19

"WHATTTTT!!! "

Mata Nina membulat tapi detik berikutnya..

"Hahaha, " Tawanya seketika meledak, bahkan air matanya sampai menetes.

Beruntung saat ini hanya ada mereka berdua di taman belakang sekolah. Cerry berdecak kesal, ada rasa menyesal karena telah menceritakan semuanya pada Nina, sahabatnya itu. Melihat Cerry memberenggut kesal, Nina menghentikan tawanya.

Pas jam istirahat tadi, Nina langsung menyeret Cerry ke taman. Dia sudah sangat penasaran dengan kondisi sahabatnya, di tambah dengan hubungan Cerry dan Dito yang menurutnya sudah lebih dari sahabat.

"Maaf-maaf, " Nina kembali duduk di atas rumput berdampingan dengan Cerry.

"Tapi Cer, dengan itu berarti kamu udah tidak? " Ia mencondongkan wajahnya lebih dekat dengan Cerry "perawan lagi! " Bisik nya.

"Aish.. Nih orang, ya jangan di pertegas juga dong! Kan aku malu!! " Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Hahaha, eh nanti kalau kamu hamil gimana, Cer? Kita masih sekolah loh? " Ucap Nina lagi, wajahnya berubah serius.

"Ya aku nggak tau, tapi semalam kita nggak sampe selesai kok. Berarti aku gak bakal hamil dong? " Jawab Cerry di ikuti anggukan kepala, meyakinkan Nina.

"Idihhh omongannya, aku masih gadis dengan status jomblo nih, Cer! Tolong jangan kotori otakku yang masih suci ini? " Nina menutup kedua telinganya.

PLAKK

Cerry memukul lengan gadis berambut keriting yang kini tengah terbahak di sampingnya dengan tanpa ampun.

"Nah, mengenai si Dito gimana? Aku dengar kemarin di bis, dia manggil kamu pacar? Kalian pacaran? " Nina menatap penuh selidik pada Cerry.

"Nah itu dia, Nin! Aduh aku bingung juga nih harus gimana? Kemarin aku hanya asal jawab aja, karena takut dia bakal marah dan menjauhi aku jika aku menolaknya! " Cerry berubah lesu jika ingat bagaimana hubungannya dengan Dito.

"Ya terus, dengan kamu nerima dia juga lebih menyakitinya bahkan lebih dari rasa sakit ketika kamu menolaknya! " Nina menepuk pelan pundaknya.

"Jadi menurutmu lebih baik jika aku memutuskan Dito, " Nina mengangguk mengiyakan ucapan Cerry.

"Sebelum semua terlalu jauh, Cer! Apalagi sekarang hubungan kamu sama mas Darrel sudah tidak bisa di sebut main main lagi. "

Cerry menatap Nina, kemudian mengangguk. Seperti apapun nanti keputusan Dito padanya, ia akan tanggung semua resikonya. Walau ia harus rela kehilangan Dito, sebagai sahabatnya.

Sementara tidak jauh dari mereka. Dua pasang mata saat ini tengah menatap kedua perempuan itu dengan tajam. Bahkan salah satu dari mereka berdua wajahnya sudah merah padam dengan kedua tangan mengepal kuat, menaham amarah.

Tidak lama sejak kedua gadis itu duduk taman ini. Kedua pemuda tersebut datang, niat awalnya ingin mengajak kedua gadis itu ke kantin seperti biasa, namun sebuah kejutan besar dia dapatkan setelah beberapa saat mendengarkan obrolan keduanya.

"Dit, " Atta mengikuti langkah gusar Dito dengan cepat.

Dito mendatangi kedua gadis yang masih duduk di atas rumput, sesekali terdengar tawa dari keduanya.

"Dito, " Cerry dan Nina berdiri dengan cepat, ketika Dito sampai di hadapan mereka.

"Dit, ini-kita-aku. " Ucap Cerry gelagapan, ia mendadak gugup. Apalagi melihat wajah marah Dito.

"Aku sudah dengar semuanya! " Jawab Dito dengan tegas. Nafasnya bahkan sampai terdengar, pertanda laki laki itu tengah menahan amarah yang sangat luar biasa.

"Tapi, itu tidak seperti yang kamu dengar! " Cerry mengangkat tangannya hendak meraih tangan Dito.

"Iya, Dit. Kamu salah faham sama Cerry! " Sahut Nina, ia tak kalah panik nya dari Cerry.

"Cukup!! Kalian tidak perlu menjelaskan apapun lagi. " Tegasnya, ia menepis tangan yang di pegang Cerry "aku kecewa sama kamu, Cer. Kamu nerima aku hanya karena kasihan. Semenyedihkan itu kah aku di matamu? " Cerry menggeleng dengan air mata menetes satu persatu di pipinya.

