Flashback

Tiba di rumah, Arjuna segera membersihkan dirinya di kamar mandi karena tak tahan dengan gerah di tubuhnya.

Sambil bersiul dan bernyanyi-nyanyi pelan dia menyelesaikan ritual mandi lalu keluar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Di atas sofa, sang kakek sudah cukup lama menunggu. Hingga membuat Arjuna sedikit kaget saat menyadari keberadaannya.

“Loh ... sejak kapan Kakek duduk di situ?” Arjuna menghentikan langkahnya tepat di depan lelaki tua yang mulai ringkih.

“Mandi, kok, lama sekali!” gerutu laki-laki tua itu, tanpa menatap ke arah Arjuna yang berdiri di depannya.

“Ada hal penting apa memangnya, sampe Kakek mau berlama-lama menungguku?”

Rudi, sang kakek melemparkan sebuah tabloid yang ia pegang ke atas meja. “Mau sampai kapan kamu seperti ini?” tanyanya dengan hati dongkol akibat rumor yang selalu berseliweran di berbagai media.

Arjuna meraih tabloid lalu membacanya. Isinya bukan hal yang aneh karena ini bukan yang pertama kali. Masih tentang seorang pengacara tampan, anak dan cucu dari orang ternama di Jakarta. Baru-baru ini kembali diberitakan telah menghabiskan uang ratusan juta demi membelikan pacar barunya sebuah mobil mewah.

“Ooh, jadi hanya karena itu, wajah Kakek ditekuk?” ucap Arjuna datar sambil meletakkan kembali tabloid di atas meja lalu duduk di sebelah kakeknya.

“Kamu bilang, 'hanya'?” tanya laki-laki tua itu penuh penekanan seraya melayangkan tatapan, menahan amarah. “Apa kamu ingin membunuh kakekmu pelan-pelan dengan pemberitaan seperti itu yang tidak pernah ada hentinya?”

Arjuna hanya bisa menunduk. Hati kecilnya sungguh menyesali kesalahannya itu. Namun, ia selalu sengaja mengulang perbuatan yang kurang baik, sebagai bentuk protes terhadap sang ayah yang tidak pernah menunjukkan kasih sayang selama ini. Tanpa ia sadari seorang kakek harus kena imbas dari perbuatannya.

Arjuna sangat menyayangi sang kakek karena sesungguhnya dialah satu-satunya orang yang menyayangi Arjuna sejak kecil setelah neneknya meninggal. Meskipun sang kakek cenderung otoriter dan selalu menuntut Arjuna untuk tampil sempurna, tetapi hanya dialah yang peduli terhadap Arjuna melebihi orang tuanya sendiri.

Kakek tua itu berdiri lalu berjalan menggunakan tongkatnya meninggalkan kamar Arjuna dengan perasaan kecewa untuk kesekian kali.

Kali ini Arjuna benar-benar menyesal dan berpikir untuk mengakhiri perbuatannya. Setelah selesai mengenakan pakaian dengan rapi, dia pun segera bergegas menuju kamar Kakek Rudi untuk meminta maaf dan mengambil hatinya lagi. Namun, ketika ia hendak mengetuk pintu kamar yang sedikit terbuka, segera ia urungkan niatnya karena terdengar sebuah percakapan antara Kakek dan lelaki yang dia kenal sebagai ayahnya selama ini.

“Pa ... cobalah nasihati dia supaya memperbaiki sikapnya itu. Karena semua orang mengenal dia sebagai anakku, secara langsung namaku ikut tercoreng dengan kelakuan buruknya.”

“Papa sudah bicara dengan Arjuna tadi. Tolong mengertilah!” ucap Pak Rudi dengan suara parau khas pria tua.

“Dia bukan anak kecil lagi, Pa. Usianya sudah tiga puluh tahun sekarang. Untuk apa dia bergonta-ganti pasangan lalu memamerkannya di depan umum.” Rully adalah anak sulung dari Kakek Rudi. Arjuna mengenal Rully sebagai ayah kandung yang sangat jarang berkomunikasi dengannya. Kakek Rudi menjadi satu-satunya perantara ketika ayah dan anak itu ingin menyampaikan sesuatu. Kali ini, Rully terlihat sangat jengkel, padahal sejauh ini dia tidak peduli sedikit pun tentang Arjuna.

“Aku pikir ... sekarang saatnya Arjuna mengetahui kebenaran tentang orang tua kandungnya, Pa. Aku mau memberitahunya supaya dia lebih tahu diri.”

Pak Rudi terperangah sambil menatap wajah anaknya. “Tolong jangan lakukan hal itu. Papa mohon!” ucapnya sambil memelas. “Kasihan Arjuna, Rull. Sejak kecil dia tumbuh menjadi anak yang kurang kasih sayang dan dia sangat kesepian. Jangan lukai hatinya lagi dengan mengatakan hal itu.”

“Tapi semakin lama dia semakin tidak tahu diri, Pa! Dia juga tidak pernah mencoba menghormatiku sebagai seorang ayah.”

“Itu karena kamu tidak pernah memberinya kasih sayang. Padahal papa selalu minta kamu untuk memperlakukannya seperti anakmu sendiri. Sayangi dia.”

Tak terasa Arjuna mulai menitikkan air mata. Gamang di hatinya selama ini mulai mendapat sedikit alasan. Arjuna yang selalu memiliki segalanya dari sang kakek. Namun, dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Hari ini dia tidak perlu meminjam telinga orang lain untuk mendengar sebuah kenyataan pahit. Meskipun masih menyisakan banyak pertanyaan, setidaknya dia mengerti akan statusnya di rumah ini.

