. Tadi sempat telfon Romo setelah sholat subuh." Jawab Arsha.

"Ibun sudah cerita ke Akung, ya?" Tanya Arsha.

"Alhamdulillah kalau sudah lebih baik. Iya, Ibunmu tadi cerita sama Akung tentang kejadian yang kamu alami semalam." Ujar Pak Karto sambil menepuk - nepuk bahu cucunya.

"Nang, jangan menyalahkan diri untuk hal yang sudah benar. Kamu gak salah lho, Nang. Kamu dengar sendiri kan, keluarganya saja malah berterima kasih. Jadi, kenapa kamu berlarut - larut sedihnya seperti ini?" Kata Pak Karto yang juga berusaha menenangkan cucunya.

"Akung mengerti bagaimana perasaanmu, bagaimanapun ini adalah pengalaman pertama untukmu, kan. Naluri yang tiba - tiba muncul dari dalam diri kita ini memang gak bisa di lawan. Jadi ya ikuti saja seperti air mengalir. Nantinya kita akan bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah." Ujar Pak Karto.

"Putune Akung iki wis pinter, wes bener. Ojo wedi tur ojo kapok yo, Nang. Mergo kabeh iki agi permulaan. Pasti mengko bakal enek wae masalah sing bakal nguji kemampuan adewe sebagai Bopo. (Cucunya Akung ini sudah pintar, sudah benar. Jangan takut juga jangan kapok ya, Nang. Karena semua ini masih permulaan. Pasti nanti akan ada saja masalah yang akan menguji kemampuan kita sebagai Bopo.)" Kata Pak Karto yang berusaha mengalirkan semangat pada cucunya.

"Njih, matur suwun, Kung. (Iya, terima kasih, Kung.)" Ujar Arsha.

"Kene - kene! (Sini - sini!)" Pak Karto memeluk tubuh cucunya.

"Wes gerang ngene kok, ngono wae keweden! Wes rasah di pikir, wong Bopone wes nuruti karep 'anake' sing wes suwi njaluk 'mulih' kok. (Sudah besar gini kok, gitu saja ketakukan! Sudah gak usah di pikir, orang Boponya sudah mengikuti keinginan 'anaknya' yang sudah lama minta 'pulang' kok.)" Kata Pak Karto sambil terkekeh. Pada Akhirnya, Aksa pun tersenyum mendengar ucapan Kakeknya.

...****************...

"Mas, ini tolong di bawa ke rumah almarhumah sekalian, ya." Pinta Runi saat melihat dua putranya sudah bersiap.

Satu kantong beras dan satu plastik besar berisi berbagai sembako sudah siap di atas meja. Selain memberikan uang duka, mereka memang terbiasa memberikan bantuan berupa sembako untuk keluarga yang di tinggalkan.

"Ibun gak melayat?" Tanya Aksa.

"Ibun melayat nanti bareng Uti dan Bunda. Nunggu Bude Prih datang dulu, biar ada yang jaga Ashoka dan Gendis." Jawab Runi.

"Yasudah sana berangkat. Akung dan Yanda sudah berangkat dari tadi loh." Titah Runi pada dua putranya.

"Yasudah kami berangkat dulu, Bun. Assalamualaikum." Pamit Arsha.

Menjalankan permintaan Romonya, pagi itu Arsha dan Aksa datang ke rumah Mbah Parti untuk melayat dan tentu saja akan mengikuti acara pemakaman.

Tak hanya sekedar hadir, dua Bopo muda itu pun turut membantu prosesi pemakaman sebisa mereka. Keduanya pun ikut bergantian menggotong keranda berisi jenazah yang di bawa ke pemakaman dengan keluarga dan warga lain.

Warga pun terlihat kagum dengan sikap dua Bopo muda mereka. Tentu saja, rasa hormat mereka tak berkurang meskipun dua Bopo itu berusia lebih muda.

Terpopuler

Comments

Asri Anna

Asri Anna

thor aku bacanya nunggu banyak ,soal nya klw kelamaan up aku sukak lupa ceritanya🤭🤭🤭

