BAB 4

Angkasa kembali ke ruang makan untuk menemui Hana yang masih duduk di sana sembari menunggunya. Pria itu melihat seorang maid yang hendak membersihkan meja makan.

"Tidak usah dibersihkan, biar dia saja yang melakukannya," ucap Angkasa dengan nada sinis.

Hana menoleh, memastikan tidak ada orang lain di ruangan itu selain dirinya. Matanya membulat, wajahnya memerah seketika.

"Saya?" tanya Hana sambil menunjuk dirinya sendiri, tak percaya.

"Tentu saja, jangan berpikir kamu bisa hidup enak di sini tanpa melakukan apa-apa. Kamu juga harus kerja," ucap Angkasa dengan nada tinggi, hampir berteriak.

Hana terlonjak kaget, hatinya berdebar kencang. Ia tidak menyangka ternyata suaminya memiliki dua sisi yang berbeda. Saat bersama keluarganya, Angkasa terlihat begitu hangat dan perhatian, namun saat mereka berdua saja, wajahnya berubah dingin dan sinis.

Angkasa melangkah keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Hana yang masih terpaku di tempatnya. Ia merasa terhina dengan ucapan suaminya itu, tetapi Hana tidak bisa berbuat apa-apa.

Hana mengambil napas dalam-dalam, menguatkan hati. Ia mulai merapikan ruang makan yang banyak terdapat piring bekas tempat mereka makan. Sesekali Hana mengusap air matanya, menangis pelan, meratapi nasib yang menimpanya. Ia mencoba menahan rasa sedih yang meluap-luap mengingat perlakuan Angkasa.

Usai merapikan meja makan, Hana mencuci semua piring bekas tersebut, peluh keluar membasahi keningnya. Gadis itu sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga, hanya saja kali ini jumlahnya lebih banyak dari biasa yang ia kerjakan. Ia merasa lelah dan hampir menyerah, namun tekadnya untuk tetap kuat mengalahkan rasa putus asa.

Sambil mencuci piring, air matanya kembali menetes, membaur dengan busa sabun yang melimpah. Hana mengenang momen bahagia bersama keluarganya, yang kini terasa begitu jauh dan tak terjangkau.

Selesai mencuci piring, Hana mengeringkan tangannya dan menatap sekeliling ruangan yang kini sudah rapi. Ia menarik napas panjang dan tersenyum lemah, mencoba meyakinkan diri bahwa segalanya akan baik-baik saja.

Hana beranjak dari dapur, dan melangkahkan kakinya menuju ke kamar pribadinya dengan Angkasa yang berada di lantai dua.

Hana tidak langsung masuk kedalam kamar, dia takut suaminya marah.

"Gimana ini? Sebaiknya aku masuk atau tidak" bingung Hana sambil meremas remas kedua tangannya.

Setelah berdiri selama lima belas menit didepan kamar, Hana akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu kamar tersebut.

Ceklek......

Angkasa membuka matanya setelah mendengar suara pintu kamarnya yang di buka dari luar. Dia melihat Hana masuk kedalam kamar dengan gaun yang sedikit basah.

"Maaf, aku mengganggumu" ucap Hana takut.

"Ganti bajumu. Malam ini kamu tidur di sofa, aku tidak mau tidur satu rajang dengan mu" ucap Angkasa.

Hana menghela nafas dan menganggukkan kepalanya pelan. Ia tidak masalah tidur dimana saja, karena dari kecil dia sudah terbiasa hidup susah.

Gadis itu melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar mandi, Hana membersihkan sisa make up yang menempel di wajahnya, setelah selesai dia masuk ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur.

Tak lama Hana keluar dari ruang ganti sambil membawa selimut yang ada di pelukannya, ia menuju ke arah sofa dan merebahkan tubuhnya di sana. Tubuhnya benar-benar lelah setelah seharian ini melakukan serangkaian kegiatan.

*****

Tengah malam, suara gemericik hujan membangunkan Angkasa dari tidurnya. Ia mengusap wajahnya yang masih mengantuk, lalu matanya melirik ke arah istrinya yang tidur meringkuk di atas sofa, terpisah darinya. Wajah Hana tampak tenang dan polos dalam tidurnya, namun Angkasa merasa ada semacam jarak yang sulit dijembatani di antara mereka.

"Bagaimana bisa hamil kalau tidurnya terpisah seperti ini," gumam Angkasa dalam hati.

Ia merasa frustasi dengan situasi ini, karena perjanjian yang ia buat dengan Hana tidak ada membahas tentang kehamilan. Angkasa menghela napas panjang, lalu bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan mendekati Hana yang masih terlelap.

Ia mencoba mencari cara untuk menghamili istrinya itu, tapi belum menemukannya.

