"Makasih ya, kamu udah mau nerima cintaku! "
Mereka duduk bersebelahan di dalam bus yang membawa mereka pulang ke rumah masing masing. Dito yang merasa bahagia karena cintanya tak bertepuk sebelah tangan pun seolah tak ingin jauh jauh dari Cerry, yang beberapa jam lalu telah resmi menjadi pacarnya.
Nina memilih diam dan tak ingin bertanya apapun, karena pasti Cerry mempunyai alasan kuat melakukan itu.
Cerry mengangguk seraya tersenyum, ia merebahkan kepalanya di sanadaran kursi dengan tatapan menerawang jauh ke luar jendela. Bagaimana jika Darrel tau dirinya punya pacar di belakangnya? Apa laki laki itu akan marah? Ah mungkin biasa saja, bukankah mereka akan bercerai setelah ia lulus nanti?
Bus yang membawa mereka sudah sampai di gerbang sebuah rumah, di kompleks perumahan elite. Cerry yang memberikan alamat itu pada driver bus, lupa bahwa belum ada yang tau dirinya pindah dari panti, bahkan Dito sekalipun.
"Aku turun dulu ya, udah sampe! " Cerry berdiri dari tempat duduk, ia menyampirkan ransel pada punggungnya.
"Loh kok turun di sini, Cer? " Dito mengikuti Cerry hingga sampai di pintu bus, ia melihat Cerry turun tanpa menjawab pertanyaannya. Gadis itu hanya melambaikan tangannya ketika bus sudah mulai kembali melaju.
Dari kejauhan Dito yang masih berdiri di pintu bus, masih dapat melihat jelas, beberapa penjaga membungkuk hormat setelah membukakan pagar yang menjulang tinggi ke atas. Membuat kerutan di kening Dito semakin dalam.
Cerry melangkah dengan gontai masuk ke dalam rumah, badannya terasa lelah. Di tambah masalah Dito yang masih berputar putar di dalam otaknya, ia bahkan tak menjawab sapaan para pelayan ketika bertemu dengannya.
Ia masuk ke dalam kamar yang terlihat tidak berpenghuni, mungkin Darrel belun pulang, fikirnya. Ia meletakan ransel di atas meja. Kemudian kakinya masuk ke dalam kamar mandi.
Satu persatu ia menanggalkan seragam sekolahnya, meninggalkan bra pink yang senada dengan celana dalamnya. Ia berdiri di depan cermin besar, menatap seksama badannya dengan kedua tangan terangkat menggulung rambutnya ke atas.
Ia tidak menyadari bahwa di tempat itu tidak hanya dirinya yang sedang menggunakan kamar mandi. Darrel yang baru saja sampai di rumah beberapa saat sebelum Cerry tiba, ia tengah berendam di dalam bathbub dengan santai, ia menyandarkan punggungnya dengan kedua mata terpejam.
Namun ketenangannya terusik ketika suara pintu di buka oleh seseorang. Ia melirik dengan ekor matanya, senyum di bibirnya perlahan terbit ketika tau siapa yang masuk ke dalam kamar mandi tersebut. Tapi sepertinya gadis itu tak menyadari keberadaannya.
Saat ia akan menutup matanya kembali, terdengar suara resleting di buka. Darrel yang penasaran apa yang sedang gadis itu lakukan saat ini pun menoleh, namun seketika matanya membulat, ketika dengan santainya gadis itu membuka bajunya satu persatu, malah kini ia berdiri di depan cermin sambil senyum senyum sendiri.
"Ekhm.. "
Badan Cerry menegang, ia tak berani menoleh ke samping, dimana barusan terdengar suara laki laki berdehem.
"Kamu mau ngegodain aku? " Tanya Darrel dengan senyum tengil di bibirnya. Ia tak mengalihkan sedikit pun tatapannya, malah sepertinya lelaki itu sangat menikmati setiap lekuk tubuh mulus gadis kecilnya itu.
"Mas Darrel! " Cerry menoleh dan mendapati Darrel yang sedang santai berendam di dalam bathbub sambil menatapnya "ka-kamu sejak kapan di sini? "
Senyum Darrel semakin merekah, benar dugaannya gadis itu selain rese, nakal, kini juga ceroboh. Bagaimana jika yang ada di sana bukan dirinya, bagaimana jika laki laki lain?
"Cukup lama untuk memperhatikan semua yang kamu lakukan dari tadi? "
Wajah Cerry berubah merah merona. Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Aaa kamu jahat, kenapa gak bilang kalau kamu lagi mandi? " Ia menggelengkan kepalanya.
Tawa Darrel pecah sektika, apalagi Cerry salah meletakan tangannya, yang seharusnya ia tutupi bukanlah wajahnya namun area lain.