"Dan kamu rela mengorbankan kesucian kamu hanya demi sebuah harta? Aku gak nyangka, ternyata kamu itu tidak sepolos yang aku kira? Kamu menjijikan, Cer. " Dito berbalik melangkah meninggalkan kedua gadis itu.

"Enggak Dit, kamu salah? Aku tidak seperti yang kamu fikir? " Cerry berlari mengejar Dito, mengabaikan rasa sakit yang masih ia rasakan sampai saat ini.

"Cer, biar aku yang ngomong dulu sama Dito! " Atta yang sedari tadi hanya menonton, mencekal pergelangan tangan Cerry supaya tidak mengejar Dito.

"Satu lagi, mulai sekarang kita putus!! " Ucap Dito tanpa berbalik melihat Cerry.

Pemuda itu kembali meneruskan langkahnya hingga badannya menghilang di balik tembok. Cerry menghempas tangan yang di pegang Atta, ia masih berusaha mengejar Dito.

Namun langkahnya tiba tiba terhenti, ketika ponsel di saku bajunya berdering. Cerry mengambil ponsel itu dan melihat siapa yang menghubunginya.

Ia menghapus air matanya dengan cepat, kemudian ia berusaha menormalkan suaranya, supaya tak membuat curiga si penelepon.

"Iya mas, " jawabnya ketika ia sudah mengeser tombol hijau yang tertera di layar.

"Kamu nggak lagi belajar kan? " Tanya Darrel dari sebrang sana.

"Lagi istirahat, memang kenapa? Tumben mas menghubungi aku jam segini? " Pandangan Cerry beralih pada Atta yang melintas di depannya, tanpa menyapa atau menegurnya pemuda itu lewat saja, seolah ia tidak ada.

Air matanya kembali menetes tat kala kedua sahabatnya memutuskan untuk menjauhinya.

"Aku mau bilang, kalau nanti aku tidak pulang. Aku mau ke luar kota, untuk beberapa hari! "

"Keluar kota? "

"Hmp, kenapa? "

"Aku_ aku_ " ia terlihat ragu untuk mengatakannya.

"Sepuluh menit lagi aku jemput. Kamu ijin dulu sama wali kelasmu sana! " Jawab Darrel, ia seakan mengerti apa yang ingin di ucapkan istrinya itu.

"Boleh, memang? " Tanya Cerry, ia ragu kenapa dengan mudahnya Darrel mengajaknya.

"Dasar bodoh, tentu saja boleh! Kenapa enggak? Udah sana ijin dulu. Lima menit lagi aku sampe di gerbang sekolah kamu! "

Cerry memutuskan teleponnya dan memasukan kembali benda pipih itu kedalam saku bajunya. Nina mengusap punggung Cerry, ia merasa iba dengan kondisi sahabatnya itu.

"Mau kemana? " Tanyanya.

"Aku mau ikut mas Darrel ke luar kota, mau nenangin fikiran dulu. Gak papa ya, aku tinggalin kamu, Nin! " Cerry mencebikan bibirnya, dengan mata mengiba.

"Dih najjis banget aku sama si Cerry, ya udah sono pergi! Aku nggak papa sayang! Sana honeymoon dulu kalian!! "

Ternyata tidak jauh dari mereka. Dito dan Atta masih mendengarkan percakapan Cerry dan Nina dari balik tembok. Kebencian Dito pada Cerry pun semakin bertambah.

Cerry berdiri di depan gerbang sekolah, sambil menggendong tas ranselnya. Setelah tadi ia mendapat ijin dari bu Wati, wali kelasnya, akhirnya ia bisa liburan juga. Padahal tadi ia ijin untuk urusan keluarga.

"Ikan asin, " Cerry menoleh dengan senyum mengembang ketika Darrel turun dari mobil dan menghampirinya "lima menit lagi kamu beneran jadi ikan asin tau gak? Emang gak da tempat yang teduh apa buat nunggu aku? Segitu gak sabarnya pengen ketemu aku? " Darrel mendaratkan sebuah sentilan di kening istrinya.

"Pede boros kamu mas, udah ah panas aku mau masuk. Weekk!! "

Cerry menjulurkan lidahnya meledek Darrel yang dengan cepat mengikuti Cerry masuk ke dalam mobil.

Sementara dari depan sekolah, Dito tengah memperhatikan kemesraan keduanya dengan tatapan menyalang marah.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Semakin salah paham aja Dito...Tapi menurut ku disini yg Salah mmg Cerry yang dgn beraninya mempermainkan perasaan lelaki,Baik Dito maupun Darrel..

2024-01-01

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah Rasain loe Cerr,Makanya kalo kail panjang senjengkal,jgn memancing di lautan dalam..

2024-01-01

0

millie ❣

millie ❣

harusnya cherry g boleh gt ama dito mending dr awal ditolak aja kan lbh ok tuh 😣

2021-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!