05. Perkelahian dengan sesama napi

.

Hidup di balik jeruji besi sama sekali tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh Arhan. Merantau jauh ke negeri orang, cita-citanya adalah hidup bahagia dengan istri tercinta. Siapa sangka yang ia dapatkan malah sebaliknya. Pengkhianatan, penderitaan, penjara.

Bukan hanya tentang tembok dan jeruji, tapi juga tentang kehancuran mental. Arhan kehilangan nafsu makan, makanan yang disajikan terasa hambar. Ia lebih sering melamun, tatapannya kosong menembus dinding sel yang suram. Bohong, jika dibilang dia ikhlas. Bohong, jika dikatakan tak sakit hati.

"Hei, anak muda, kenapa kau murung terus? Jangan menyerah begitu saja," sapa pria tua, penghuni sel yang disegani. Pria tua yang menyapanya ketika pertama kali dia baru masuk ke dalam sel itu beberapa hari yang lalu. Dia adalah Hadi Subroto. Seorang pengusaha kaya yang terpaksa menjadi penghuni sel itu karena tuduhan korupsi yang sebenarnya sama sekali tak ia lakukan.

Arhan hanya menggeleng lemah. "Lalu apa yang harus saya lakukan? Saya sudah kehilangan segalanya. Hasil keringat selama 2 tahun, istri yang berkhianat, sahabat yang ternyata musuh." Arahan mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya.

"Kehilangan segalanya? Kau masih hidup, itu sudah lebih dari cukup," balas pria tua itu. "Jangan biarkan mereka menghancurkanmu. Kau harus bangkit dan melawan. Jika kau seperti ini, itu akan membuat mereka merasa menang."

"Melawan? Bagaimana caranya? Saya terkurung di sini dan tidak punya apa-apa," jawab Arhan dengan nada putus asa. "Andaikan ada sedikit saja bukti…"

Pria tua itu mendekat, menepuk bahu Arhan dengan lembut. "Kau punya dirimu sendiri. Kau punya kekuatan yang belum kau sadari. Jangan biarkan rasa sakit menguasaimu. Jadikan itu sebagai motivasi untuk bangkit dan membalas dendam."

Arhan terdiam, merenungkan kata-kata pria tua itu. Dan itu benar. Ia memang hancur, tapi masih ada secercah harapan. Dan yang paling utama, dia tak boleh membiarkan kedua penghianat itu tertawa bahagia selamanya.

"Terima kasih," ucap Arhan sambil menoleh ke arah pria tua itu dan tersenyum penuh semangat.

"Jangan hanya berterima kasih. Buktikan dengan tindakan," balas pria tua itu. "Mulai sekarang, jangan biarkan dirimu larut dalam kesedihan. Bangkit dan tunjukkan pada mereka bahwa kau bukan pecundang.”

Arhan mengangguk, wajahnya tak lagi sekusut tadi.

*

Arhan menarik napas dalam-dalam, aroma pengap dan keringat bercampur menjadi satu. Sambil mengelap keringat yang membasahi keningnya, ia duduk menyandarkan tubuhnya pada tembok setelah lelah dengan kegiatan kerja bakti.

"Hei, anak baru! Sini pijat kakiku!" Teriak seorang narapidana dengan badan penuh tato.

Arhan hanya menoleh sekilas tapi tak beranjak dari duduknya.

“Hei, kamu budeg, ya?!" Pria bertato kembali berteriak.

Karena Arhan tak juga bereaksi, pria bertato itu beranjak dari duduk selonjornya berjalan mendekat, lalu berdiri berkacak pinggang di hadapan Arhan.

Sementara itu, Pak Broto yang duduk tak jauh dari mereka hanya diam mengamati. Seolah sedang menanti apa yang akan dilakukan oleh Arhan.

“Kamu mau menantangku, ya?!" hardik pria itu.

"Apa aku tadi mencari masalah denganmu?" tanya Arhan datar, berusaha menghindari konfrontasi.

"Masalah? Tentu saja. Tampangmu itu sudah seperti masalah," balas pria itu, nada suaranya meninggi. "Di sini, aku yang berkuasa. Jangan berani melawan!”

Arhan mengepalkan tangannya. Ia tidak ingin terlibat perkelahian. “Aku tidak cari masalah denganmu, jadi tolong untuk tidak mencari masalah denganku juga." Arhan masih mencoba mengendalikan kesabarannya.

Pria bertato itu tertawa tergelak. "Wah wah,,, ada yang sok hebat rupanya." Ia menendang kaki Arhan dengan kasar. "Biar ku lihat seberapa jago dirimu!"

Arhan mendongak dan menatap datar wajah pria itu. "Jangan mengusikku," ucapnya.