Darrel bangkit, ia keluar dari bathbub, menghampiri istrinya. Entah sadar atau tidak bahwa kini keadaan dirinya malah lebih parah dari Cerry. Ia menarik kedua tangan Cerry yang masih menutupi wajahnya.
"Kamu tuh salah, harusnya yang kamu tutupi bukan wajah kamu? "
Mata Cerry mengerjap beberapa kali, pandangannya turun ke bawah melihat badannya yang setengah telanjang. Namun ketika matanya turun meihat ke bawah, hal pertama yang dia lihat adalah kejantanan Darrel yang berdiri tegak.
Mata Cerry membulat "Aaaa... " Cerry mendorong dada Darrel hingga laki laki itu jatuh ke belakang masuk kembali ke dalam bathbub.
Tapi Darrel jatuh tidak sendiri karena ketika Cerry mendorongnya, ia berhasil meraih tangan istrinya itu. Sehingga mereka jatuh bersama.
BYURR
Cerry jatuh menimpa badan Darrel yang tepat berada di bawahnya. Mata Cerry kembali melotot, ia memukul dada Darrel sekuat tenaganya.
"Mas ka__ hhmmppp.. "
Darrel yang tak bisa lagi menahan hawa panas dalam dirinya, segera ******* habis bibi ranum milik istrinya dengan rakus.
Cerry meronta di dalam dekapan Darrel, namun kesadarannya mulai mengikis seiring dengan buayan tangan Darrel yang bergerilya di setiap lekuk tubuhnya. Bahkan kini bra yang tadi menutupi kedua gunung kembar miliknya pun sudah tergeletak di lantai.
Beruntung bathbub itu tidak terlalu sempit, jadi mereka tidak perlu berdesakan di dalam sana. Darrel mengangkat tubuh mungil Cerry ke pangkuannya, setelah ia berhasil membuka penutup area bawah gadis itu.
Cerry menjerit tertahan, ketika Darrel berhasil memasukinya. Air matanya mengalir deras di pipinya. Bahkan kini isakannya mulai terdengar. Darrel yang merasa tak tega pun melepaskan kejantanannya dari tubuh Cerry.
"Sakit? " Tanya Darrel, tangannya terulur mengusap air mata di pipi istrinya. Cerry mengangguk pelan. Bagaimana tidak sakit, ini adalah pertama kali dirinya melakukan itu, di tambah suaminya itu mengambil kesuciannya di dalam bathbub yang berisi air sabun. Bayangkan saja luka yang di robek secara paksa langsung di siram air sabun.
Cerry memeluk badan Darrel yang duduk di bawahnya, walau kini mereka tak saling menyatu. Perlahan Darrel bangkit menggendong Cerry ke bawah sower, mengguyur badannya juga Cerry yang sudah berhenti menangis.
Setelah membersihkan badannya, Darrel mengambil dua handuk dan membalut tubuh bawanya, kemudian menyelimuti tubuh istrinya dan kembali menggendongnya keluar dari kamar mandi.
Perlahan ia merebahkan istrinya di ranjang. Kemudian ia kembali masuk ke dalam walk in closet untuk berpakaian, tidak lama ia keluar dengan membawa baju untuk Cerry.
"Kamu pakai baju dulu, sini aku bantu! "
Cerry mengangguk, entah kenapa ia tak mau membantah dan hanya membiarkan apa yang di lakukan suaminya itu. Setelah selesai membantu Cerry berpakaian, Darrel kembali bangkit hendak menyimpan handuk istrinya.
"Mas? " Cerry menarik lengan Darrel menghentikan gerakan laki laki itu.
"Kenapa? Kamu butuh sesuatu? " Kening Darrel berkerut.
"Maaf, ak__"
"Bukan salah kamu, justru harusnya aku yang minta maaf, karena sudah memaksa kamu hingga kamu kesakitan! " Darrel meletakan terulunjuk di bibir Cerry dengan senyum manis andalannya.
Air mata Cerry kembali menetes, ia sangat merasa bersalah telah menghiantai suami sebaik Darrel.
"Maafin aku mas, "
"Kamu tidak perlu minta maaf, karena kamu tidak salah apapun sama aku. " Darrel mencium kening Cerry dan mengusap lembut pipinya.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Udah vuman segitu aja MP nya,Kayak lagi nyomot kue aja,ringkas banget..
2024-01-01
0
Qaisaa Nazarudin
Darrel bilang dia bukan pedofil..😂😂
2024-01-01
0
Qaisaa Nazarudin
OMG MP dalam bathtub 🤣🤣😜
2024-01-01
0