"Apakah aku harus memaksanya? Tapi kalau dia marah bagaimana?" batin Angkasa, bimbang.

Ia kemudian duduk di lantai sambil menopang dagunya dengan tangan, menatap Hana dengan pandangan yang rumit.

Dalam tidurnya Hana merasakan ada seseorang yang memperhatikan, namun karena rasa kantuknya membuat Hana enggan membuka matanya.

Sementara itu, Angkasa yang merasa tidak bisa tidur memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia melangkah dengan perasaan yang bercampur aduk, lalu menuju sebuah bar kecil yang ada di rumahnya.

Dengan perlahan, dia mengambil botol alkohol dan menuangkannya ke dalam gelas yang sudah ia siapkan. Anggur merah itu mengalir deras, menambah keharuman yang memabukkan di udara. Angkasa menyesap alkohol itu pelan-pelan, merasakan sensasi yang memenuhi tubuhnya.

Minuman beralkohol seringkali menjadi pelarian laki-laki itu untuk menghilangkan rasa sakit yang mendera pikirannya. Tegukan demi tegukan ia minum, berharap dapat meredakan hati yang gundah dan pikiran yang kacau.

Dalam keadaan setengah sadar, Hana merasakan ketidaknyamanan yang semakin memburuk. Ia menggigit bibirnya, mencoba untuk tetap terlelap dalam mimpi yang nyaris tak terbendung. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, gelisah itu semakin tak tertahankan. Akhirnya, Hana terbangun dari tidurnya, bingung dengan apa yang telah terjadi.

"Kemana dia, kenapa tidak ada diatas ranjang?" tanya Hana ketika tidak melihat sosok suaminya diatas ranjang.

Dengan perlahan, ia bangkit dan mendudukkan tubuhnya di sofa.

"Haus, lebih baik aku ke dapur aja deh, ambil minum," gumam Hana sambil menggulung rambutnya ke atas memperlihatkan leher jenjangnya.

Gadis itu menurunkan kedua kakinya dan bangkit dari atas sofa, kemudian membuka pintu kamar dan melangkah keluar. Ia mulai menuruni tangga yang menghubungkan lantai atas dengan dapur yang berada di lantai bawah.

Namun, saat menuruni beberapa anak tangga, tiba-tiba Hana mendengar suara serak yang sedang meracau tak jelas. Suara itu membuat Hana penasaran, dan berhenti sejenak untuk mendengarkan. Merasa penasaran, Hana pun melangkahkan kakinya dengan hati-hati, mengikuti arah suara tersebut.

Ia berjalan perlahan, berusaha tidak menimbulkan suara apapun agar tidak mengganggu sumber suara yang misterius itu. Hana ingin tahu apa yang terjadi dan siapa yang sedang meracau dengan suara serak tersebut.

"Sepertinya suaranya berasal dari ruangan ini," gumam Flora berhenti di depan sebuah ruangan dengan pintu yang berwarna hitam.

Dengan hati-hati, Hana menempelkan telinganya di pintu, dia ingin memastikan suara yang di dengarnya benar-benar berasal dari ruangan itu. Setelah beberapa saat, Hana akhirnya yakin bahwa suara aneh itu memang berasal dari dalam ruangan tersebut.

"Iya, benar dari ruangan ini," ucap Hana mantap.

Kini, keingintahuannya semakin memuncak. Hana ingin tahu apa yang sedang terjadi di balik pintu merah itu. Dengan napas yang dipercepat, Hana memberanikan diri untuk membuka pintu tersebut.

Tangannya bergetar saat menggenggam kenop pintu.

"Klek,"

Hana terkejut saat menyadari pintu itu ternyata tidak terkunci. "Tidak dikunci," bisiknya pelan, hatinya semakin berdebar.

Perlahan, Hana membuka pintu dan memasukkan kepalanya untuk melihat apa yang ada di dalam ruangan tersebut. Matanya membulat ketika melihat suaminya sedang duduk di lantai sambil menggenggam gelas yang berisi alkohol.

Hana merasa bingung dan khawatir, ingin tahu apa yang sedang terjadi dengan Angkasa. Namun, dia juga takut mengganggu privasi pria itu. Dalam dilema, Hana memutuskan untuk menghampiri suaminya dan menanyakan apa yang terjadi.

"Tuan" panggil Hana dengan suara lembut.

Angkasa tidak segera menjawab, dia masih tampak tenggelam dalam lamunan.

"Tuan Angkasa" panggil Hana sekali lagi.

Perlahan Angkasa mengangkat kepalanya, melihat waja Hana dengan mata yang memerah. Hana pun bergidik ketakutan melihat tatapan tajam Angkasa yang begitu menusuk hatinya.