"Oh, kau berani melawan?" Pria itu menyeringai. "Sepertinya kau memang butuh pelajaran." Serta-merta pria itu menarik kerah Arhan dan membawanya berdiri, melayangkan pukulan sebelum Arhan sempat untuk berdiri sempurna.

Arhan yang tidak siap meringis kala kepalan tinju mendarat di wajahnya.

Pria itu kembali menggerakkan tangannya untuk memberikan pukulan lanjutan. Namun, Arhan menghindar dengan sigap, lalu membalas dengan tinju keras ke arah perut pria itu. Pria itu terhuyung, terkejut dengan serangan balasan Arhan.

"Sialan kau!" Pria itu meraung, lalu menyerbu Arhan dengan membabi buta. Pertarungan pun tak terhindarkan.

Arhan yang pikirannya sedang kalut tak bisa menguasai emosi. Mungkin ia butuh pelampiasan atas apa yang baru saja menimpa dirinya. Ditambah lagi, ia sadar kalau dirinya tak boleh lemah. Karena semakin dirinya diam dan menurut, akan semakin pula orang menginjaknya.

Para narapidana lain yang semula bertepuk tangan, bersorak untuk kemenangan pria bertato, perlahan menjadi sunyi karena ternyata Arhan bukan hanya mampu mengimbangi, tapi membalas dengan telak.

Arhan berdiri tegak di hadapan pria bertato yang masih meringis kesakitan di lantai. Napasnya memburu, namun matanya memancarkan tekad yang kuat.

"Jangan pernah mencoba mengusikku, karena aku tidak akan tinggal diam," ucap Arhan dengan nada dingin, setiap kata terucap dengan jelas dan tegas.

Pria bertato itu mendongak, menatap Arhan dengan tatapan penuh amarah dan dendam. Namun, ia tidak berani membalas. Ternyata Arhan bukan lawan yang mudah.

Arhan berbalik, meninggalkan pria itu terkapar di lantai. Ia berjalan menuju tempat tidurnya, tanpa menghiraukan tatapan terkejut dan kagum dari penghuni sel lainnya.

"Wah, anak itu hebat juga," bisik seorang narapidana kepada temannya.

"Kelihatannya Bang Tagor salah cari lawan kali ini," timpal yang lain.

Arhan merebahkan diri di atas tikar tipisnya. Ia memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. Pertarungan tadi membuatnya sadar, kehidupan di penjara tidak akan mudah. Ia harus kuat, tidak hanya secara fisik, tapi juga mental.

"Hei, anak muda," suara berat memanggilnya. Arhan membuka mata dan melihat Pak Broto mendekatinya. Pria yang melihat pertarungan antara arhan dan bang Tagor sejak awal itu diam-diam tersenyum tipis.

"Aku lihat kau baru saja mengalahkan si Tato," kata Pak Broto

Arhan mengangguk. "Sebenarnya saya tidak ingin mencari masalah. Tetapi jika ada orang yang ingin mencari masalah dengan saya, maka saya tidak akan kabur."

Lagi lagi pak Broto tersenyum tipis. "Di sini, memang harus bisa menjaga diri sendiri. Kalau tidak, akan menjadi mangsa."

"Saya tahu," jawab Arhan.

"Aku suka semangatmu," kata pria tua itu. "Kalau kau butuh bantuan, jangan ragu untuk bertanya."

Arhan menatap pria tua itu dengan rasa terima kasih. "Terima kasih," ucapnya tulus.

"Sama-sama," balas pria tua itu. "Selamat datang di dunia yang baru, anak muda.”

*

*

*

Terpopuler

Comments

Warijah Warijah

Warijah Warijah

Semoga pak Broto sebagai dewa penolong selepas keluar dr penjara, agar Arhan bs membalas klrwg mantan istrinya itu..

2025-09-18

0

Hasanah Purwokerto

Hasanah Purwokerto

Smg kelak.kalian bs bekerja sama,,saling menguntungkan,,tunjukkan pd dunia kalian bisa..