2025-09-20

1

Titik Sofiah

Titik Sofiah

lanjut lanjut Thor

2025-09-19

1

Kasandra Kasandra

Kasandra Kasandra

lanjut.. double up kak

2025-09-19

1

lihat semua
Episodes
1 1. Arsha dan Aksa
2 2. Di Jodoh - Jodohkan
3 3. Kejadian Tiba - Tiba
4 4. Pemakaman
5 5. Dapat Izin
6 6. Suara Merdu
7 7. Modus Roti Bakar
8 8. Berkah Hujan
9 9. Harimau Penjaga
10 10. Kulkas Konslet
11 11. Perpisahan
12 12. Bertemu Raina
13 13. Salah Lihat?
14 14. Gerojogan Wungu
15 15. Pria Misterius
16 16. Terlambat
17 17. Hukum Adat
18 18. Pelaksanaan Hukuman
19 19. Kedekatan Kakak Beradik
20 20. Keberangkatan
21 21. Time Flies
22 22. Berbagi Tugas
23 23. Hujan dan Kenangan
24 24. Kesempatan Kedua
25 25. Ketempelan
26 26. Pembukaan MTQ
27 27. Penantian dan Doa
28 28. Datting or Meeting?
29 29. Keluarga Raina
30 30. Tak Mau Kehilangan
31 31. Kabar Mengejutkan
32 32. Kondisi Raina
33 33. Cinta Itu Buta
34 34. Preman Kesayangan
35 35. Bahagianya Berkumpul
36 36. Anti Rugi
37 37. Mahasiswa Hilang
38 38. Pertemuan
39 39. Mas Askara
40 40. Menggemaskan
41 41. Penasaran
42 42. Suara Buaya
43 43. Keluarga Rasa Sahabat
44 44. Bantuan Ibun
45 45. Porak Poranda
46 46. Pertaruhan
47 47. Harimau
48 48. Pria - Pria Bucin
49 49. Pak Sekdes
50 50. Sosok yang Menenangkan
51 51. Puting Beliung
52 52. Getun
53 53. Ningrat
54 54. Ikhlas
55 55. Sudah Kenal
56 56. Malam yang Hangat
57 57. Satpam Gagal
58 58. Pohon Mangga
59 59. Pahlawan
60 60. Harus Adil
61 61. Izin ke Dubai
62 62. Permintaan
63 63. Alasan Penolakan
64 64. Kabar Untuk Keluarga
65 65. Akad
66 66. Si Paling Jahil
67 67. Lapar
68 68. Berpamitan
69 69. Penyambutan
70 70. Si Pengganggu
71 71. Puncak Ritual
72 72. Cahaya Menyilaukan
73 73. Buka Puasa
74 74. Bertemu Calon Mertua
75 75. Balada Hadiah
Episodes

Updated 75 Episodes

1
1. Arsha dan Aksa
2
2. Di Jodoh - Jodohkan
3
3. Kejadian Tiba - Tiba
4
4. Pemakaman
5
5. Dapat Izin
6
6. Suara Merdu
7
7. Modus Roti Bakar
8
8. Berkah Hujan
9
9. Harimau Penjaga
10
10. Kulkas Konslet
11
11. Perpisahan
12
12. Bertemu Raina
13
13. Salah Lihat?
14
14. Gerojogan Wungu
15
15. Pria Misterius
16
16. Terlambat
17
17. Hukum Adat
18
18. Pelaksanaan Hukuman
19
19. Kedekatan Kakak Beradik
20
20. Keberangkatan
21
21. Time Flies
22
22. Berbagi Tugas
23
23. Hujan dan Kenangan
24
24. Kesempatan Kedua
25
25. Ketempelan
26
26. Pembukaan MTQ
27
27. Penantian dan Doa
28
28. Datting or Meeting?
29
29. Keluarga Raina
30
30. Tak Mau Kehilangan
31
31. Kabar Mengejutkan
32
32. Kondisi Raina
33
33. Cinta Itu Buta
34
34. Preman Kesayangan
35
35. Bahagianya Berkumpul
36
36. Anti Rugi
37
37. Mahasiswa Hilang
38
38. Pertemuan
39
39. Mas Askara
40
40. Menggemaskan
41
41. Penasaran
42
42. Suara Buaya
43
43. Keluarga Rasa Sahabat
44
44. Bantuan Ibun
45
45. Porak Poranda
46
46. Pertaruhan
47
47. Harimau
48
48. Pria - Pria Bucin
49
49. Pak Sekdes
50
50. Sosok yang Menenangkan
51
51. Puting Beliung
52
52. Getun
53
53. Ningrat
54
54. Ikhlas
55
55. Sudah Kenal
56
56. Malam yang Hangat
57
57. Satpam Gagal
58
58. Pohon Mangga
59
59. Pahlawan
60
60. Harus Adil
61
61. Izin ke Dubai
62
62. Permintaan
63
63. Alasan Penolakan
64
64. Kabar Untuk Keluarga
65
65. Akad
66
66. Si Paling Jahil
67
67. Lapar
68
68. Berpamitan
69
69. Penyambutan
70
70. Si Pengganggu
71
71. Puncak Ritual
72
72. Cahaya Menyilaukan
73
73. Buka Puasa
74
74. Bertemu Calon Mertua
75
75. Balada Hadiah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!