"Tuan, anda kenapa?" tanya Hana lagi, kali ini dengan suara yang sedikit gemetar. Namun, Angkasa tetap tidak menjawab, dia hanya terus menatap Hana dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Detik berikutnya, tiba-tiba Angkasa menarik tangan Hana dengan kuat, membuatnya jatuh ke atas pangkuannya. Hana terkejut, hatinya berdebar-debar.

Tidak ada aba-aba, tiba-tiba saja Angkasa mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibir Hana dalam sebuah ciuman yang lembut namun penuh emosi.

Hana yang terkejut dan belum siap dengan situasi ini hanya bisa diam, merasa bingung dan terkejut sekaligus. Perlahan tapi pasti, ciuman yang tadinya lembut berubah menjadi menuntut dan agresif.

Angkasa tak bisa mengendalikan diri, seakan-akan minuman alkohol yang ia minum sebelumnya telah merenggut kesadarannya. Dalam keadaan tidak sadar, ia mulai melucuti pakaian Hana satu per satu, tanpa mempedulikan perlawanan yang ditunjukkan istrinya.

"Tuan lepas" pekik Hana sambil meronta, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman suaminya yang semakin kuat. Namun, usahanya sia-sia, Angkasa terus saja mengabaikan tangisan dan perlawanan istrinya. Dalam keadaan bingung dan ketakutan, Hana hanya bisa pasrah sambil meneteskan air mata, berharap suaminya segera sadar dan menghentikan apa yang sedang ia lakukan.

*****

Keesokan paginya Angkasa bangun lebih dulu, dia merasakan sakit di kepalanya.

"Sssttt...." desis pria itu sambil memegangi kepalanya.

Pria itu menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, ia terkejut ketika menyaksikan tubuhnya tanpa sehelai benang pun.

Lalu dia menoleh kesamping melihat sang istri yang sedang terlelap dengan selimut yang melilit tubuhnya.

"Bangun kamu, apa yang kamu lakukan di sini, hah" bentak Angkasa sambil mendorong tubuh Hana hingga membuat gadis itu jatuh dari atas ranjang.

Hana terkejut, dan segera membuka matanya, dia merasakan sekujur tubuhnya terasa remuk redam. Perlahan Hana bangkit sambil memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya.

"Harusnya anda tanyakan pada diri anda sendiri, tuan. Apa yang sudah anda lakukan kepada saya" ucap Hana sambil memalingkan wajahnya malu melihat tubuh polos Angkasa.

"Anda sudah melanggar perjanjian kita" tegas Hana.

Angkasa terdiam, dia mencoba mengingat apa yang sudah ia lakukan kepada istrinya.

Terpopuler

Comments

reza indrayana

reza indrayana

bikin gedek aja dg sikap dn perbuatannya angkas. 😡😡😡

2025-10-13

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
71 BAB 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 BAB 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 BAB 78
79 BAB 79
80 BAB 80
81 BAB 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 BAB 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 BAB 91
92 BAB 92
93 BAB 93
94 BAB 94
95 BAB 95
96 BAB 96
97 BAB 97
98 BAB 98
99 BAB 99
100 BAB 100
101 BAB 101
102 BAB 102
103 BAB 103
104 BAB 104
105 BAB 105
106 BAB 106
107 BAB 107
108 BAB 108
109 BAB 109
110 BAB 110
111 BAB 111
112 BAB 112
113 BAB 113
114 BAB 114
115 BAB 115
116 BAB 116
117 BAB 117
118 BAB 118
119 BAB 119
120 BAB 120
121 BAB 121
122 BAB 122
123 BAB 123
124 BAB 124
125 BAB 125
126 BAB 126
127 BAB 127
128 BAB 128
129 BAB 129
Episodes

Updated 129 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70
71
BAB 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
BAB 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
BAB 78
79
BAB 79
80
BAB 80
81
BAB 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
BAB 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
BAB 91
92
BAB 92
93
BAB 93
94
BAB 94
95
BAB 95
96
BAB 96
97
BAB 97
98
BAB 98
99
BAB 99
100
BAB 100
101
BAB 101
102
BAB 102
103
BAB 103
104
BAB 104
105
BAB 105
106
BAB 106
107
BAB 107
108
BAB 108
109
BAB 109
110
BAB 110
111
BAB 111
112
BAB 112
113
BAB 113
114
BAB 114
115
BAB 115
116
BAB 116
117
BAB 117
118
BAB 118
119
BAB 119
120
BAB 120
121
BAB 121
122
BAB 122
123
BAB 123
124
BAB 124
125
BAB 125
126
BAB 126
127
BAB 127
128
BAB 128
129
BAB 129

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!