2025-09-28

0

Hasanah Purwokerto

Hasanah Purwokerto

Betul kata pak tua..yuk bangkit yuk..kamu bisa Ar...💪💪💪💪

2025-09-28

0

lihat semua
Episodes
1 01. Aku Pulang
2 02. Ditangkap.
3 03. Interogasi
4 04. Vonis untuk Arhan
5 05. Perkelahian dengan sesama napi
6 06. Nasehat Pak Broto Surat cerai dari Nurmala
7 07. Kuliah bersama Pak Broto
8 08. Kunjungan seorang kawan.
9 09. Pengacara untuk Arhan.
10 10. Sidang PK untuk Arhan
11 11. Bebas
12 12. Ke rumah Budi
13 13. Rencana Arhan
14 14. Merampas kembali.
15 15. Pulang ke rumah Ibu
16 16. Bertemu dengan keluarga.
17 17. Nasehat kakak ipar.
18 18. Kembali ke kota
19 19. Menyewa ruko
20 20. Nurmala syok
21 21. Langkah awal merajut impian
22 22. Budi datang bersama Larasati
23 23. Restoran Nurmala mulai sepi
24 24. Bertemu
25 25. Keraguan Nurmala
26 26. 3. Menyambut Ibu, Rencana mencari Rumah kontrakan
27 27. Kecurangan Fadil * Kedatangan orang tua Nurmala
28 28. Perdebatan antar besan
29 29. Rencana Fadil yang gagal
30 30. Kecemburuan Budi
31 31. Cinta, Prasangka, dan Balas Dendam"
32 32. Cinta, Dendam, dan Penyesalan
33 33. Serangan preman
34 34. Maukah kamu menikah denganku?
35 35. Fadil bebas
36 36. Fadil dengan mobil baru
37 37. Kebusukan Fadil. Pengemis di depan warung
38 38. Pengemis yang diterima bekerja
39 39. Firasat Satpam dan Senyum Pengemis
40 40. Misteri Mak Ijah dan Sambal Maut
41 41. Padamnya Bara Api
42 42. Perjuangan Budi
43 43. Setitik cahaya terang
44 44. Fadil geram. Mak Ijah tertangkap
45 45. Cemasnya Fadil
46 46. Operasi di tengah malam
47 47. Nurmala ditangkap
48 48. Nurmala melahirkan.
49 49. Gadis di bandara
50 50. Titik balik seorang Arhan
51 51. Menemui pak Broto. Fadil tertangkap
52 52.
53 53. Hilangnya hasil rampasan
54 54. Bara Api kembali membara
55 55. Bertemu di warung
56 56. Rahasia Pak Broto
57 57. Kasmaran
58 58. Penolakan Arhan
59 59. Pesanan 500 porsi
60 60. Bertemu Fadil
61 61. Bahagianya pak Broto
62 62. Nurmala yang sekarang
Episodes

Updated 62 Episodes

1
01. Aku Pulang
2
02. Ditangkap.
3
03. Interogasi
4
04. Vonis untuk Arhan
5
05. Perkelahian dengan sesama napi
6
06. Nasehat Pak Broto Surat cerai dari Nurmala
7
07. Kuliah bersama Pak Broto
8
08. Kunjungan seorang kawan.
9
09. Pengacara untuk Arhan.
10
10. Sidang PK untuk Arhan
11
11. Bebas
12
12. Ke rumah Budi
13
13. Rencana Arhan
14
14. Merampas kembali.
15
15. Pulang ke rumah Ibu
16
16. Bertemu dengan keluarga.
17
17. Nasehat kakak ipar.
18
18. Kembali ke kota
19
19. Menyewa ruko
20
20. Nurmala syok
21
21. Langkah awal merajut impian
22
22. Budi datang bersama Larasati
23
23. Restoran Nurmala mulai sepi
24
24. Bertemu
25
25. Keraguan Nurmala
26
26. 3. Menyambut Ibu, Rencana mencari Rumah kontrakan
27
27. Kecurangan Fadil * Kedatangan orang tua Nurmala
28
28. Perdebatan antar besan
29
29. Rencana Fadil yang gagal
30
30. Kecemburuan Budi
31
31. Cinta, Prasangka, dan Balas Dendam"
32
32. Cinta, Dendam, dan Penyesalan
33
33. Serangan preman
34
34. Maukah kamu menikah denganku?
35
35. Fadil bebas
36
36. Fadil dengan mobil baru
37
37. Kebusukan Fadil. Pengemis di depan warung
38
38. Pengemis yang diterima bekerja
39
39. Firasat Satpam dan Senyum Pengemis
40
40. Misteri Mak Ijah dan Sambal Maut
41
41. Padamnya Bara Api
42
42. Perjuangan Budi
43
43. Setitik cahaya terang
44
44. Fadil geram. Mak Ijah tertangkap
45
45. Cemasnya Fadil
46
46. Operasi di tengah malam
47
47. Nurmala ditangkap
48
48. Nurmala melahirkan.
49
49. Gadis di bandara
50
50. Titik balik seorang Arhan
51
51. Menemui pak Broto. Fadil tertangkap
52
52.
53
53. Hilangnya hasil rampasan
54
54. Bara Api kembali membara
55
55. Bertemu di warung
56
56. Rahasia Pak Broto
57
57. Kasmaran
58
58. Penolakan Arhan
59
59. Pesanan 500 porsi
60
60. Bertemu Fadil
61
61. Bahagianya pak Broto
62
62. Nurmala yang sekarang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!