Rully merasa kecewa dengan sikap ayahnya yang terlalu memanjakan Arjuna. Dia bergegas meninggalkan kamar sang ayah dan sedikit kaget ketika berpapasan dengan Arjuna yang tanpa sengaja sudah menguping obrolan di balik pintu. Langkahnya terhenti sesaat sambil menatap Arjuna, lalu dia pergi begitu saja tanpa menjelaskan apa pun.

Dengan mata yang memerah, Arjuna masuk ke kamar Kakek Rudi untuk meminta penjelasan.

“Itukah jawaban kenapa Papa tidak pernah menyayangiku, Kek?” tanya Arjuna saat berdiri di hadapan kakeknya. Tubuh Arjuna sedikit bergetar. Pak Rudi mendongak dan menatap mata Arjuna yang berkaca-kaca.

“Tidak ada yang bisa merubah keadaan. Kamu tetap cucuku. Tidak perlu bertanya lagi.”

“Aku hanya ingin tahu kenapa kalian menutupinya? Kenapa harus merahasiakannya dariku.” Pertanyaan Arjuna sangat pelan. Namun, sedikit mendesak. Sementara Pak Rudi terus menggelengkan kepala.

“Di mana orang tua kandungku? Mereka masih hidup, 'kan? Kalau pun sudah meninggal, tunjukkan saja di mana kuburannya?” Arjuna menunggu jawaban dari pertanyaannya yang bertubi-tubi, tetapi sang kakek masih tetap bungkam.

“Katakan saja, Kek, meskipun aku seorang anak pungut, aku pasti bisa menerima kenyataan itu,” ucapnya sambil menyeka air mata yang melintas begitu saja di tulang pipinya yang tegas.

Sang kakek menatap lekat dengan bola mata yang tak lagi jernih karena tergerus usia.“Kamu bicara apa, Juna? Rully adalah ayahmu. Kami semua adalah keluarga terdekatmu. Jangan berpikir yang tidak-tidak.”

Arjuna tersenyum miring karena sang kakek masih saja menganggapnya anak kecil. Padahal, dia tahu Arjuna sangat menunggu kejujuran bukan kebohongan. Bukan waktunya lagi untuk menyembunyikan identitas Arjuna setelah percakapannya dengan Rully beberapa saat yang lalu.

“Memangnya apa yang kamu dengar? Kamu salah paham. Cobalah untuk berubah dan jangan membuat ayahmu marah supaya dia tidak bicara yang aneh-aneh.”

Melihat sang kakek yang tetap tidak mau berkata jujur, Arjuna hanya bisa mengeratkan gigi seraya mengepalkan tangan lalu ia pergi dan mengunci diri di dalam kamar. Dia terus berpikir hingga kepalanya menjadi sangat pusing.

Sementara Pak Rudi masih merasa gelisah. Karena hal yang tidak dia inginkan, akhirnya terjadi. Pria yang sudah berusia senja itu menjatuhkan kembali tubuhnya di atas sofa sambil mengusap wajahnya dengan kasar. Pikirannya menerawang ke masa dua puluh enam tahun silam. Saat pertama kali Arjuna datang ke rumah ini.

Selepas kepergian suami istri yang membesarkan Arjuna sampai usianya hampir empat tahun, Rudi—kakeknya Arjuna, menatap selembar berkas yang tak lain adalah akta kelahiran milik cucunya yang ia terima dari sepasang suami istri itu sebelum mereka kembali pulang ke Bandung.

Sepasang suami istri yang nampak sedih melepas Arjuna, hanya berkata jika mereka akan sangat senang jika semua nama yang ada di sana, tidak diubah sedikit pun. Keduanya berharap, saat Arjuna beranjak dewasa, dia akan mencari dan kembali ke pelukan mereka. Pak Rudi mengakui dirinya memang egois. Dia ingin menghapus semua jejak masa lalu Arjuna, termasuk kisah cinta Minie—anak keduanya yang memilih menikah dengan Junaedi—yang hanya seorang lelaki biasa, lalu menikah tanpa restu hingga melahirkan seorang anak bernama Arjuna. Tentang Minie dan Junaedi, dia tidak ingin Arjuna mendengar nama itu. Yang ada saat ini adalah seorang pengacara muda bernama KEENAN BARRA WIJAYA. Putra pertama dari Rully Rahadian Wijaya.

Apa pun yang dirancang sang kakek untuk Arjuna, dia berharap semua yang terbaik untuk cucunya. Akan tetapi, yang terjadi tidak pernah berjalan seperti bayangannya. Arjuna tidak bahagia dengan apa yang dia miliki. Dalam benak Arjuna selalu bertanya, siapa dirinya. Kenapa ayahnya selalu memperlihatkan tatapan dingin dan penuh kebencian.

Untuk seorang kakek Rudi, memang bukan hal yang mudah menaklukan hati Arjuna kecil hingga kini ia dewasa. Ia tahu, kebahagiaan Arjuna ada bersama keluarga lain di Bandung, tetapi itu tidak menyurutkan niat untuk merebut hati cucunya. Kasih sayang untuk Minie, ia curahkan pada Arjuna. Karena itulah, Arjuna harus tetap berada di dekatnya.

...—BERSAMBUNG—...

Terpopuler

Comments

Trisnawati Ilyas

Trisnawati Ilyas

masih nymak sambil goyang jempol🤭🤭🤭

2023-02-04

0

NandhiniAnak Babeh

NandhiniAnak Babeh

masih belum nyambung otakku Thor..
ku simak terus ya Thor

2022-05-20

0

Nazwatalita

Nazwatalita

Keren sekali ceritanya

2021-12-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!